M - 18

947 106 24
                                    

Ali dan Prilly sudah berada di dalam perjalanan menuju rumah sakit dimana biasanya Ali psikoterapi.

"Dokternya masih ada kan?" Tanya Prilly.

"Iya, kan janjian jam delapan."

"Yaudah."

Prilly melirik ke Ali yang menatap luar jendela, tiba-tiba suasana menjadi canggung gini.

"Ali."

"Iya Pril?" Ali menoleh.

"Mau peluk boleh?"

Ali tersenyum, "Boleh dong, justru kan harusnya aku yang izin ke kamu."

"Kangen banget aku bisa kayak gini sama kamu." Bisik Ali.

"Aku benar benar cinta sama kamu." Prilly hanya mendengarkan ungkapan Ali.

"Aku ga bisa tanpa kamu Pril, aku tanpa kamu jadi gini, tekanan banget." Lirihnya. Prilly mengusap lembut punggung Ali.

"Aku berharap banget bisa terus sama kamu sampe tua nanti."

"Kamu mau ga sama aku sampe tua?"

"Pril, ga mau ya? Lirihnya ketika tak mendapat jawaban.

"Ah iya aku ngerti, kamu ga akan mau sama orang gila kayak aku." Ali melepaskan pelukannya dan menjauh dari Prilly.

"Ali."

"Ali maksudnya bukan gitu. Lagian kamu ga gila Li."

"Iya ga gila cuma stres kan?!" Balas Ali.

"Ali please biarin kita berjalan dengan sendirinya. Biarin takdir yang nentuin kita."

"Iya terserah kamu."

Prilly menghela nafasnya, Ali tak melihatnya sama sekali.

Sampai di rumah sakit Ali turun begitu saja meninggalkan Prilly dibelakang. Prilly hanya mengikuti di langkah Ali yang begitu cepat menuju ruangan dokter.

Selama Ali psikoterapi, Prilly menunggu di luar. Ia menatap sendu ke pintu ruangan tersebut, ia merasa bersalah tak membalas perasaan Ali, ia terlalu gengsi.

Saat asik memandangi pintu, ponselnya berdering tertera nama Bunda❤️

"Halo, waalaikumsalam Bun."

"Kamu masih nemenin Ali?"

"Iya Bun, ini Ali masih terapi."

"Oh yaudah bunda titip salam ya, kamu pulangnya jangan malem malem."

"Iya Bun."

"Yaudah bunda tutup, assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Prilly memasukan ponselnya ke dalam tas dan kembali menunggu Ali. Tak lama Ali keluar, Prilly berdiri dan menghampirinya.

"Gimana udah?"

"Udah."

"Yaudah sekarang pulang yuk."

"Hm."

Prilly segera memeluk lengan Ali agar mood laki-laki itu baik. Ali hanya diam namun sebenarnya ia menikmati kepala Prilly yang bersandar di bahunya.

***

Sebelum pulang mereka mampir ke supermarket untuk membeli bahan makanan, Prilly akan memasak untuk Ali.

"Mau aku masakin apa?"

"Terserah." Jawab Ali acuh, ia fokus pada ponselnya.

Prilly menghela nafasnya, "Yaudah aku bikinin udang aja."

MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang