Chapter 4

198 31 0
                                    

.

~o~

.

Saat jam istirahat tiba, seperti biasa para murid berhamburan menuju ke kantin sekolah. Menu makan siang para murid sudah disediakan oleh pihak sekolah. Karena sekolah mereka adalah sekolah yang cukup elit dan bertaraf internasional, maka menu makanannya sudah dipastikan dibuat dengan bahan baku segar dan sehat karena sudah di jamin oleh ahli gizi dan nutrisi. Bahkan chef yang menyajikan makannya pun kabarnya setara dengan chef hotel bintang lima.

Kali ini, karena Wonyoung sangat kelaparan, maka ia memesan menu lengkap dengan porsi tambahan pada setiap item menunya. Hiyyih yang duduk di seberang mejanya, sudah tidak heran sama sekali. Sudah sering kali dia melihat sahabatnya itu makan dengan porsi besar. Yang dia heran adalah badannya akan tetap sama walaupun Wonyoung memakan porsi makanan 10 kali lipat sekalipun.

"Ngomong-ngomong, apakah tanganmu baik-baik saja sekarang? Tidak terasa sakit?" Hiyyih hanya ingin memastikan kembali mengingat keadaannya yang cukup menghawatirkan kemarin.

Dengan mulut yang masih penuh dengan makanan Wonyoung menjawab
"Tanganku baik-baik saja, kamu tidak perlu khawatir." Meski masih sedikit sakit, Wonyoung tidak ingin membuat sahabatnya itu khawatir.

"Syukurlah, aku lega mendengarnya..."

Dengan berhati-hati, Hiyyih menjelaskan alasan dibalik sikap Sunghoon yang dingin seperti itu terhadap orang lain.

"Kamu tahu, aku dan Kai oppa sudah mengenal Sunghoon sejak kecil, karena keluarga kami ada hubungan kerabat walaupun tidak terlalu dekat."

"Sejak kecil hidupnya sangatlah menyedihkan, ibunya meninggal setelah mengalami koma selama 5 bulan saat usia Sunghoon masih 8 tahun, sedangkan ayahnya tidak pernah memperhatikannya walaupun mereka hidup dalam satu atap. Sejak saat itu dia hanya dirawat oleh pelayan rumahnya walaupun hanya sebatas menyiapkan kebutuhan sehari-harinya."

"Terkadang ibu ku mengajak kami mampir ke rumahnya hanya untuk mengecek keadaannya. Suatu hari orang tuaku pernah meminta izin ayah Sunghoon untuk merawatnya karena melihat keadaannya yang semakin hari semakin tidak terawat, namun tidak pernah diizinkan. Aku sendiri heran, kenapa ayahnya bersikap seperti itu jika dia tidak bisa merawatnya dengan layak."

"Jadi, aku harap kamu jangan terlalu sakit hati ya.."

Wonyoung hanya membalas dengan senyum pengertian.

Setelah mendengar kisah Sunghoon yang diceritakan oleh Hiyyih, Wonyoung merenungkan kembali sikap Sunghoon yang dingin dan tidak bersahabat. Meski Wonyoung tidak pernah berada di posisi sepertinya, dia mengerti mengapa Sunghoon bersikap seperti itu selama ini.

Tidak seperti Sunghoon, Wonyoung tumbuh besar dengan kasih sayang yang cukup dari orang tuanya. Walaupun ayahnya sedikit lebih tegas, apalagi menyangkut pendidikan dan karir yang akan dia tempuh, ayahnya tetap menyayanginya dengan tulus.

Saat tenggelam dalam lamunannya, seseorang menempelkan minuman dingin dikepalanya. Wonyoung sedikit tersentak merasakan sensasi dingin yang tiba-tiba.

"Hei hei bocah nakal, berhenti mengajak Wony bergosip, kamu ini." Dia adalah Hueningkai, yang sudah bisa ditebak oleh Wonyoung.

Hueningkai, yang baru saja kembali dari pertandingan basketnya, bergabung di meja mereka dan duduk disamping adiknya menghadap Wonyoung.

"Yaa.. oppa pabo, jangan ikut campur urusan para gadis, setidaknya mandilah dulu sana jika ingin bergabung."

Ingin menjahili adiknya lebih lanjut, Hueningkai mengunci lengannya yang masih berkeringat di leher Hiyyih.

"Kyaaa, singkirkan tanganmu, menjijikkan sekali." Hiyyih mencoba berontak dengan mencubit pinggang kakaknya itu, yang berhasil membuat Hueningkai kesakitan dan akhirnya melepaskannya. Wonyoung hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah Huening bersaudara itu.

"Dasar oppa ini, mengacaukan penampilanku saja. Kenapa oppa kemari? Mau ikut bergosip juga ha? Lagipula apa-apaan itu, pilih kasih sekali. Kenapa hanya Wony yang diberikan strawbery milk. Sedangkan aku tidak pernah diberikan sama sekali. Sebenarnya siapa sih adikmu.." Hiyyih menumpahkan kekesalannya dalam satu tarikan nafas.

"Woaaa... Wony, lihatlah... rapper kita sangatlah berbakat haha... Yaa.. aku tahu aku adalah oppa paling tampan sedunia. Tidak perlu cemburu begitu, kamu seharusnya beruntung memiliki oppa sepertiku." Hiyyih merespon dengan pura-pura muntah mendengar kata-kata narsistik oppanya.

"Ngomong-ngomong, kalian tahu kan bahwa tim basketku baru saja memenangkan perlombaan tingkat nasional. Jadi, aku akan mengadakan pesta barbeque nanti malam dirumahku. Wony... Kamu harus datang ya.. oke..." Hueningkai mengajak Wonyoung, berharap mendapat respon positif. Sudah lama sekali Wonyoung tidak mampir ke rumahnya.

"Ya aku sudah mendengarnya, selamat oppa, tapi aku lihat jadwalku...." Belum sempat menyelesaikan kata-katanya, Hueningkai memotongnya.

"Eittss.. kamu tidak bisa menolak, aku tahu nanti malam kamu tidak ada jadwal apapun, jadi aku tunggu ya, sampai jumpa nanti..." Tanpa mendengar jawaban dari Wonyoung, Hueningkai pergi sambil melambaikan tangan meninggalkan mereka berdua.

"Pemaksa sekali.. seperti itulah oppa, seenaknya sendiri mengambil keputusan secara sepihak. Jadi... Bagaimana keputusanmu?" Hiyyih bertanya secara antusias.

"Yah mau bagaimana lagi, walaupun aku tidak begitu mengenal teman-temannya oppa, lagipula sudah lama sekali aku tidak mampir ke rumah kalian..."

"Yayyy, jangan khawatir, aku akan selalu menemanimu disana."

Kemudian mereka melanjutkan makan siang mereka dengan tenang.

Tanpa mereka sadari, di meja kantin paling ujung, seseorang sedang memperhatikan mereka, lebih tepatnya memperhatikan setiap gerak gerik Hueningkai dengan pandangan sedih dan terluka.

~o~


Stuck With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang