Christmas eve

1K 127 11
                                    

"Mikasa, Armin, apa yang kalian lakukan di ini?" Tanya ku pada mereka berdua.

Mikasa dan juga Armin mereka berdua saling menatap seperti mengisyaratkan sesuatu, "Dimana Eren?" Aku melihat ke sekitar.

"Maafkan kami tidak memberitahu mu [Name], Eren sudah pergi." Ucap Armin membuat ku lemas seketika.

"Maaf [Name] Eren yang memintanya dan ini Eren memintaku memberikan nya pada mu." Mikasa memberikan ku sebuah kalung dengan liontin kunci dan juga sebuah surat.

Aku mengambil kalung itu secara perlahan dan mengamati nya. Ingatan ku kembali saat kami masih duduk di bangku sekolah dasar, Eren mendapatkan kunci itu pertama kalinya dan ia memperlihatkan kunci itu bahkan selalu membawanya kemanapun dia pergi.

Kunci ruang bawah tanah di rumah pohon, dia tidak pernah mengijinkan seorangpun untuk memasuki ruang itu, aku, Armin, ataupun Mikasa. Namun.. Mengapa saat dia pergi tanpa pamit padaku dia malah memberikan nya padaku?

Aku terdiam sejenak lalu melihat ke arah Armin dan juga Mikasa yang menatap cemas ke arah ku seperti nya mereka khawatir aku akan marah.

Aku memutuskan untuk membuka surat yang Eren berikan saat itu juga, "Kamu bebas memilih [Name], maaf keegoisan ku. Aku juga akan mencari kebebasan ku." Tulisan yang tertera dalam surat itu. Hanya itu.

Aku tidak mengerti apa maksud dari surat itu dan juga maksud dari Eren memberikan kunci ini pada ku. Armin menepuk lembut bahuku, "Bisa menghargai pilihannya sendiri itu adalah sesuatu yang luar biasa, kau harus memilih [Name]."

Armin memberikan ku sebuah tiket pesawat, "Kami membelinya untuk berjaga-jaga, namun ku rasa kau tidak membutuhkan nya."

"Pergilah.. Dia mungkin sedang menjadi pria menyedihkan, sambil memandang langit di luar sana." Ucap Mikasa sambil menunjuk ke luar.

Aku memeluk Mikasa dan juga Armin saat itu juga dan mereka membalas dekapan ku, "Terimakasih!" Ucap ku setelah itu berlari ke luar bandara.

Saat di luar aku merasakan salju mulai turun, aku tidak menyangka malam ini akan turun salju pertama. Aku berlari mencari Levi, aku takut dia meninggalkan ku. Saat aku berbicara dengan Mikasa dan juga Armin bahkan aku tidak menyadari sejak kapan dia pergi meninggalkan ku. Apa dia berpikir aku akan meninggalkan nya? Apa dia meragukan pengakuan ku?

Lari ku hentikan saat melihat pria yang sedang ku cari-cari sedang melihat ke atas langit yang tengah menurunkan butiran salju.

Mendengar langkah kaki ku, kini Levi melihat ke arah ku, kemudian menyebutkan namamu ku dengan pandangan yang sulit ku jelaskan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mendengar langkah kaki ku, kini Levi melihat ke arah ku, kemudian menyebutkan namamu ku dengan pandangan yang sulit ku jelaskan.

Aku seketika ingat perkataan Mikasa barusan, "Pergilah.. Dia mungkin sedang menjadi pria menyedihkan, sambil memandang langit di luar sana." Aku tertawa. Yang Mikasa ucapkan benar-benar terjadi. Aku tertawa bahkan air mataku sampai mengalir, bukan karena aku sedih namun karena aku bahagia. Levi kebingungan ia mendekati ku.

Must Make You Happy (Levi X Reader) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang