Pukul enam pagi Prilly sudah bangun, kini ia sedang masak, ia akan membuat rendang, ayam goreng, sayur singkong, sayur nangka, sambal ijo dan sambal merah.
Prilly memasak itu semua dibantu oleh Mbak yang ada di rumah. Dengan masih menggunakan daster ia sibuk merebus daging dan dimasukkannya santan juga bumbu lainnya. Sembari menunggu Prilly menggoreng beberapa potong ayam. Sedangkan yang lain di bikin mbak.
Butuh waktu dua jam masakan Prilly pun selesai ia meminta tolong pada mbak untuk dimasukkan ke dalam Tupperware. Prilly pergi ke kamar untuk membersihkan tubuhnya.
Seperti kebiasaannya Prilly selesai membersihkan diri setelah satu jam lamanya. Ia menuju walk in closet untuk mengambil pakaiannya. Setelah memakai pakaian Prilly merias wajahnya dengan make up tipis.
Sudah rapi ia turun ke bawah menuju ruang makan. Orang tua dan adiknya sudah ada disana.
"Pagi."
"Pagi sayang, sarapan dulu baru berangkat."
"Iya Bun."
Prilly menyendok nasi dan lauk untuknya, Raja bersuara, "Gue ikut dong kak jenguk bang Ali."
"No, gue mau sendiri."
"Ya elah kak pelit banget sih."
"Ja, dia tuh lagi sakit. Cukup gue aja yang kesana, nanti gue salamin sama dia."
"Iye dah, tapi gue bagi duit ye."
"Duit mulu lo." Decak Prilly.
"Udah! Ga baik berantem depan makanan."
Keduanya diam dan mulai menyantap sarapan. Selesai sarapan Prilly mengambil Tote bag yang sudah disiapkan oleh Mbak untuk Ali.
"Pa, Bun, Prilly berangkat ya."
"Hati hati sayang. Kalo udah sampe kabarin, salam buat Ali."
"Iya Bun. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Prilly masuk ke dalam mobil yang sudah siap, hari ini ia diantar oleh Pak Yudi. Prilly memberitahu alamat rumah Ali pada Pak Yudi dan Pak Yudi mengangguk bahwa ia tau alamatnya.
Di mobil Prilly memikirkan kondisi Ali, ia merasa bersalah dengan kondisi Ali saat ini. Ia ngerti penyebab ocd itu kenapa dan ia tau pasti Ali masih memikirkan rasa bersalahnya pada Prilly.
"Maafin aku Ali." Batinnya.
Hampir tiga jam berada di jalan, mobil Prilly berhenti tepat di depan rumah Ali. Prilly menatap kagum bangunan di depannya, sangat mewah namun klasik, benar-benar selera Ali. Tapi ia terkejut jika ini desain yang pernah ia lihat kan pada Ali, rumah impian mereka.
"Ali." Lirihnya.
"Non udah sampe."
"Ah iya Pak, nanti bapak pulang aja."
"Terus non?"
"Nanti saya hubungi kalo mau pulang."
"Baik non."
Prilly mengambil Tote bag dan tasnya dan keluar dari mobil. Ia berjalan pelan menuju pintu utama rumah Ali. Di tekannya bel tak kunjung ada respon, Prilly kembali menekan bel dan kali ini pintu terbuka.
"Prilly."
***
Keduanya terdiam di ruang tengah rumah Ali. Prilly menatap Ali, tubuhnya memang tetap berisi namun wajahnya terlihat kusam, ia tak tega melihat kondisi Ali.
"Kamu apa kabar?" Tanya Ali.
"Baik. Are you okay?" Prilly menatap Ali sendu.
"Hiks maafin aku Pril."
Tangis Ali pecah, ia menumpukan kepalanya pada kaki yang menekuk. Prilly yang merasa Ali takut pun memeluk erat tubuh laki-laki itu.
"Maafin aku, maaf." Bisiknya.
"Aku udah maafin kamu Ali, kamu jangan gini ya." Lirihnya. Ia ikut sedih melihat tingkah Ali.
"Bohong, dia bilang kamu maafin aku kalo aku mati."
Ali dengan kasar mendorong tubuh Prilly dan berlari menuju dapur, Prilly panik ia ikut menyusul Ali. Prilly melihat Ali memegang pisau dan bersiap menggores kembali nadinya.
"ALI STOP! AKU MOHON!" Teriak Prilly.
"Hiks ga, aku harus mati, baru kamu maafin aku kan?"
"Enggak Ali, stop aku bilang! Aku udah maafin hiks kamu." Prilly ikut menangis, ia benar-benar tak menyangka Ali akan separah ini.
Namun Ali tak menghiraukan Prilly, ia tetap menggoreskan nadinya dan darah mengalir deras. Ali menjatuhkan tubuhnya, pisau pun terlepas dan Prilly segera meraih Ali ke dalam pelukannya.
"Stop Ali, jangan kayak gini. Aku obatin."
Prilly menarik Ali untuk berdiri, ia segera membawanya ke kamar. Di kamar Prilly mendudukan Ali di ranjang, ia mengambil kotak p3k. Prilly membersihkan darahnya terlebih dahulu, memberikan alkohol dan segera membalutnya dengan perban. Ali terus memandangi wajah Prilly, gadis ini masih peduli padanya.
"Aku gapapa Pril." Ujar Ali setelah kesadarannya kembali.
"Tolong jangan gini lagi ya, aku udah maafin kamu. Aku ga suka kamu kayak gini hiks." Prilly menangis, Ali memeluk Prilly ia merasa bersalah.
"Maaf bikin kamu nangis." Lirih Ali.
"Jangan gini lagi ya?"
Ali menatap Prilly ia mengangguk, "Bantu aku Pril."
"Pasti, aku bakal bantuin kamu, bakal ada di sisi kamu terus." Ali semakin menenggelamkan wajahnya pada dada Prilly.
"Makasih." Prilly mengusap lembut rambut panjang Ali.
"Udah makan?" Tanya Prilly dan Ali menggelengkan kepalanya.
"Yaudah sekarang makan ya, aku masakin makanan kesukaan kamu."
Ali sontak melepaskan pelukannya dan menatap Prilly lucu, "Kamu bikin rendang?"
"Iya."
"Aaa mau, dari dulu pengen makan masakan kamu." Lirihnya.
"Yaudah sekarang ke bawah yuk."
Ali berdiri diikuti Prilly dengan cepat Ali memeluk lengan Prilly. Prilly tersenyum kecil, Ali kembali menunjukkan sifat manjanya.
Keduanya duduk di sofa, Ali melepaskan sebentar pelukannya membiarkan Prilly menyiapkan makanan untuknya.
"Mau rendang atau ayam?"
"Dua-duanya."
Prilly tersenyum dan mulai menyuapi Ali. Dengan senang Ali menerimanya, ia bahagia Prilly ada disini, menjenguknya, menemani dirinya. Ali berharap suara itu tidak datang disaat seperti ini kayak tadi.
"Ya Allah, hamba mohon biarkan Prilly menemani hamba selamanya." Batinnya merapal.
"Ali?"
"Eh iya."
"Aa lagi, jangan melamun, aku ga mau kamu kayak tadi."
"Iya maaf."
Setelah menyuapi Ali, Prilly ke dapur mencuci piring dan tangannya tak lupa ia juga membersihkan darah Ali yang berceceran di lantai. Selesainya ia menghampiri Ali yang sejak tadi terus memperhatikannya.
"Kenapa?" Tanya Prilly ketika duduk disamping Ali.
"Aku seneng kamu ada disini."
"Aku lebih seneng liat kamu kayak gini, senyum terus. Jangan pernah ulangin hal yang buruk tadi, aku ga mau kamu kenapa napa Li."
"Iya maafin aku ya. Kamu bantu aku biar sembuh."
"Pasti Li."
Ali merebahkan tubuhnya di pangkuan Prilly, menarik tangan Prilly meminta gadis itu untuk mengusap rambutnya. Prilly tersenyum, ia mengikuti keinginan Ali. Tak lama ia mendengar suara dengkuran halus menandakan Ali sudah tertidur pulas, Prilly yang juga mengantuk pun menyandarkan kepalanya pada sofa.
***
Gimana part ini?
Jangan lupa vote dan comment yang banyak!!Salam Dilan
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan
Fanfictionketika dua orang yang pernah saling mencintai kembali bertemu. Bagaimana mereka mengatasi kecanggungan yang ada? Penasaran? Langsung baca aja ya! #94 - in aliandoprilly / 9 Maret 2022 #70 - in aliandosyarief / 9 Maret 2022 #4 - in prilly / 11 Mare...