20

2.1K 104 2
                                    

Assalamu'alaikum
Kalau ada typo tandai ya
Selamat membaca♡
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Maaf nak tapi kamu belum boleh melakukan itu." Kata Umar.

Wajah gus Firza yang tadinya berseri seri setelah mendengar kalimat itu langsung murung lagi.

"Tapi kenapa ayah?" Tanya gus Firza dengan nada nya yang sedih.

"Ada hal yang tidak perlu kamu ketahui." Ucap Umar.

"Jadi kapan ayah?" Tanya gus Firza lagi.

"Sebentar lagi nak kamu hanya perlu bersabar, ayah tutup dulu teflon nya wassalamu'alaikum." Ucap Umar.

"Baiklah ayah, waalaikumsalam." Balas gus Firza.

Tut Tut

Setelah teflon berakhir gus Firza menyimpan lagi handphone miliknya kedalam laci.

"Kata ayah sebentar lagi apakah itu memang benar?" Tanya gus Firza entah pada siapa.

"Tapi aku akan menunggu waktu itu tiba."

"Sekarang aku harus melakukan tugas ku, aku tidak boleh terlalu memikirkan urusan pribadi ku sampai aku lupa dengan kewajiban ku disini." Ucap gus Firza lalu ia pergi dari kamarnya menuju kantor santri putra.

****

Saat sudah berada di ruang kesehatan Itara tetap diam.

"Itara kalau sakit bilang ya." Ucap ustazah Cahya membersihkan luka didahi Itara.

Ustazah Cahya meringis melihat luka didahi Itara, dan anehnya gadis yang di obati itu dari tadi hanya duduk diam.

"Itara kamu jangan memikirkan kejadian tadi mereka pasti akan dihukum." Ucap ustazah Cahya berusaha agar Itara berbicara.

"Pulang." Ucap Itara singkat namun membuat ustazah Cahya kaget.

"Pulang kemana Itara?" Ucap panik ustazah Cahya, ia berfikir jika Itara ingin pulang kerumahnya.

"Kamar."

Huft

Ustazah Cahya menghembuskan nafas lega mendengar kata itu.

"Baiklah ayo ustazah Cahya tuntun kamu." Ucap ustazah Cahya seraya menuntun Itara pergi dari ruang kesehatan menuju kamarnya.

Saat di perjalanan semua santriwati hanya diam tidak mengeluarkan sepatah kata apapun.

Tak lama kemudian mereka sampai di kamarnya Itara dan ternyata kamar itu kosong tidak ada tiga orang yang sangat menyebalkan menurut Itara.

Setelah ustazah Cahya menuntun Itara ke kasurnya ia mengambil selimut lalu menyelimuti Itara sampai dada dan tak lama Itara sudah tertidur.

Saat Itara sudah tertidur ustazah Cahya keluar dari kamar Itara menuju kantor dimana ia akan menghukum para santriwati tadi.

"Assalamu'alaikum." Salam ustazah Cahya setelah memasuki kantor yang ternyata sudah banyak sekali santriwati.

IMAM SEMENTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang