Chapter 8

174 30 1
                                    


.

~0~

.

Waktu sudah menunjukkan pukul 18.00 KST saat Wonyoung terbangun dari tidurnya. Tersadar acara kejutan ulang tahun untuk Heeseung akan berlangsung satu jam lagi, Wonyoung segera bersiap-siap dengan terburu-buru.

Setelah mencuci wajahnya, Wonyoung bergegas merias wajahnya dengan riasan yang seadanya. Mengikat rambutnya dengan ikatan rendah. Kemudian mengenakan dress panjang lengan pendek berwarna ungu pastel dengan luaran kardigan hangat berwarna cream yang nyaman.

Beruntung sopir sudah siap sedia, sehingga Wonyoung tidak perlu menunggu. Jarak dari rumah Wonyoung ke apartemen milik Jake tidak terlalu jauh, hanya memakan waktu kurang dari 10 menit. Namun mengingat Wonyoung belum membelikan hadiah untuk Heeseung, maka ia mampir terlebih dulu ke toko aksesoris pria bermerk yang tidak jauh dari apartemen Jake. Setelah tiba di depan toko, Wonyoung meminta sang sopir untuk pulang, karena jarak yang cukup dekat dengan apartemen Jake, dan ia ingin berjalan kaki.

Tidak butuh waktu lama untuk memilih hadiah yang cocok. Wonyoung memilih bucket hat berwarna cream keluaran terbaru dari toko tersebut. Setelah membeli hadiah tersebut, Wonyoung segera berjalan kearah apartemen Jake. Wonyoung hanya berjalan santai karena masih tersisa waktu 30 menit sebelum acara dimulai.

Saat melewati persimpangan jalan, lampu jalan sudah mulai redup, dan Wonyoung menyesali keputusannya untuk berjalan sendiri ke apartemen Jake. Di ujung persimpangan jalan, terdapat sekelompok orang yang sedang mabuk. Mencengkeram tote bag belanjanya dengan erat, Wonyoung berjalan cepat agar menghindari sekelompok pemabuk tersebut.

Namun kali ini dia kurang beruntung, karena jalanannya lumayan kecil, Wonyoung tidak bisa menghindar saat di hadang oleh orang-orang itu.

"Lihat siapa yang kita temukan kali ini..." Pria botak jangkung yang sepertinya ketua mereka memulai aksinya.

Sambil meredakan ketakutannya dan jantungnya yang berdegup dengan kencang, Wonyoung berusaha berbicara setenang mungkin.

"Maaf, tapi aku sedang terburu-buru, bisakah kalian membiarkan aku lewat?"

"Hei ayolah... sayang sekali kalau gadis secantik ini kita lewatkan, bukankah begitu kawan-kawan?" Teman-temannya pun bersorak mengiyakan diiringi dengan siulan riuh lainnya.

Awalnya Wonyoung ingin menghadapi situasi ini dengan tenang dan baik-baik, namun para preman itu semakin kurang ajar dengan menyentuh lengan dan pundaknya.

"Ahh jinjja... Kalian preman-preman kampung benar-benar menyebalkan." Kesabaran Wonyoung sudah habis. Meski Wonyoung hanya bergumam namun dapat didengar oleh mereka.

"Apa...?! Sttttt diam semua... sepertinya si cantik ini mengatakan sesuatu yang menarik?!" Sang ketua memberi isyarat anak buahnya untuk diam. Suasanapun hening seketika.

"Kamu tidak dengar... Apa telingamu tuli akibat tersumbat minuman keras hahh, kalian preman tengik sampah masyarakat yang hanya bisa menindas orang yang lebih lemah." Dengan satu tarikan nafas Wonyoung meluapkan emosinya.

"Jalang kecil ini berani-beraninya..." Preman tersebut sudah mengangkat tangannya untuk menampar Wonyoung, namun dihentikan oleh seseorang.

Kemudian seseorang tersebut memberikan bogem mentah kepada preman yang ingin menampar Wonyoung. Suasana semakin memanas, preman-preman lain ikut tersulut emosi.

"Sunghoon-shi!?" Wonyoung terkejut dengan kemunculan Sunghoon.

"Ikuti perintahku, dalam hitungan ketiga kita lari, 1, 2, 3...!" Sunghoon memberikan perintah kepada Wonyoung dan menggandeng tangannya untuk lari.

Stuck With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang