Chapter 18

48 7 1
                                    


.

~0~

.

Ujian masuk universitas di Korea telah berlangsung beberapa minggu yang lalu. Test yang dianggap sebagai test tersulit dan memiliki pengaruh besar terhadap karir akademik dan profesional siswa di Korea Selatan tersebut juga sudah mengumumkan hasilnya. Sebagian besar murid Decelis High School telah berhasil lolos dengan skor yang memuaskan, bahkan ada beberapa murid dengan skor teratas dari peringkat nasional. Begitu juga dengan Huening Kai dan Heeseung. Mereka berdua berhasil lolos test CSAT dengan hasil yang memuaskan meski bukan salah satu peringkat yang tertinggi di sekolah.

Untuk merayakan hasil test oppa kesayangannya, Hiyyih dan Wonyoung memesan berbagai makanan lezat yang cocok dimakan pada cuaca bersalju saat ini di basecamp mereka. Ada teokbokki pedas, kimchi jigae, kalguksu, sup iga sapi dan makanan lezat lainnya. Karena banyaknya makanan yang mereka pesan, tentu saja bukan mereka yang mengambil pesanan yang berat itu, dan itulah tujuan mereka berdua membawa Jake dan Jungwon. Seharusnya ada Sunghoon juga, namun karena ada urusan lain terlebih dahulu, dia akan menyusul setelah urusannya selesai.

Sambil memberikan kedipan genit kearah Jake, Hiyyih menggandeng tangan Jake yang sedang membawa sekantung plastik berisi makanan pesanan mereka. Setelah Jake dan Jungwon meletakkan pesanannya, Wonyoung bergegas mempersiapkan makanannya di atas meja.

"Huening Bahiyyih, daripada terus menggelayutiku, kenapa tidak membantu Wonyoung menyiapkan makanannya hmm..."

"Kenapa sih... kamu tidak mau dekat-dekat denganku ya..? Lagipula sudah ada Jungwon yang membantu kok..." Hiyyih semakin mengeratkan gandengannya di lengan Jake. Jake hanya bisa menghela nafas dan mengurut pangkal hidungnya.

Wonyoung dan Jungwon yang sedari tadi menyiapkan semua makanan hanya mengangkat bahu saat bertatapan, memaklumi sikap bucin temannya itu.

Setelah semua makanan tersaji, semua orang tidak kuasa menahan air liurnya yang hampir menetes. Aneka hidangan yang masih panas mengepulkan uap yang menyebarkan aroma gurih dan pedas yang menggugah selera di cuaca yang dingin ini, mereka tidak sabar untuk melahapnya.

Sebuah pesan masuk diterima Hiyyih yang menandakan bahwa orang yang ingin mereka beri kejutan sudah berangkat menuju tempat kejutan. Masing-masing orang bersiap dengan confetti poppernya di depan pintu untuk menyambut kedua orang itu. Saat pintu terbuka, confetti meluncur dengan meriah mengiringi kedatangan Huening Kai dan Heeseung.

"Selamat atas kelolosan CSATnya oppa~..." Hiyyih lah yang paling semangat berteriak dan langsung memeluk oppanya itu.

Sementara kedua kakak beradik itu sibuk dengan dunianya, yang lain memberikan semangat ke Heeseung. Setelah selesai sesi berpelukan sebagian dari mereka langsung menyerbu makanan yang sudah tersaji, menyisakan Wonyoung dan Huening Kai.

"Selamat oppa... kamu sudah bekerja keras..." Mengesampingkan kecanggungan yang belakangan ini dirasakannya, Wonyoung memeluk Huening Kai, yang disambut dengan pelukan balasan yang hangat.

"Terima kasih... Wonyoung-ah..."

Pelukan singkat, namun bagi Wonyoung terasa sangat lama. Setelah itu mereka berdua bergabung dengan yang lainnya.

Karena yang lainnya sudah sibuk menyantap makananya masing-masing, Wonyoung dan Hueningkai menempati spot yang tersisa yang artinya mereka berdua harus duduk berdampingan.

Suasananya sedikit riuh karena Jake dan Heeseung yang seakan berlomba memasukkan makanan paling banyak ke mulut mereka.

"Yaa~ kalian berdua, seperti belum makan berhari-hari saja, memalukan sekali...!" Hiyyih yang selalu makan dengan table manner yang anggun, menatap mereka tidak percaya. "Bagaimana kalau kalian tersedak..."

Belum selesai Hiyyih menyelesaikan kalimatnya, Jake sudah tersedak parah hingga wajahnya memerah. Dengan perhatian Hiyyih menepuk-nepuk punggung Jake agar batuknya mereda dan memberikan segelas air mineral.

Wonyoung yang daritadi memperhatikan keriuhan ini hanya bisa menggelengkan kepalanya. Sebuah pertanyaan terlontar dari bibir Hueningkai kepadanya. "Ngomong-ngomong, kemana Sunghoon?

"Aa.. dia ada urusan sebentar katanya, tapi akan segera menyusul kok oppa..."

"Begitu rupanya... kalian sudah baikan ya? Jadi sekarang hubungan kalian sudah kembali seperti semula bukan..?"

Tidak memprediksi pertanyaan yang tiba-tiba, Wonyoung menjawab dengan sungkan.

"Hmm... begitulah..."

Entah kenapa kali ini suasana mereka menjadi lebih canggung, entah hanya perasaanya saja, namun Hueningkai sejak tadi berusaha untuk selalu bersentuhan dengannya. Saat Wonyoung ingin mengambil sepotong teokbokki, Hueningkai juga tiba-tiba mengambilnya sehingga tangan mereka bersentuhan. Saat Hiyyih dan Jake menunjukkan kemesraannya, Hueningkai pura-pura iri dan menempelkan lengannya kearah Wonyoung dan menyandarkan kepalanya di kepala Wonyoung. Kemudian karena tangan Wonyoung kedinginan, Hueningkai sengaja menggenggam tangannya dan meniupnya agar tetap hangat.

Mungkin jika situasi tersebut terjadi sebelum dia tahu perasaanya, semua tidak akan menjadi masalah. Tapi setelah mengetahui semuanya sekarang terasa berbeda. Tatapannya pun saat ini terasa berbeda. Beberapa kali juga Wonyoung berusaha menghindari sentuhannya, dan Wonyoung merasa oppanya itu menyadarinya. Setiap dia menghindarinya, tatapan matanya seakan terluka. Perasaan bersalah kini menyerangnya tanpa ampun, karena Wonyoung berpikir bahwa oppanya itu belum mengetahui kalau dia sudah tahu perasaannya. Jika saja bisa, Wonyoung berharap agar tidak pernah mengetahui kebenarannya saat ini.

Tiba-tiba pintu terbuka, Sunghoon yang mengenakan jaket musim dingin dan syal berwarna merah kesukaannya masuk dengan rambut dan jaket yang masih terdapat beberapa butiran salju. Melihat Sunghoon masuk, Wonyoung segera melepaskan genggaman tangan Hueningkai dan menghampiri Sunghoon. Tangan Hueningkai yang tadinya menggenggam tangan Wonyoung kini terasa hampa, mengepalkan tanggannya hingga buku jarinya memutih, tidak rela terlepas dari kehangatan tangan yang seharusnya miliknya.

Setelah melepaskan jaket musim dinginnya yang agak lembab, Sunghoon segera bergabung dengan yang lainnya didampingi oleh Wonyoung.

"Maaf aku terlambat... Selamat atas kelolosan CSATmu hyung."

Keduanya berjabat tangan kemudiam berpelukan.

"Terimakasih... mari kita makan..."

Saat memeluk Sunghoon, Hueningkai terus menatap Wonyoung, tatapan yang membuatnya tercekik, begitupun saat berbicara dengan Sunghoon, matanya malah tertuju kearah Wonyoung. Wonyoung tidak tahu harus bagaimana, biasanya jangankan hanya bertatapan singkat, lomba bertatapan terlamapun Wonyoung tidak masalah. Tatapannya kali ini terasa berbeda, entah kenapa seperti ada guratan luka didalamnya, namun tajam sehingga begitu menusuk, dan hati Wonyoung terasa sesak tiap kali melihatnya. Saat ini Wonyoung hanya bisa menatap kearah lain sambil menggenggam lebih erat lengan Sunghoon.

Sunghoon yang mengetahui kegelisahan Wonyoung pun balas memeluknya dengan erat. Sebenarnya sejak awal dia membuka pintu, tatapannya sudah tertuju ke arah Wonyoung dan hyungnya itu. Kemudian saat Wonyoung menghampirinya, dia melihat tangan hyungnya yang tadinya menggenggam tangan Wonyoung terkepal dengan kencang pasca kepergiannya. Begitu juga dengan setiap tatapan matanya, seolah dia telah merebut hal paling berharga darinya.

"Apa kamu sedang tidak enak badan hmm? Mau pulang sekarang?"

"..." Wonyoung hanya menggeleng.

"Baiklah, kalau begitu kemarilah, tanganmu dingin sekali."

Menarik tangan Wonyoung, membungkus tangannya yang kecil dipelukan tangannya yang besar. Sunghoon sengaja memeluknya didepan hyungnya itu, ingin melihat reaksinya. Meski terlihat tidak terpengaruh, namun kaleng minuman soda yang dipegang hyungnya itu sedikit penyok. Mempererat pelukannya dengan Wonyoung, Sunghoon akan memastikan semua orang tahu bahwa Wonyoung adalah miliknya seorang.

.

.

=0=

.

.

Stuck With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang