Chapter 6

185 32 0
                                    


.

~o~

.

Setelah malam pesta barbeque di rumah keluarga Huening, Wonyoung menjadi lebih dekat dengan sahabat Hueningkai. Terkadang mereka berkumpul di basecamp sekolah, di cafe milik Heeseung atau di apartemen mewah milik Jake.

Keluarga Heeseung adalah pemilik beberapa cafe terkenal yang tersebar di tempat-tempat strategis di pusat kota. Sedangkan Jake, saat ini tinggal sendiri di Korea. Keluarganya berada di Australia menjalankan bisnis otomotif yang sedang berkembang dengan pesat.

Tentu saja selain Wonyoung, ada Bahiyyih yang selalu menemaninya. Yang diketahuinya baru-baru ini bahwa sahabatnya itu ingin lebih dekat dengan salah satu sahabat kakaknya, yaitu Jake.

Awalnya Wonyoung bingung, Hiyyih selalu menyeretnya ke basecamp saat kakak dan sahabatnya sedang berkumpul. Namun saat sampai di tempat tujuan, Hiyyih selalu mencari kesempatan untuk bisa didekat Jake, mencoba sesering mungkin memulai obrolan dengannya, yang selalu ditanggapi dengan acuh.

Hal itu wajar karena Jake adalah laki-laki anti romantic yang tidak tertarik dengan drama percintaan remaja pada umumnya. Namun Hiyyih mengatakan bahwa laki-laki seperti itulah yang membuatnya lebih tertantang.

Segera setelah mereka menginjakkan kaki di apartemen Jake, Hiyyih langsung duduk disamping Jake, tidak membiarkan siapapun menempati tempat berharganya itu. Hiyyih terus mencoba merangkul tangan Jake namun selalu ditolak olehnya.

"Anak kecil... Berhentilah menggangguku, cari orang lain sana.." Gerutu Jake sambil berusaha melepaskan rangkulan Hiyyih, meskipun sia-sia.

"Ya.. oppa~ berhenti memanggilku begitu.. jangan seperti Kai oppa yang menyebalkan itu, kamu seharusnya berterimakasih kepadaku, tidak ada orang lain yang lebih memperhatikanmu daripada aku, kamu tahu"

"Berhentilah berkhayal Huening Bahiyyih, aku tidak butuh perhatian siapapun."

"Huft dingin sekali, ah iya ngomong-ngomong bukankah minggu depan hari ulang tahun Heeseung oppa? Bagaimana kalau kita merayakannya di apartemenmu? Ide bagus bukan?" Terimakasih untuk Kai yang pelupa, sehingga Hiyyih bisa mengetahui hari penting para sahabatnya yang tercatat di kalender kamarnya.

"Kenapa yang ulang tahun Heeseung tapi merayakannya di apartemenku? Lagipula darimana kamu tahu ulang tahun Heeseung?" Jake mengernyitkan alis dan melotot ke arah Kai, yang hanya ditanggapi dengan Kai yang membuang muka pura-pura tidak tahu.

Wonyoung hanya menggelengkan kepalanya, dia tahu, Hiyyih tidak akan menyerah sebelum keinginannya dipenuhi.

Saat Hiyyih asyik dengan dunianya, Wonyoung pun ditinggal sendirian. Beruntung disana ada Hueningkai dan Jungwon yang mengajaknya mengobrol dan selalu memastikan Wonyoung tidak merasa sendiri.

Disana juga ada Heeseung dan Sunghoon, namun mereka sibuk dengan dunianya masing-masing. Heeseung sibuk dengan mobile gamenya dan Sunghoon yang selalu tertidur dengan earphone yang menempel di telinganya.

Selama mengobrol dengan Jungwon, Wonyoung baru menyadari bahwa ia adalah temannya dulu saat masih di taman kanak-kanak.

Saat kecil, Jungwon sering mendapat perundungan dari teman-temannya karena tubuhnya yang lemah dan lebih kecil dibanding anak seusianya. Wonyoung kecil yang tidak suka melihat perundungan, menjadi tameng bagi Jungwon kecil yang lemah. Wonyoung kecil yang pemberani bahkan tidak segan untuk berkelahi dengan anak laki-laki, meskipun kalah jumlah dan perbandingan tubuh mereka yang lebih besar.

Suatu ketika saat Wonyoung kecil pulang dengan tubuh yang penuh luka, membuat kedua orangtuanya murka. Akibat dari kejadian itu, para orangtua anak-anak yang terlibat memindahkan anak-anak mereka ke tempat lain, bahkan orang tua Jungwon. Mereka tidak ingin berurusan dengan keluarga Wonyoung yang dikenal cukup berpengaruh didaerah itu. Sejak saat itu Wonyoung dan Jungwon tidak pernah bertemu lagi.

Jungwon pikir dia tidak akan pernah bertemu lagi dengan Wonyoung. Namun kini takdir mempertemukannya lagi dengan pahlawan masa kecilnya. Kini Jungwon sudah jauh lebih kuat, bahkan ia adalah pemegang sabuk hitam pada kejuaraan beladiri taekwondo tingkat nasional. Jungwon bertekad akan menjadi teman terbaiknya yang kuat dan lebih berani, tidak seperti Jungwon kecil yang lemah dan penakut dulu.

.

.

.


Di lapangan basket terdapat seseorang yang sedang berlatih dengan keras. Meski keringat sudah membanjiri seluruh tubuhnya dan paru-parunya sudah seperti terbakar, seseorang itu belum menghentikan aktivitasnya untuk beristirahat.

Baru setelah bola basket tergelincir dari tangannya dan kakinya sudah mati rasa, dia kemudian ambruk. Meluruskan kakinya dan merentangkan tangannya, ia mengatur nafasnya dengan susah payah.

Terdengar langkah kaki mendekat, duduk disampingnya, kemudian meletakkan sebotol air mineral di samping kepalanya. Melihat kondisi sahabatnya yang terlihat kacau, Heeseung menanyakan sesuatu yang membuat sahabatnya terlihat gelisah.

"Apa semua ini karena kejadian semalam... dengan Shin Yuna?" Sambil meneguk air mineralnya, mata Heeseung melirik ke arah Hueningkai yang masih terbaring.

"Bukan..." Menatap kosong ke arah langit-langit ruangan, kemudian Hueningkai melanjutkan dengan enggan. "Aku tahu dia tidak akan memberitahunya. Dia tidak akan mengambil resiko hanya untuk meluapkan emosi sesaatnya."

Hueningkai tidak takut Wonyoung mengetahui perasaannya. Tapi bukan saat ini. Dia akan mengatakannya sendiri, nanti, diwaktu yang tepat. Dia juga tidak takut bagaimana jawaban Wonyoung nanti.

Yang dia takutkan adalah, setelah Wonyoung mengetahuinya nanti, disamping ia menerimanya atau menolaknya, hubungan mereka akan berubah sepenuhnya. Dan pada akhirnya Wonyoung akan menjauh darinya. Dia sungguh tidak ingin jauh dari Wonyoung.

"Lalu... Apa karena Sunghoon?" Tebak Heeseung yang semakin penasaran.

"Entahlah..." Hueningkai merenung jauh ke masa lalu.

"Aku menyayanginya seperti adikku sendiri..." Dia kembali mengingat masa kecil Sunghoon yang menyedihkan "Aku ingin dia dapat berdamai dengan masa lalunya dan menjalani hidup dengan tenang seperti anak lainnya. Dan kali ini, aku bisa melihat perlahan dia mulai membuka dirinya..." Sekilas senyum pahit terukir diwajahnya.

"...berkat Wonyoung." Hueningkai mengatakannya dengan nada yang tenang, namun Heeseung tahu dengan pasti bahwa hati sahabatnya itu sedang gelisah.

"Tapi kamu takut dia akan membiarkan Wonyoung masuk terlalu dalam kan..." Heeseung seperti bisa menebak isi kepala sahabatnya itu.

Hueningkai terdiam, matanya memandang jauh namun tatapannya kosong. Pikirannya kembali mengingat saat mereka sedang berkumpul di basecamp. Tepatnya terhadap dua orang yang terlihat tidak terlalu dekat, namun tanpa mereka sadari, mereka terikat satu sama lain. Mereka adalah Wonyoung dan Sunghoon.

Seperti saat Wonyoung kesulitan membuka tutup botol minuman bersoda, kemudian menaruhnya kembali kemeja dengan putus asa, Sunghoonlah yang diam-diam membukanya tanpa sepengetahuan Wonyoung. Atau saat Wonyoung yang tanpa sengaja menjatuhkan sumpit dan ingin mengambilnya dibawah meja, Sunghoon yang duduk disamping meja, memegang ujung meja agar kepala Wonyoung tidak terbentur.

Semua perhatian - perhatian kecil itu tidak luput dari pengamatan Hueningkai. Perasaan Hueningkai semakin berkecamuk. Hueningkai takut keadaan tenang yang ia jaga selama ini akan bergejolak. Dan ketika ketakutannya itu terjadi, Wonyoung benar-benar akan menjauh darinya. Wonyoung yang selama ini bergantung padanya. Wonyoung yang selama ini selalu mengandalkannya.

.

~o~

.

Stuck With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang