Chapter 9

175 35 2
                                    

.

~0~

.

Saat bel istirahat berbunyi, bukannya bergegas ke kantin sekolah, Wonyoung justru bergegas ke basecamp sekolah. Wonyoung mendapat informasi sebelumnya dari Bahiyyih bahwa kakaknya, yang seharusnya beristirahat di rumah datang ke sekolah meski sudah dilarang. Wonyoung khawatir jika luka yang dialami Hueningkai tidak kunjung membaik karena istirahat yang kurang.

Sesampainya di basecamp, Wonyoung mendapati Hueningkai yang tertidur di sofa dan Sunghoon yang sedang duduk disisi lain sofa sambil tertidur. Mendekat kemudian duduk disamping Hueningkai, Wonyoung memeriksa luka-lukanya. Ia menghela nafas lega karena lukanya sudah semakin membaik.

Saat melihat kearah Sunghoon, Wonyoung terkejut. "Astaga kamu mengejutkanku, kamu baru bangun Sunghoon-ssi?"

"Hn..." Sunghoon hanya menjawab dengan gumaman.

Wonyoung tidak menyadari bahwa Sunghoon memang tidak tertidur sejak awal. Sunghoon selalu memperhatikan setiap gerak gerik Wonyoung. Tatapan khawatir saat pertama kali memeriksa Hueningkai. Kemudian senyuman leganya karena mengetahui Hueningkai baik-baik saja.

"Bagaimana keadaanmu? Sudah lebih baik sekarang?" Meskipun luka Sunghoon tidak separah Hueningkai, Wonyoung tetap merasa khawatir.

"Aku baik-baik saja." Jawab Sunghoon singkat.

Wonyoung menatap Sunghoon dengan intens, merasa ada yang tidak beres dengan Sunghoon, Wonyoung ingin memastikan kembali. "Tapi wajahmu sedikit pucat, apa benar kamu baik-..." namun sebelum Wonyoung menyelesaikan pertanyaannya, Sunghoon memotongnya.

"Aku baik-baik saja, jangan pedulikan aku" Kemudian Sunghoon beranjak untuk pergi.

"Ah, baiklah." Karena tanggapan Sunghoon yang cukup dingin, Wonyoung hanya bisa terdiam.

Setelah keluar, hanya beberapa langkah dari pintu, tubuh Sunghoon pun ambruk. Wonyoung yang mendengarnya dari dalam, bergegas keluar untuk melihat keadaan Sunghoon.

"Ya Tuhan, Sunghoon-ssi!" Wonyoung menepuk pipi Sunghoon, kemudian memeriksa dahinya menggunakan punggung tangannya.

Benar dugaan Wonyoung, Sunghoon mengalami demam tinggi. Wonyoung meminta tolong siswa yang lewat untuk membawa Sunghoon ke UKS, karena ada dokter sekolah dan perlengkapan yang lebih lengkap.

Setelah diperiksa oleh dokter sekolah, Wonyoung mendapat informasi bahwa Sunghoon hanya mengalami demam tinggi karena infeksi virus flu biasa. Cukup di berikan obat penurun demam dan harus minum yang cukup. Wonyoung sedikit lega, bagaimanapun, selain Hueningkai, Wonyoung juga menyalahkan dirinya sendiri terhadap keadaan Sunghoon.

Tidak berselang lama, Sunghoon terbangun. Meski kepalanya pusing dan demamnya belum kunjung turun, Sunghoon memaksakan diri untuk duduk.

Wonyoung menekan tombol otomatis agar ranjang dapat menopang tubuh Sunghoon yang dapat membuatnya duduk dengan nyaman.

"Ini, minumlah dulu." Wonyoung menyodorkan segelas air.

Kemudian Wonyoung memberikan obat untuk Sunghoon minum, namun Sunghoon menolak. Tidak menyerah, Wonyoung terus berusaha membuat Sunghoon meminum obatnya.

"Ayolah Sunghoon-ssi sebentar lagi aku harus masuk kelas, kamu minum sendiri atau aku yang akan menyuapimu?"

Sunghoon melirik Wonyoung tajam dan dengan kesal mengambil obat ditangan Wonyoung dan meminumnya. Meringis merasakan pahitnya yang tidak tertahankan. Sejak kecil meminum obat adalah kegiatan yang paling dibenci Sunghoon.

Stuck With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang