Gosip perlahan mereda. Ivanka yang memiliki hidup untuk menutup media sosial saja bisa mendengar tentang gosip tentang Kafi. Bagaimana Ivanka tidak mendengar, meski sudah tutup telinga, hampir setiap saat orang-orang di kantor membicarakan Kafi dan Aisyah. Belum lagi, mereka bangga karena sempat taken kontrak sebelum gosip menyebar luas.
Meski mereda, gosip tetap sesekali dibahas. Apalagi saat mereka melihat langsung Kafi dan Aisyah yang datang ke kantor untuk keperluan iklan. Ivanka masa bodoh, lagi pula, dia tahu apa yang sebenarnya terjadi dan memang sudah risiko Kafi yang bekerja di dunia hiburan akan tertimpa gosip. Bukan hal besar bagi Ivanka.
Ivanka mengenal Aisyah. Perempuan itu begitu lembut, walau saat awal bertemu, wanita itu kurang ramah padanya, lama-lama, Aisyah sosok yang baik. Ivanka bisa melihat itu. Mungkin saat awal perkenalan, Aisyah merasa Ivanka mengganggunya dan rasa suka wanita itu pada Kafi masih tinggi dan belum mampu melepaskan. Tapi, saat mengobrol lebih lama, wanita itu tulus dan baik. Wanita itu juga cepat sadar posisinya.
"Mbak Ivanka?" panggil perempuan saat Ivanka sedang berjalan menuju ruangan tim produksi untuk menyerahkan ide iklan proyek berikutnya.
Ivanka menoleh dan mendapati Aisyah dengan senyumnya yang seperti biasa. "Iya. Lo lagi shooting?"
Aisyah mengangguk. "Iya, Mbak. Mbak Ivanka kerja di sini ya?"
"Iya. Bagian kreatif," jelas Ivanka lebih dulu sebelum Aisyah bertanya yang sudah dapat Ivanka tebak. "Lo sama Kafi?"
Aisyah meringis, lalu mengangguk. "Udah keburu taken kontrak, Mbak. Jadi, ya profesional aja sih."
"Santai aja! Bagus kok. Kerja emang harus profesional. Gosip akan selalu ada di dunia kalian," ucap Ivanka dengan santai. "Ya udah, gue duluan. Udah ditunggu."
Aisyah mengangguk. Ivanka berlalu meuju ruangan yang ia tuju untuk menyerahkan hasil kerja agar di tinjau ulang tim produksi.
Setelah menyerahkan hasil kerjanya, Ivanka akan kembali ke ruangannya, tapi di depan pintu ruang produksi sudah ada sosok Kafi yang bersandar pada tembok tampak sedang menunggunya. Ivanka menaikkan sebelah alisnya.
"Tumben mau shooting di weekday pas masih jam kerja," ujar Ivanka.
Kafi mendengkus. Bukannya disambut manis, malah langsung disambut dengan kalimat dengan nada terkesan judes di telinga Kafi. Ia tahu, Ivanka pasti sengaja menyindirnya.
"Izin ke atasan. Tukar jam kerja jadi sore sampai malam, lagian hari ini nggak banyak yang perlu dikerjakan. Udah diborong minggu lalu. Hari ini paling cuma mantau ada error di web atau nggak," jawab Kafi mencoba menjelaskan dengan tenang.
"Gue kira karena nggak sabar ketemu Aisyah."
Kafi menghela napasnya. "Ivanka, please!"
Ivanka terkekeh. Ia berjalan menuju lift. "Tunggu gue di kantin! Kita makan siang bareng." ucap Ivanka sebelum masuk ke pintu lift yang terbuka.
Ivanka melemparkan senyumnya sebelum pintu tertutup dan meninggalkan Kafi yang masih terbengong di depan pintu lift. Ivanka terkekeh geli sendiri di dalam lift yang untungnya hanya ada dirinya seorang diri. Ivanka merasa aneh dengan dirinya akhir-akhir ini. Ia jadi pribadi yang lain. Kini ia merasa lebih sering tertawa.
Pintu lift terbuka. Ivanka langsung menetralkan raut wajahnya agar tidak dikira orang gila yang tertawa sendiri di dalam kotak besi itu. Masuk dua karyawan wanita yang entah dari divisi apa. Ivanka tak mengenalnya.
Dua wanita itu seolah melupakan keberadaan Ivanka dan berbicara dengan keras. "Kafi shooting hari ini ya?"
"Iya katanya. Di ruang produksi tadi. Gue lihat, dia tuh tinggi dan ganteng. Meski sering lihat artis, tapi Kafi itu gimana ya, murah senyum banget, setiap yang lewat disapa dan lempar senyum," ucap perempuan satunya yang memakai blazer abu-abu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melawan Alur [Completed]
ChickLitCompleted Pernah menjadi selingkuhan dan disalahkan, tapi dia tidak mengetahui apapun. Rasa bersalah selalu menghantuinya, padahal dia tidak salah. Dia yang dikenal sebagai pengganggu. Ivanka Herasya. Mungkin kebahagiaan tidak pernah mau singgah ber...