10: Awal Kebangkitan

195 18 2
                                    

"Kenapa kita jadi dempet-dempetan begini?" ungkap Jali resah.

"Kau sendiri kenapa ikut berdempet?" tangkis Janar.

"Sudah, berhentilah berdebat! Kepalaku sakit, Paman!" lerai Jaka.

Sekembali tiga penggali itu dari kuburan, mereka ketakutan. Selain takut, mereka juga khawatir kalau-kalau si Jaka kesurupan seperti tahun lalu. Ya, pertama kali bertugas sebagai penggali, ia sempat kesurupan. Jaka yang diapit kedua pamannya, yang sibuk celingak-celinguk lantas diperingatkan.

"Sudah, hentikan Jaka! Apa yang kamu lakukan?" kata Jali emosi.

"Memastikan sesuatu, Paman!" ucap Jaka.

"Bagaimana Jaka? Sudah amankah?" tanya Janar.

Melihat Jaka berhenti, Jali dan Janar ikut berhenti. Jali dan Janar saling tatap, jantung mereka berdegup kencang menunggu konfirmasi dari Jaka.

"Ya, sudah am...," belum habis Jaka berucap, ia melihat sesuatu yang samar masuk ke semak-semak.

Tanpa basa-basi, Jaka mengambil langkah seribu disusul Jali dan Janar. Ketika ia berlari, Jaka tidak sengaja melihat perempuan dan laki-laki di balik mobil. Penasaran, Jaka menghampiri dan membantu mereka.

"Ada apa ... Mas?" ucap Jaka terengah-engah.

"Istri saya dilempar pasir sama orang gak dikenal. Masih perih, Bel?"

"Udah, enggak pa-pa."

Rangga merasa beruntung karena menemukan orang di tengah malam begini. Jaka yang prihatin menawarkan pria dan wanita itu menginap terlebih dahulu sebelum melanjutkan perjalanan esok hari. Rangga berterimakasih, kemudian memberi tumpangan ke para penggali menuju rumah mereka.

*****

Wanita itu berlari kalang kabut ke hutan. Tidak peduli tersandung akar pohon yang melintang, dia akan terus berlari sampai akhir hayatnya agar tidak menjadi "budak" dari perjanjiannya dengan makhluk halus. Akibat kesal dengan borok yang membuat gatal, dia teruskan menggaruk hingga kulitnya terkelupas. Dia histeris, lantaran selama ini dagingnya yang dilapisi kulit terlihat. Kini, bentol-bentol di wajahnya semakin besar. Merasa geram, bentol dia kempiskan dengan kuku. Bukannya membaik, bentol pecah itu merusakkan separuh dari wajahnya.

Dari jauh, lamat-lamat terdengar suara geraman. Di belakang, pasukan makhluk halus datang menjemput "calon budak" mereka. Wanita itu gentar, lantas terduduk sembari mengepal rumput. Para pasukan lalu menyingkir begitu makhluk yang mengepalai perjanjian datang. Makhluk bertubuh besar, badannya kekar, namun berkepala kambing. Bersama kuku lancipnya, makhluk itu menggenggam trisula, lalu menyamperi "calon budak"-nya.

"Kamu tidak bisa lari terus, Sekar."

Penghuni hutan takut mendengar kumandang makhluk berkepala kambing yang akrab disapa Iblis; tidak terkecuali Sekar. Burung-burung berhamburan tidak tentu arah, bahkan raja hutan seperti harimau berlari meninggalkan rimba.

"Aku tidak akan pernah menjadi budakmu!" bangkang Sekar, lalu menjauhi makhluk berkepala kambing.

"Kalau begitu, akan kubinasakan kau."

Sekar berhenti lari, kemudian berbalik badan. "Kumohon, jangan lakukan itu!"

"Sudah terlambat." Iblis tertawa, lalu mengarahkan pasukannya yang lain menjemput Sekar ke Neraka.

Di permukaan tanah, muncul lingkaran aneh. Begitu Sekar menoleh ke tepi jurang, ada dua sosok merangkak dengan pakaian serba hitam, membawa tombak berbentuk sabit. Begitu dijegal, Sekar melihat api di balik tanah. Sekar bergidik dan berupaya membebaskan diri dari dua sosok yang memborgolnya.

Desa Terkutuk [PENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang