Chapter 7

159 29 0
                                    

.
~o~
.

"Wonyoungie... Sayang... apakah masih belum siap?"

Terdengar suara ibunya dari lantai bawah berteriak memanggil Wonyoung karena waktu yang semakin sempit sebelum acara yang mereka datangi dimulai. Wonyoung kembali memeriksa penampilannya pada cermin didepannya, kemudian menyemprotkan parfum kesukaannya yang beraroma lavender.

Karena acara kali ini adalah undangan dari pihak sponsor, maka outfit dari ujung kepala sampai ujung kakinya adalah pemberian dari sponsor.

"Sudah siappp ommaa... Tunggu sebentar..." Wonyoung menjawab ibunya sambil berlari-lari menuruni tangga.

Akhir pekan kali ini, Wonyoung mendapat undangan pembukaan mall mewah baru di kota Gangnam. Namun kali ini dia datang bersama ibunya karena ibunya juga membuka cabang outlet brand tas mewahnya disana.

Sepanjang perjalanan, Wonyoung hanya menatap keluar jendela mobil. Memandang langit kota Seoul yang menyambut ramah perjalanannya. Jarak kota Seoul ke distrik Gangnam tidaklah terlalu jauh, hanya memakan waktu kurang lebih 15 menit perjalanan. Hal yang sedikit disyukuri Wonyoung karena dia benci berada terlalu lama didalam mobil.

.

.

.

Tanpa terasa mobil yang mereka kendarai sampai di tempat yang dituju. Mall megah yang digadang-gadang akan menjadi Mall terbesar di Asia. Wonyoung dan ibunya bergegas menuju tempat acara yang diadakan di lantai dasar Mall tersebut.

Sebelum acara dimulai, ibunya menggandeng tangannya ke arah sekelompok pria dewasa yang berpakaian formal, yang terlihat seperti orang penting pada acara tersebut.

Kemudian salah seorang pria menyapa ibu Wonyoung.

"Ah Nyonya Jang, apa kabar? Anda terlihat menawan seperti biasanya." Sapaan basa-basi yang terdengar tanpa emosi.

"Baik Tuan Park, bagaimana dengan Anda?" Balas ibu Wonyoung sambil tersenyum ramah.

Meski sudah bersembunyi sebaik mungkin, kehadiran Wonyoung tetaplah menonjol. "Ngomong - ngomong, dengan siapa Anda datang Nyonya Jang?"

"Ah... Perkenalkan anak bungsuku" Ibu Wonyoung sedikit menyikutnya, tanda agar Wonyoung memperkenalkan diri.

"Selamat pagi, perkenalkan nama saya Jang Wonyoung." Wonyoung memperkenalkan diri dengan sopan.

"Putri Anda juga menawan seperti ibunya rupanya." Puji pria tersebut, yang dibalas dengan ucapan terimakasih oleh ibunya dan senyum canggung oleh Wonyoung.

"Oh iya sepertinya kalian seumuran. Sunghoon perkenalkan dirimu." Nada ramah yang pria itu katakan sebelumnya berubah menjadi dingin.

Seorang pria muda yang dikenalnya  berdiri disamping pria tersebut. Mata mereka bertemu, keduanya sama-sama terkejut, Sunghoon dengan cepat kembali ke wajah datarnya dan Wonyoung yang masih belum bisa menyembunyikan rasa terkejutnya.

Setelah Sunghoon memperkenalkan diri, mereka kemudian duduk di kursi yang sudah disediakan untuk masing-masing undangan.

Wonyoung baru mengetahui bahwa pria tadi adalah ayah Sunghoon yang merupakan CEO dari perusahaan yang mendirikan Mall tersebut.

Setelah pembukaan acara yang dimulai dengan pemotongan pita oleh ayah Sunghoon, acara dilanjutkan dengan berbagai macam pertunjukan musik. Salah satunya yaitu pertunjukan piano yang dimainkan oleh Sunghoon.

Seperti sebelumnya, Wonyoung hanya bisa terhanyut dalam alunan melodi yang dimainkan oleh Sunghoon. Begitu pertunjukan pianonya selesai, Wonyoung bisa merasakan tatapan tajam dari ayah Sunghoon yang ditujukan kepadanya dan Sunghoon yang membalas tatapannya dengan lebih dingin.

.

.

.

Acara tersebut selesai setelah para tamu undangan menyantap makan siang yang disediakan oleh pihak yang mengadakan acara. Wonyoung ingin segera pulang untuk beristirahat sejenak sebelum datang ke rumah Jake untuk merayakan ulang tahun Heeseung.

Wonyoung izin untuk pulang terlebih dahulu karena ibunya ingin mengurus tokonya. Karena sang sopir belum sampai, Wonyoung ingin melihat-lihat area sekitar Mall tersebut. Menemukan spot tempat duduk yang lumayan nyaman disamping Mall, Wonyoung bergegas menuju tempat itu.

Namun sebelum sampai ke tempat yang dituju, Wonyoung tidak sengaja melihat perseteruan antara orang yang dikenalnya.

"Sudah berapa kali aku mengatakan untuk tidak menyentuh piano sialan itu lagi hahh!" Pria yang lebih tua membentak anaknya. Melonggarkan dasinya agar meredakan amarahnya yang mencekik.

"Kenapa, apakah piano sialan itu mengingatkanmu dengan wanita sialan itu!?" Anaknya menanyakan dengan nada dingin.

"Jaga bicaramu Park Sunghoon!"

"Aa.. aku lupa, bukankah dia juga mencampakkanmu Appa, bagaimana rasanya dicampakkan wanita itu setelah mencampakkan ibuku dan membiarkannya mati tersiksa." Sunghoon menantang ayahnya, mendekat dan semakin memprofokasinya.

"Bahkan neraka pun tidak akan cukup untuk membayar kejahatan kalian."

Plakk

Suara tamparan keras membuat mata Wonyoung melebar. Sunghoonpun terjatuh akibat tamparan yang cukup keras itu. Wonyoung menutup mulutnya untuk meredam suaranya, sebelum teriakannya terdengar oleh mereka.

"Ini peringatan terakhir, aku tidak ingin melihatmu menyentuh piano lagi." Setelah memberi peringatan tersebut, ayah Sunghoon pun pergi meninggalkan anaknya yang masih terduduk.

Sunghoon diam selama beberapa saat, terkekeh kemudian dilanjutkan dengan tertawa terbahak-bahak.

Setelah puas, Sunghoon beranjak menuju taman dan duduk di kursi taman yang tersedia.

Wonyoung sedikit ragu, namun memberanikan diri untuk menghampiri Sunghoon. Sunghoon yang sedang melamun, sedikit terkejut dengan Wonyoung yang menyodorkan plester luka dihadapannya.

Tanpa meliriknya, Sunghoon melontarkan kata-kata dingin.

"Pulanglah, jangan pedulikan aku."

Tidak menghiraukan kata-kata dinginnya, Wonyoung duduk disamping Sunghoon. Membuka bungkus plesternya dan menempelkan kebagian luka di sudut bibirnya. Awalnya Sunghoon menghindar namun dengan gigih Wonyoung memaksanya.

"Jangan salah paham, aku akan melakukan hal yang sama walaupun itu bukan kamu." Sunghoon hanya terdiam. Wonyoung tersenyum merasa puas dengan hasil kerjanya.

Sunghoon tertegun, biasanya dia sangat benci orang lain menyentuh wajahnya, namun Wonyoung berbeda, dan dia juga tidak mengerti alasannya.

"Selesai, kalau begitu aku pulang dulu, sampai jumpa Sunghoon-shi." Sebelum Wonyoung beranjak pergi, Sunghoon menghentikannya dengan menggenggam tangannya.

"Duduklah, itu tujuanmu datang ke taman ini kan dari tadi."

Ah, dia tahu.

"Maaf, aku tidak bermaksud menguping atau mengintip atau..."

Sebelum Wonyoung menjelaskan situasinya tadi, Sunghoon memotong kalimatnya.

"Lupakan apa yang baru saja kamu lihat."

Suasana pun menjadi canggung. Wonyoung berusaha mengalihkan dengan topik lain.

"Aa... Apa kamu akan datang ke tempat Jake untuk merayakan ulang tahun Heeseung oppa?"

"Entahlah..." Dengan enggan Sunghoon menjawab tanpa melihat ke arahnya.

"Dia sahabatmu kan, jadi kamu harus datang, oke."

Kemudian mereka terdiam, menikmati taman yang damai. Tenggelam dalam pikiran masing-masing.

.

~0~

.

Stuck With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang