Chapter 1

508 43 0
                                    

.

~o~

.

Jang Wonyoung, a child who was born with a golden spoon in her mouth, begitulah yang orang - orang katakan tentangnya. Bagaimana tidak, sejak kecil ia sudah terbiasa hidup dengan penuh kemewahan.

Keluarganya adalah pemilik saham terbesar salah satu rumah sakit terkemuka di kota Seoul dengan ayahnya sebagai kepala rumah sakitnya sedangkan ibunya adalah pemilik brand tas mewah yang sering dikenakan para selebriti terkenal.

Tidak peduli seberapa besar usaha dan kerja kerasnya, julukan itu akan tetap melekat padanya. Meski jadwal modeling dan pemotretannya sangatlah sibuk, Wonyoung tetap mendapatkan peringkat tinggi di sekolahnya. Tidak sedikit murid lain yang menunjukkan sikap iri padanya. Beberapa ada yang menunjukkan sikap iri nya terang-terangan dengan melontarkan kalimat sarkasme. Sedangkan yang lain memilih memendamnya, tidak ingin mencari masalah dengan sahabat baik cucu kepala sekolah.

Kebanyakan dari mereka adalah murid kelas lain yang tidak mengenal Wonyoung dengan baik, sedangkan teman sekelas Wonyoung tahu betul sikap Wonyoung yang sebenarnya.

Seperti saat ini, dikantin sekolah. Ada beberapa siswi kelas lain yang memandang sinis padanya kemudian berbisik sambil tertawa mengejek bersama teman-temannya.

Sambil melamun, Wonyoung menghabiskan gigitan terakhir sandwichnya.

"Lihatlah mereka, ha.. tidak bisa dipercaya, mereka bahkan tidak mengenalmu dengan baik, bagaimana mereka bisa berkata buruk tentangmu. Tidakkah kamu kesal Wony, setiap kamu mendapatkan sesuatu mereka selalu meremehkanmu"

Hiyyih, sahabat Wonyoung sejak kecil, ia akan selalu membela sahabatnya saat orang lain berkata buruk tentangnya.

"Biarkan saja, lagi pula itu tidak sepenuhnya salah.. latar belakang keluargaku juga salah satu pengaruh besar untukku."

"Hei.. kamu ini, mereka akan semakin tidak tahu diri jika kamu tidak melawan..."

Mengangkat bahunya, Wonyoung merasa tidak peduli dengan apa yang orang pikirkan tentangnya.

"Tapi... satu hal yang mereka tidak ketahui..." Wonyoung berkata setengah berbisik, yang membuat sahabatnya itu penasaran.

"Apa itu..?" Tanya Hiyyih, mendekatkan telinganya kearah Wonyoung.

"Aku memanfaatkan wajah dan fisikku dengan baik..."

"Hahaha.. kamu memang sahabatku, unbothered queen, Jang Wonyoung."

Ditengah perbincangan mereka berdua, bel masuk berbunyi.

"Ahh kenapa waktu berjalan dengan sangat cepat, ayo masuk kelas."

"Oh iya.. kamu duluan saja, aku ingin menelepon manajerku dulu, ada masalah pekerjaan yang harus aku selesaikan."

Dengan begitu Hiyyih kembali ke kelas terlebih dulu meninggalkan Wonyoung.

.

.

.

Setelah selesai menelepon manajernya, Wonyoung segera kembali ke kelasnya. Namun, saat melewati ruang musik, langkahnya terhenti saat mendengar alunan suara piano yang menyedihkan. Seperti tersihir, tanpa sadar dia mengikuti arah suara itu.

Didalam ruang musik, terdapat seseorang yang sedang memainkan piano tersebut. Dari jendela yang terbuka Wonyoung terpana menyaksikan pemandangan didepannya. Lirih, begitulah yang terdengar di telinganya.

Meski dia tidak begitu paham tentang musik, mendengar alunan suara piano yang dimainkan seseorang tersebut membuat dadanya terenyuh. Entah kenapa air matanya menetes dengan sendirinya saat Wonyoung melihat ekspresi dari seseorang tersebut. Hal itu membuat Wonyoung bingung, entah karena alunan sendu dari piano yang dimainkan seseorang itu atau ekspresi sedih yang dipancarkannya.

Saat tenggelam dengan pikirannya sendiri, mata mereka bertemu. Seseorang itu sudah berhenti memainkan pianonya, mata mereka seolah terkunci satu sama lain. Berusaha kembali ke alam sadarnya Wonyoung membuang muka dan bergegas kembali ke kelasnya.

.

.

.


Sesampainya dikelas, Wonyoung segera menghampiri Hiyyih.

"Hiyyih, apa kamu tahu pemain piano disekolah ini?" Menempati tempat duduknya disamping Hiyyih, Wonyoung menanyakan rasa penasarannya. Setengah berbisik agar tidak terdengar orang lain.

"Pemain piano? Hmm tunggu sebentar..."
Hiyyih menekan ujung pulpennya yang berbentuk kelinci ke dagunya, sambil berpikir keras.

"Aaa... yang aku tahu hanya seorang yang cukup populer, namanya Sunghoon. Dia sekelas loh dengan kita, kamu tidak tahu? Tapi wajar sih, saat dia masuk kamu tidak masuk karena sibuk pemotretan, begitupun sebaliknya. Dia memang jarang masuk sekolah karena sering mengikuti perlombaan nasional. Ngomong-ngomong kenapa bertanya tentang dia?" Setelah menjelaskan siapa orang yang dimaksud Wonyoung, sekarang giliran Hiyyih yang penasaran.

"Ehm.. entahlah, hanya penasaran saja. Tadi aku melewati ruang musik dan dia sedang memainkan pianonya. Yah dia lumayan berbakat"

Hiyyih menatap Wonyoung dengan pandangan menggoda. "Aaa.. jangan-jangan..."

"Hey tatapan apa itu... Aku bahkan tidak mengenalnya. Bagaimana mungkin aku..." Wonyoung salah tingkah mendengar nada suara Hiyyih yang menggodanya.

Melihat tingkah Wonyoung yang menggemaskan, Hiyyih tergelak.

"Hahaha.. tidak usah panik begitu, aku hanya bercanda kok."

Mendekat ke arah Wonyoung, Hiyyih setengah berbisik "Saranku jangan dekat-dekat sama dia ya. Dia itu cowok dingin, julukannya adalah ice prince. Aku bahkan tidak pernah melihat dia tersenyum. Aku tidak bisa bayangkan bagaimana kalau dia punya pacar dengan kepribadiannya itu."

Wonyoung tidak ambil pusing perkataan sahabatnya itu. Obrolan mereka pun terhenti saat guru memasuki kelas.

~o~

Stuck With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang