33

1.8K 136 132
                                    

Assalamu'alaikum
Tandai ya kalau ada typo
Selamat membaca♡
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Kedua orang tua Itara dan dokter yang memeriksa gus Firza memelototkan matanya mendengar ucapan Itara.

"Pelaku apa?" Tanya Faridah yang sama sekali tidak mengerti kejadian yang menimpa gus Firza.

"Iya aku yang buat gus Firza jadi kayak gitu." Aku Itara sambil tersenyum girang.

"Ini sebenarnya gimana sih? Bisa di jelaskan dokter menantu saya kenapa?" Tanya Umar.

"Jadi pasien di dalam mengalami keracunan, dan kondisi nya sekarang masih sangat buruk. Jelas dokter tersebut.

"Apa, keracunan?" Ulang Faridah di angguki oleh dokter tersebut.

"Itara apa yang kamu lakukan sampai gus Firza bisa keracunan?" Tanya Umar.

"Mau tau apa mau tau banget nih?" Tanya Itara dengan wajah yang sangat menyebalkan.

"Serius Itaraaa." Geram Faridah.

"Ck ayolah jawab dulu, mau tau apa mau tau banget?"

Faridah dan Umar menghela nafas kasar melihat raut wajah menyebalkan putrinya itu.

"Mau tau banget." Balas Umar membuat raut wajah datar.

"Oke aku mau tarik nafas dulu soalnya ceritanya panjang kayak cerita hidup kamu."

Itara mulai menarik nafas nya dalam-dalam lalu menahannya sebentar dan mengeluarkan nya dari mulut.

"Jad-

"Dokter pasian didalam sangat kritis!!" Panik seorang suster yang tiba-tiba muncul membuat Itara kesal.

'Huh menyebalkan padahal kan aku udah persiapan.' Batin Itara.

"Baiklah kalau begitu saya pamit dulu, permisi." Pamit dokter itu lalu melangkah kedalam dengan tergesa-gesa di ikuti oleh suster tadi.

Dua jam berlalu namun dokter belum juga keluar. Hal itu membuat kedua orang tua Itara sangat khawatir lain hal nya dengan Itara, ia malah bernyanyi-nyanyi tidak jelas membuat kedua orang tua nya jengkel.

"Itara bisa diam tidak? Apakah kamu tidak khawatir kepada suami mu?" Tanya Umar yang sudah sangat jengkel melihat putrinya itu.

"Loh aku kan bernyanyi agar kehidupan di dunia lancar jaya kan suara ku selembut salju. Dan aku sama sekali tidak khawatir lagipula dia bukan suamiku." Balas Itara membuat Umar naik pitam.

"Itara! Gus Firza itu suami mu dan itu tidak bisa berubah sampai kapan pun."

Faridah yang melihat suaminya berdiri menatap putrinya marah ikut berdiri lalu mengelus bahu sang suami.

"Syuttt jangan marah-marah ini rumah sakit kita bisa di marahi kalau kamu terus berteriak." Ucap Faridah membuat Umar duduk kembali.

"Ingat Itara gus Firza itu suami mu jadi jangan pernah bertindak tidak sopan kepada suami mu." Nasehat Umar membuat Itara memutar bola matanya malas lalu berdiri.

IMAM SEMENTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang