Pesimis

1.8K 231 21
                                    

Kafi menatap sebal kakaknya yang memaksanya untuk menemani wanita yang lebih tua tiga tahun darinya itu dalam acara pernikahan teman semasa kuliahnya. Wanita itu tak bisa mengajak suaminya dikarenakan suaminya sedang tugas di luar kota. Alhasil, Kafi menjadi korban.

"Sendiri apa sama teman Kakak bisa, 'kan? Kenapa harus aku?" tanya Kafi yang masih tak terima dengan kakaknya yang menyodorinya kemeja batik.

"Nggak. Kamu harus ikut! Sesekali ke pesta nikahan orang kaya, Kaf." Dila berjalan ke arah lemari dan mengambil baju yang lain.

"Emangnya Kakak punya teman konglomerat?" tanya Kafi penasaran.

Sang kakak berdecak. "Punya. Teman satu tongkrongan waktu kuliah ini."

"Yang cewek?"

Dila menggeleng. "Yang cowok. Nanti deh, kalau udah di sana, lihat sendiri. Jangan banyak protes! Siapa tahu, kamu nanti ketemu jodoh anak orang kaya di sana."

Kafi tampak tersenyum jumawa. "Kenapa nggak Kakak gebet aja dulu?"

Dila menoyor kepala Kafi. "Aku 'kan sukanya sama Mas Edo."

Kafi mendengkus, lalu berlalu keluar dari kamar sang kakak. "Aku mandi sama siap-siap dulu. Kakak juga! Jangan kelamaan, nanti aku nggak mau nganter."

Kafi berlalu menuju ke kamarnya. Sampai di kamar, lelaki itu bukannya langsung mandi, malah memainkan ponselnya. Ia mengambil foto dirinya lalu mengunggah di story akun Instagram pribadinya. Jangan heran, Kafi memang sedikit narsis, makanya dia bisa sampai menjadi seleb TikTok.

Lelaki itu beralih ke aplikasi pesan. Ia tadi sempat mengirim pesan pada Ivanka, tapi sampai saat ini belum dibaca sama sekali oleh wanita itu. Sepertinya wanita itu sedang sibuk, entah apa.

Kafi sudah berusaha mencari media sosial Ivanka, tapi tak menemukan sama sekali. Mana lewat pesan atau telepon saja wanita juga sangat jarang membalasnya. Menghubungi Ivanka itu susah, seperti menghubungi orang penting. Tapi memang orang penting sih bagi Kafi.

Kafi melempar ponselnya ke kasur, ia harus bersiap-siap sekarang, sebelum kakaknya selesai dan mengomelinya sepanjang jalan nanti. Dia sudah sangat hafal dengan kelakuan kakaknya itu. Yang lama bersiap-siap siapa, yang disalahkan siapa kalau telat. Sudah jadi tabiat.

Setelah hampir empat puluh menit bersiap. Dia audah rapi dengan setelan formal, kemeja batik serta celana bahan berwarna hitam melekat pas di tubuhnya. Lelaki itu mematut dirinya di cermin. Penampilannya sudah pas, lalu ia mengambil ponsel dan mengambil foto kembali untuk di unggah di story Instagram agar para pengikutnya tahu, ia akan ke acara nikahan orang.

Hal itu ia lakukan untuk membuat ia dan para penggemarnya merasa dekat. Semakin ia ramah, maka semakin banyak yang suka padanya. Sebuah strategi yang Kafi terapkan agar tidak kehilangan kunjungan dan engagement di akun miliknya.

"Kafi, udah selesai belum?" teriak sang kakak dari depan pintu kamarnya.

Kafi berjalan dan membuka pintu kamarnya. Dan benar saja, sang kakak sudah berdiri dengan berkacak pinggang.

"Aku udah selesai dari tadi sih, sampai sempat update story di Instagram." Kafi berkata dengan santai yang membuat sang kakak berdecak.

"Kenapa nggak ke kamar Kakak?"

"Pasti masih dandan. Makanya milih nunggu sampai dipanggil," ucap Kafi santai. "Sono, ambil keperluan, langsung berangkat sebelum Kak Dila ceramah panjang!"

Dila menuruti sang adik. Wanita itu segera berlalu mengambil tas dan isinya, sedangkan Kafi memilih berjalan menuruni tangga menuju ke garasi untuk mulai memanasi mobil agar saat kakaknya selesai, tinggal langsung berangkat saja.

Melawan Alur [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang