Go and come

585 48 2
                                    

"Wanita itu tulang rusuk, Levi jika kamu menggunakan kekerasan untuk membengkokkan nya, mereka akan patah."

Kata-kata Erwin sangat menyengat, dan mau tak mau aku merasa bersalah atas keegoisan ku. Aku tahu dia benar, bahwa aku telah memendam perasaanku begitu lama, sehingga aku takut [Name] pergi dari sisi ku. Tetapi pada saat yang sama, aku tidak bisa menahan perasaan ingin menjadikannya milik ku sendiri, perasaan takut kehilangan nya.

"Ini berbeda," jawabku, suaraku kental dengan emosi. "Kamu tidak tahu bagaimana rasanya memiliki hati seseorang di tanganmu, dan tahu bahwa satu langkah yang salah bisa menghancurkannya."

Ekspresi Erwin melembut, dan dia mengulurkan tangannya ke bahuku. "Aku mungkin tidak sepenuhnya memahami rasa sakit yang kamu rasakan," katanya lembut.

"Tapi aku tahu bahwa dibutuhkan waktu untuk membuka hati seseorang untuk mencintai. Itu adalah kesabaran yang harus di lalui, jika menginginkan kesempatan untuk kebahagiaan sejati."

Aku mengangguk, kata-katanya terdengar benar di telingaku. "Aku tahu kau benar," kataku, suaraku hampir tidak terdengar seperti bisikan. "Tapi itu sangat menakutkan, pemikiran melihat nya pergi dari samping ku lagi."

Erwin mengangguk mengerti. "Sudah," katanya, suaranya lembut. "Tapi itu juga ekspresi cinta yang paling indah yang bisa kita tawarkan. Cinta seperti itulah yang membuat hidup layak dijalani, apa yang membuat setiap perjuangan, setiap kesulitan, layak pada akhirnya."

Aku menghela nafas, hatiku terasa sedikit lebih ringan sekarang karena aku memiliki seseorang untuk diajak bicara tentang hal ini. "Aku tahu kau benar," kataku lagi. "Dan aku ingin mencoba percaya padanya. Aku ingin dia menentukan pilihan nya."

Erwin tersenyum, matanya berbinar bangga. "Aku tahu kamu kuat, Levi. Aku tahu kamu bisa melakukannya. Dan aku akan selalu ada di sini, untuk mendukung dan menyemangatimu, apa pun yang terjadi."

◐◐◐

Saat aku pulang ke rumah hari itu tidak seperti hari sebelumnya, orang yang sangat ku sayangi terlihat menyambut ku, hatiku rasanya menghangat sudah sangat lama aku tidak merasakan perasaan seperti ini. Aku ingin dia selalu ada di sisi ku.

Aku memperlakukan [Name] seperti kaca yang mudah pecah. Setiap harinya aku selalu berharap sosoknya hadir saat aku membuka mata.

Sudah seminggu dia tidak pergi tanpa ijin ku sampai tiba-tiba aku mendengar kabar dari nyonya Ackerman bahwa anaknya yang berbaring koma telah sadar, dia juga mengabarkan bahwa [Name] mengunjunginya.

Aku pulang ke rumah dan [Name] tentu saja tidak ada untuk menyambut ku, aku merasa kekosongan di hatiku. Aku jelas tahu dimana [Name] saat ini, aku tidak boleh memarahinya, aku harus bisa membuatnya nyaman di dekat ku.

Malam itu ketika dia pulang, aku khawatir melihatnya acak-acakan dengan luka kakinya yang kembali terbuka. Malam hari ketika aku bekerja [Name] memandangi ku dengan ekspresi bersalah di wajahnya, sangat imut rasanya aku ingin memanfaatkannya.

Dia mengijinkan aku tidur bersamanya dengan wajah malu-malu yang menggemaskan. Hatiku menghangatkan, aku tertidur di dekatnya, baru kali ini aku bisa tidur dengan sangat tenang.

Aku memperbolehkannya bergaul dengan teman-temannya, namun satu temennya membuat ku sangat kesal dia bocah Yeager itu, aku sudah tidak menyukainya ketika dia dekat dengan [Name].

Hubungan ku dengan [Name] naik turun, menghangat dan mendingin. Hubungan kami akhirnya di ketahui oleh semua orang, jujur saat itu aku sangat senang di banding panik.

Aku memang mencintainya tapi aku tidak bisa mengatakannya, hingga hari itu [Name] mengungkapkan rasa cintanya pada ku saat dia mabuk lewat telpon. Hingga ia menjadi milik ku seutuhnya.

Must Make You Happy (Levi X Reader) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang