M - 12

1K 135 6
                                    

Hari pertama shooting series 5 Detik dan Rasa Rindu berlangsung. Prilly mendapat panggilan siang hari di sebuah perkampungan yang tidak terlalu ramai penduduk.

Lain halnya dengan Ali yang sudah berada di lokasi, ia tadi mendapat panggilan pagi. Tak hanya Ali, ada juga Bryan dan Rafi.

"Gimana Li keadaan? Udah bener bener pulih?" Tanya Bryan. Tentu saja ia tahu karena ia memang sahabat Ali juga.

"Udah lumayan pulih bor. Eh iya si Megan apa kabar?"

"Baik, sibuk juga dia."

"Sinetron?"

"Iya semacamnya, tayangnya di Vidio."

Ali mengangguk mengerti. Rafi hanya diam mendengarkan pembicaraan keduanya.

"Eh bang Ali boleh nanya?" Ujar Rafi.

"Kenapa?"

"Bang Ali tau ga buku puisi ini buat mantan Kak Prilly yang mana?"

Bryan melotot ke arah Rafi, sedangkan Ali sendiri tiba-tiba merasa sesak di dadanya, tentu saja ia tau untuk siapa semua puisi ini, ya untuknya sendiri. Bukan tak tau, dari setiap kata saja sudah mengarah ke dirinya yang begitu mengekang kebebasan Prilly.

"Ga tau." Jawabnya tanpa memberitahukan yang sebenarnya.

"Berarti bang Ali sama Kak Prilly udah hampir lima tahun ga ketemu ya?"

"Iya mungkin sekitar segitu." Ali tersenyum tipis.

"Rafi, Bryan take." Panggil seorang kru.

"Duluan Li."

Ali mengangguk, ia mengambil naskahnya dan membacanya nanti siang ia akan take bersama Prilly yang sampai sekarang belum sampai lokasi.

Ali begitu fokus hingga pandangannya teralihkan ketika mendengar suara gadisnya itu muncul. Disana ia melihat Prilly bergurau bersama Fadly. Ingin rasanya ia berteriak pada Prilly untuk segera menghampiri, namun ia tak bisa karena tak ingin mengekang Prilly apalagi keduanya tidak terikat hubungan lebih dari sahabat.

"Hai Li." Sapa Prilly.

"Hai Pril, baru sampe?"

"Iya nih. Kamu udah makan siang?"

"Belum."

"Nih aku masakin kamu telur dadar padang." Prilly menyodorkan Tupperware miliknya.

"Makasih, seneng banget dimasakin terus sama kamu." Ali memeluk pinggang Prilly yang berdiri di depannya.

"Nanti aku masakin terus ya buat kamu." Prilly mengusap lembut rambut Ali.

"Aku sayang kamu." Bisik Ali dan Prilly hanya tersenyum.

Ali melepaskan pelukannya ketika tidak mendapati jawaban Prilly, ia menatap sendu gadis itu. Tentu saja Prilly tidak mau balikan dengan cowok gila kayak dirinya.

"Yaudah aku mau make up dulu, bentar lagi kita take." Prilly melepaskan tangan Ali dari pinggangnya, dan segera berlalu.

Ali menghela nafasnya, kini ia melamun dengan matanya fokus pada naskah ditangannya.

"Woi Li." Kedatangan Bryan tentu saja membawa dampak baik pada Ali, untung saja suara itu tidak datang.

"Lo udah selesai take?"

"Udah, nih lagi istirahat."

"Hai." Sapa Prilly yang sudah selesai make up dan juga mengganti pakaiannya.

"Wih baru dateng Lo?"

"Iya di calling siang gue."

"Yuk Li baca naskah bareng biar pas take ga banyak yang salah." Ajak Prilly dan duduk di samping Ali. Keduanya pun fokus pada naskah mereka, Bryan sendiri asik menatap kedua insan itu.

"Gue seneng liat kalian ketemu lagi." Ungkap Bryan membuat keduanya menoleh.

"Kenapa?"

"Ya seneng aja, apalagi dulu kan kalian deket banget terus pisah hampir lima tahun eh satu project lagi."

"Ya itu kan udah ditentuin sama Allah, makanya gue sama Ali bisa ketemu lagi." Jelas Prilly. Dan Ali hanya bisa tersenyum mendengar jawaban Prilly, karena itu benar semua karena garis yang ditentukan oleh Allah SWT.

"Iya sih, tapi gue ikut seneng aja, dua sahabat gue ketemu, terus bisa satu project bareng. Kan sebelumnya kalo gue seproject sama Ali doang, terus seproject sama Prilly doang."

"Iyaiya Bryan."

Ketiganya asik berbincang dan tak lama pemain lainnya ikut bergabung.

***

Sosial media heboh dengan banyak foto dan video behind the scene series lima detik dan rasa rindu. Terlebih APL, Alicious dan Prillvers yang sangat senang dengan foto dan video itu. Memang sejak awal diumumkannya pemain series tersebut mereka sangat bahagia karena Ali yang bergabung dan kembali laki-laki itu ke dunia entertainment.

Malam ini lokasi masih sangat ramai karena banyaknya scene yang belum selesai hari ini.

Ali dan Prilly sudah pindah lokasi bersama tim dua. Hari ini terbagi tiga tim, agar tidak memakan waktu yang lama menyelesaikan project ini.

Ali serta Prilly berada di basecamp menunggu set yang sedang diatur oleh tim. Prilly sibuk dengan ponselnya dan Ali yang tertidur di kursinya. Ia terlihat lelah mungkin karena baru kembali ke dunia entertainment lagi makanya kaget.

Prilly memasukan ponselnya dan beralih menatap Ali yang begitu pulas. Ia mendekat ke Ali dan mengusap lembut rambut lebat Ali yang sudah di rapikan seperti jaman GGS.

"Cepet sembuh Ali, aku kangen kita yang dulu." Bisiknya.

Tak lama Ali menggeliat ketika merasakan usapan pada rambutnya. "Prilly."

"Hei udah bangun?"

Ali menegakkan tubuhnya dan menatap Prilly, "Kenapa?"

"Gapapa, kamu keliatan capek banget."

"Iya kaget aja sama kegiatan shooting lagi." Ujar Ali.

"Makan dulu ya sebelum take." Ajak Prilly.

"Iya boleh."

Prilly mengeluarkan kotak makannya dan menyuapi Ali juga dirinya sendiri. Keduanya begitu menikmati makan mereka tanpa menyadari bahwa beberapa kru melihat interaksi mereka, terlebih Monty yang menahan senyumnya.

"Ali, Prilly ayo take."

"Ah iya, kamu duluan sana aku mau cuci tangan dulu."

"Aku tunggu kamu aja."

"Yaudah bentar."

Tak lama Prilly kembali dan keduanya jalan ke set yang sudah siap. Kali adegannya keduanya naik motor. Ali menaiki motor Vespa matic dan diikuti Prilly di belakangnya.

"Oke nanti Ali bawanya pelan pelan aja."

"Oke Pak."

"Camera rolling and action!"

Keduanya mulai berakting, Prilly melakukan kesalahan yang lupa dengan dialog maka take pun di ulang hingga hasil yang memuaskan di dapatkan.

"Cut, langsung ke scene tiga puluh ya."

Ali dan Prilly mengangguk, sebenarnya keduanya sudah sangat mengantuk namun tetap harus semangat agar hasil series ini nanti bagus.

Shooting pun terus berlangsung hingga pukul dua pagi. Dan mereka sudah boleh pulang, Ali dan Prilly pun berpisah.

***
Gimana part ini?
Jangan lupa vote dan comment!!!

Salam Dilan

MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang