Chapter 10

181 29 1
                                    

.

~0~

.


Hari ini, sepanjang mata pelajaran pertama dimulai, Wonyoung tidak bisa fokus. Meski sudah berusaha melupakannya, kejadian di UKS kemarin tetap terbayang-bayang di kepalanya. Itu adalah ciuman pertamanya.

Wonyoung bukannya asing terhadap sesuatu seperti itu, ibu dan ayahnya sering kali menciumnya saat dia kecil. Tapi ciuman kemarin berbeda, karena dia dan Sunghoon bukanlah keluarga. Wonyoung tahu bahwa jika dua orang berciuman, harus didasarkan atas rasa saling suka.

Wonyoung merasa Sunghoon tidak menyukainya sebagai lawan jenis, dan begitupun sebaliknya, dia menyukai Sunghoon, namun hanya sebagai teman. Tapi entah kenapa setelah kejadian itu, Wonyoung terus berdebar-debar saat mengingat bibir Sunghoon yang menempel dengan bibirnya.

Wonyoung sadarlah, itu hanya sebuah kesalahan, lagipula dia melakukan itu tanpa persetujuan.

Wonyoung menepuk-nepuk pipinya, berharap semua ingatannya kemarin menghilang.

Saat pelajaran pertama selesai, Bahiyyih yang duduk disampingnya memegang tangannya dan melihatnya dengan serius.

"Wony... Kamu adalah sahabat terbaikku kan?

"T-tentu saja...?"

"Sahabat akan saling tolong menolong apapun yang terjadi kan?"

Sudah Wonyoung duga, saat Hiyyihnya yang ceria tiba-tiba menjadi serius, pasti ada sesuatu dibaliknya.

"Ya... Baiklah, katakan saja apa maumu?"

"Bagus... Dengar, ibuku yang sedang diluar negeri mendapat info dari pelayan rumah Sunghoon, bahwa sejak kemarin Sunghoon sedang sakit dan sama sekali tidak keluar dari kamarnya. Ibuku memintaku dan Kai oppa untuk menjenguknya kerumahnya tapi aku ada latihan sepulang sekolah nanti, jadi kumohon sahabat terbaikku, tolong gantikan aku ya ya ya..."

Ah... Wonyoung baru tersadar bahwa Sunghoon tidak masuk kelas hari ini. Dia tidak menyadarinya karena masih belum siap berhadapan dengan Sunghoon setelah kejadian kemarin. Jika Sunghoon tidak masuk sekolah berarti sakitnya belum kunjung membaik atau bahkan semakin parah. Wonyoung kembali merasa bersalah mengingat kemarin dia juga menamparnya dengan cukup keras.

"Tapi Hiyyih... Aku tidak... Bagaimana kalau ada ayahnya dirumahnya?" Masih berusaha mengelak, Wonyoung mencoba mencari alasan untuk menolak.

"Tenang saja... Ayahnya sedang sibuk mengurus bisnisnya diluar kota. Aku bahkan ragu ayahnya akan peduli dengan keadaan Sunghoon saat ini."

"Baiklah..."

"Yayy... Terimakasih sahabat terbaikku. Tenang saja, setelah urusanku selesai, aku akan menyusul."

.

.

.

Setelah pulang sekolah, Wonyoung bersiap untuk berangkat menuju rumah Sunghoon. Setelah memberitahu titik rumah Sunghoon yang Hiyyih kirimkan ke sopirnya, ia langsung bergegas tanpa mengganti dulu seragam sekolahnya. Di tengah perjalanan, Wonyoung mampir ke toko buah untuk membelikan buah-buahan segar untuk Sunghoon.

Wonyoung sedikit gugup, namun ia meyakinkan dirinya, ia hanya menjenguk seorang teman yang sedang sakit.

Mobilnya berhenti didepan gerbang rumah yang berdesain modern dan cukup mewah. Warna yang didominasi abu dan hitam menjadikan rumah itu memiliki kesan yang maskulin. Seorang pria paruh baya yang sepertinya seorang pelayan rumah itu menghampirinya.

Stuck With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang