Kafi berjalan di lorong lantai sepuluh apartemen tempat dia bernaung untuk bekerja dan keperluan take video. Tadi pukul lima sore dia telah selesai bekerja, dia keluar untuk mencari udara segar sejenak, sebelum malam ini ia harus membuat konten baru dan menyelesaikan endorse yang harus selesai dalam bulan ini.
Kafi melihat sosok wanita yang sedang kepayahan membawa kantung belanja sambil berusaha membuka pintu pintu apartemen. Kafi menghentikan langkahnya. Ia menatap dengan seksama sosok yang dapat ia lihat dari samping. Tidak salah lagi, wanita itu Ivanka.
Kafi mengerjap. Ivanka pindah ke lantai di mana apartemennya berada. Sebuah kebetulan yang membuat Kafi melebarkan senyum. Unit apartemen mereka hanya berjarak dua unit.
Kafi berjalan mendekat. "Ada yang bisa saya bantu, Mbak?" Ivanka tampak tersentak. Wanita itu segera menoleh dan mendapati Kafi yang sedang menyengir kuda. "Butuh bantuan nggak?"
Ivanka menghela napasnya. Ia serahkan beberapa kantung belanjanya pada Kafi, lalu mengambil key access miliknya yang berada di saku celana dan membuka pintunya.
"Lo tinggal di lantai sini?" tanya Ivanka sambil meminta kantungnya dari tangan Kafi.
Kafi mengangguk. "Beda dua nomor dari unit kamu."
Ivanka mengangguk. Wanita itu menatap Kafi. "Mau makan malam di apart gue?"
Kafi menggeleng cepat. "Makasih tawarannya, tapi aku nggak enak cuma berdua di dalam apartemen."
Ivanka melirik ke arah lain. Wanita itu mengangguk. "Kalau lo mau, ajak aja Dimas ke sini."
Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Ivanka segera masuk ke dalam apartemennya meninggalkan Kafi yang masih terbengong di depan pintu. Kafi mengerjapkan matanya. Dia tak mau menyia-nyiakan kesempatan langka ini.
Kafi segera melangkah cepat menuju unitnya. Sampai di dalam unit, dia mendapati Dimas sedang sibuk dengan laptop dengan dua layar.
"Mau makan nggak? Gue dapat undangan makan malam dari tetangga baru," ucap Kafi sambil menyengir penuh harap.
Dimas menatap Kafi dan mengerutkan keningnya bingung. Ada yang salah dengan temannya itu. Kafi biasanya hanya mendekam di dalam unit dan jarang berminat, bahkan tak kenal tetangga unitnya.
"Lo kenal? Aneh banget."
Kafi segera menghampiri Dimas, lalu memainkan kabel yang sedang tidak digunakan. Kafi terkekeh yang membuat Dimas semakin yakin, ada yang tidak beres.
"Ivanka. Mau ya? Kesempatan langka gue diundang makan bareng," ucap Kafi dengan penuh pengharapan.
Dimas mengembuskan napasnya. "Lo take dua video dulu deh, abis itu, kita makan ke sana! Nyicil, biar nggak kemalaman kita buatnya."
Kafi mengangguk semangat. "Oke. Gue hubungi Ivanka dulu, biar dia persiapan."
Dimas mendengkus. Lalu mereka mempersiapkan segala kebutuhan yang diperlukan untuk mengambil video Kafi. Setelah satu setengah jam berlalu, mereka menyelesaikan dua video endorsement.
Sebenarnya, hari ini ada lima video endorsement yang harus diselesaikan dan belum lagi, video untuk konten di aplikasi TikTok dan YouTube, serta Instagram untuk diunggah tiga hari lagi. Menjadi seleb di media sosial memang harus memiliki komutmen serta konsistensi dalam membuat konten. Selain itu, dia dituntut untuk kreatif, agar tidak membosankan bagi orang lain.
"Udah, 'kan?" tanya Kafi yang diangguki oleh Dimas. "Yaudah, kita ke Ivanka sekarang! Takut dia kelamaan nunggu kita."
Dimas meletakkan kameranya, lalu mengambil ponsel serta dompet untuk jaga-jaga. Siapa tahu, Ivanka yang kejam itu menyuruhnya membayar makanan, jadi dia tidak menjadi orang bego di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melawan Alur [Completed]
ChickLitCompleted Pernah menjadi selingkuhan dan disalahkan, tapi dia tidak mengetahui apapun. Rasa bersalah selalu menghantuinya, padahal dia tidak salah. Dia yang dikenal sebagai pengganggu. Ivanka Herasya. Mungkin kebahagiaan tidak pernah mau singgah ber...