Chapter 3

207 32 1
                                    

.

~o~

.

Pelajaran kedua hari ini kosong karena guru mata pelajarannya sedang sakit dan tidak ada guru pengganti. Meski para murid dianjurkan untuk belajar mandiri dikelas, apa yang bisa kalian harapkan dari anak-anak SMA yang sedang mencari jati diri.

Ada yang memainkan gitar sambil bernyanyi, mencorat coret papan tulis, berlarian kesana kemari, sedangkan murid perempuan sibuk bergosip atau membicarakan bintang idola yang sedang naik daun saat ini.

Mendengar notifikasi pesan masuk, Wonyoung memeriksa layar smartphone nya, ternyata pesan dari Hiyyih.

'Wonyy.. kelas sedang kosong kan, ayo kita bersantai di basecamp.'

Belum sempat membalas, Hiyyih kembali mengiriminya pesan. Seolah mengetahui kegelisahannya.

'Tenang saja, tidak ada seorang pun di sana. Aku akan menyusul karena ada sedikit keperluan di ruang guru'

Karena dikelas terlalu berisik dan Wonyoung tidak merasa nyaman, ia pun menyetujui permintaan Hiyyih.

'Baiklah...'

'lebih baik kali ini kamu benar, atau aku akan memberitahu Kai oppa rahasiamu'

.

.

.

Sesampainya didepan basecamp, Wonyoung mengetuk pelan dan langsung masuk karena tidak ada jawaban. Menuju kearah sofa Wonyoung sedikit terkejut melihat seseorang sedang tertidur.

Sedikit penasaran, Wonyoung mendekat kearah seseorang yang sepertinya tertidur dengan lelap itu. Setelah melihat dengan jelas, Wonyoung baru menyadari bahwa orang tersebut adalah Sunghoon.

Dia sedikit ragu pada awalnya karena wajah tertidurnya sangat berbeda dengan wajahnya saat terjaga, yang membuatnya bertanya-tanya apakah mereka adalah orang yang sama.

Garis rahangnya cukup tegas, mata, hidung dan bibirnya terpahat dengan baik. Tersadar dari observasi singkatnya, Wonyoung segera beranjak pergi dari tempat itu. Namun sebelum Wonyoung pergi, ia mendengar suara gumaman dari Sunghoon.

Omma...

Nuna...

.

.

.


Di sebuah ruangan yang gelap, Sunghoon kecil bersembunyi ketakutan di belakang sofa ruang tamu rumahnya. Tubuh kecilnya meringkuk dengan kakinya yang ditekuk hingga ke dadanya, matanya memejam erat-erat dan kedua tangannya menutup telinganya. Tidak ingin mendengar teriakan kedua orangtuanya yang saling memaki dan memukul satu sama lain.

Bagi Sunghoon, melihat pertengkaran kedua orang tuanya sudah menjadi hal yang biasa. Namun kali ini, intensitas amarah mereka lebih besar dari biasanya. Yang tidak pernah dia bayangkan bahwa itu adalah terakhir kali dia melihat mereka bertengkar.

Ditengah suara pertengkaran kedua orangtuanya, terdengar bunyi pecahan botol kaca disertai teriakan memilukan ibunya. Saat ingin bangun untuk melihat keadaan, dengan penuh keterkejutan Sunghoon menyaksikan tubuh ibunya ambruk didepan matanya. Darah segar menggenang disekitar kepalanya.

"Omma..!!!"

Sunghoon kecil berusaha memanggil ibunya messki suaranya tercekat. Dia merangkak dengan sisa kekuatannya, tangan kecilnya berusaha meraih ibunya, namun yang bisa dicapainya adalah genangan darahnya. Melihat kedua tangannya yang berlumuran darah, Sunghoon ingin berteriak, namun suaranya tidak bisa keluar. Kemudian gelap menyelimuti inderanya.

Sebelum kehilangan kesadarannya sepenuhnya, Sunghoon melihat seorang wanita yang dikenalnya berlari menghampiri ayahnya.

.

.

.


"Omma.."

"Nuna..."

Terdengar lagi suara Sunghoon yang lemah. Tubuhnya sedikit gemetar, kedua alisnya berkerut dan wajahnya dibasahi oleh keringat. Wonyoung tidak tahu harus berbuat apa. Dia tidak pernah berada dalam situasi seperti ini sebelumnya. Mengumpulkan keberaniannya, Wonyoung berusaha membangunkan Sunghoon.

"Sunghoon-shi..." Wonyoung sedikit mengguncangkan bahunya. Tidak ada reaksi.

Menggigit bibirnya, Wonyoung mengguncangkan kembali bahunya. Kali ini dengan menggunakan sedikit tenaganya.

"Sunghoon-shi... Bangunlah"

Masih belum ada pergerakan.

Wonyoung mencoba kembali untuk yang terakhir kalinya. Namun sebelum tangannya mencapainya, tangan Sunghoon mencengkeram tangannya. Cengkeraman itu sedikit menyakitkan sehingga membuat Wonyoung meringis kesakitan.

Tidak ingin Sunghoon salah paham, Wonyoung segera menjelaskan situasinya.

"Ah... akhirnya kamu bangun juga, maaf... karena aku membangunkanmu, aku tidak tega melihatmu sepertinya sedang bermimpi buruk."

Masih mencengkeram tangannya, Sunghoon menatap Wonyoung dengan tajam.

"Aku memperingatkan mu, berhentilah mencampuri urusan orang lain."

Sunghoon sangat kesal, tidak ada yang pernah melihatnya begitu rentan seperti saat ini selain sahabatnya.

Karena cengkeramannya semakin menguat, Wonyoung berusaha melepaskan tangannya.

"Sakit.. bisakah kamu melepaskan tanganku..?" Permohonannya sia-sia, cengkeraman tangannya tidak mengendur sedikitpun.

Ditengah-tengah usahanya melepaskan diri dari cengkeraman Sunghoon, pintu ruangan terbuka.

"Wony... Sunghoon... Apa yang kalian lakukan?"

Melihat suasana permusuhan yang dikeluarkan Sunghoon, Hiyyih kemudian meminta penjelasan Wonyoung.

"Wony... Bisa jelaskan padaku apa yang terjadi saat ini?"

Sebelum Wonyoung sempat menjawab, Sunghoon melepaskan tangannya dan berjalan keluar ruangan.

"Heii... Sunghoon... Mau kemana kamu pergi... Yaaa..."

Tanpa memperdulikan teriakan Hiyyih, Sunghoon menghilang dari balik pintu.

Kembali ke Wonyoung, Hiyyih melihat tangannya yang memerah dan merasa khawatir.

"Ya Tuhan.. tanganmu kenapa memerah begini. Sebenarnya apa sih yang terjadi diantara kalian?"

Seperti tersadar, Hiyyih memastikan kembali dugaannya.

"Tunggu dulu..."

"Apakah Sunghoon bermimpi buruk tadi?"

Wonyoung mengangguk.

"Apakah dia memanggil-manggil ibunya?"

Wonyoung membalas dengan anggukan lain.

"Aaaa.. pantas saja..." Hiyyih menghela nafas, merasa tidak enak dengan keadaan Wonyoung saat ini.

"Aku minta maaf ya karena kamu harus mengalami ini. Tapi yang perlu kamu tahu, Sunghoon memang sering kali bermimpi buruk tentang masa lalunya."

"Itu adalah salah satu trauma terberatnya, aku yakin dia tidak bermaksud menyakitimu."

Tidak ingin menanyakan lebih jauh, Wonyoung mengangguk pelan.

"Aku mengerti... Baiklah.. mungkin aku lebih baik tidak berurusan lagi dengannya."

Hiyyih hanya bisa tersenyum merasa bersalah dan Wonyoung membalas dengan senyum meyakinkan.

~o~

Stuck With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang