7. Ternyata...

1K 102 13
                                    

Halo, Assalamualaikum.
Gimana nih kabarnya?
Masih setia membaca cerita author?
Jangan lupa pencet vote yaa.
Komen juga.
Oke, Happy reading

✨✨✨

"Pak, saya cuma terlambat 5 menit lohh... izinin saya masuk ya pakk" kali ini Nayla sedang melakukan negosiasi dengan satpam penjaga gerbang di sekolahnya.

"Gabisa neng, sudah peraturan sekolah" Jawab sang satpam

"Pak, pliss lahhh" Nayla memohon pada satpam tersebut.

"Pak, biarkan dia masuk" Tiba-tiba terdengar suara bariton dari belakang Nayla.

Mata Nayla terbelalak tatkala mendapati seorang laki-laki yang dibelakang Nayla tersebut adalah seseorang yang membuatnya galau kemarin.

"Ya Allah,kenapa harus ada dia disini sih... gimana gue mau move on, makin susah aja ini" ucap Nayla dalam hati

"T-tapi pak..." Ucap Satpam dengan gugup.

"Baiklah" Satpam tersebut kemudian membukakan gerbang sekolah tersebut.

"Makasih Pak Hanan" ucap Nayla dengan nada datar.

"Sama sama" Balas Hanan.


"Oh iya,karena di kelas kamu sekarang jam saya. Jadi saya ga akan hukum kamu... Tapi, jangan diulangi lagi" Titah Hanan.

"Iya pak, terimakasih" Jawab Nayla yang masih setia dengan nada datarnya.

Sebenarnya Nayla senang karena pujaan hatinya datang menyelamatkan nya di waktu yang tepat, tetapi dikarenakan peristiwa yang terjadi beberapa hari yang lalu, ia hanya bersikap datar.

"Yasudah ayo masuk" Titah Hanan

"Iya pak" Nayla lalu berjalan begitu saja meninggalkan Hanan

•••

Sekarang adalah jam istirahat, Teman teman Nayla sedang berada di kantin. Dan Syifa sedang ada rapat OSIS.
Sedangkan Nayla masih di kelas mengerjakan tugasnya yang belum selesai.

"Haduhh, ini gimana sih?" Gumam Nayla geram dengan pertanyaan mapel agama yang ia kerjakan.

Hanan masih setia menunggu siswi nya menyelesaikan tugas yang ia berikan. Mendengar gumaman Nayla, ia kemudian menawari bantuan pada Nayla.
"Ada yang bisa saya bantu Nay?"

"Gausah, saya bisa sendiri pak" Jawab Nayla datar.

"Tumben manggilnya pak? gajadi manggil ustadz?" Tanya Hanan.

"Gapapa, ga jadi" Singkat Nayla.

"Hm, Oh iya... Saya mau ada acara dirumah saya"

"Iya, Bapak mau ada acara lamaran kan?" Ucap Nayla.

"Hah? Lamaran?" Tanya Hanan dengan raut wajah bingung.

"Iya, kemarin saya lewat pesantren bapak... Ada rame rame"

"Oh, memang ada rame rame. Tapi itu bukan lamaran" Jawab Hanan.

"Terus apa dong?"

"Adik perempuan saya pulang. Saya mau mengundang kamu ke pesantren Abi saya buat acara syukuran adik saya sudah Khatam 30 Juz nanti malam" Jelas Hanan.

"Itu pun,kalo kamu berkenan" Sambung nya.

"Mana mungkin saya lamaran, calon saja belum ada" Ucap Hanan dengan tawa ringan nya.

"Jadi, perempuan yang gue lihat itu Adik Gus Hanan?" Tanya Nayla dalam hati.

"Sejak kapan pak Hanan punya adik perempuan?" tanya Nayla.

"Sejak dahulu, saya memang punya adik perempuan"

"Kok aku aku gak tau?"

"Dia jarang pulang ke rumah, lebih suka di pondok katanya"

"Berarti saya masih ada kesempatan dong ya?" Kini tampak wajah sumringah yang ditahan Nayla, sebisa mungkin ia tahan untuk tidak tersenyum. Stay kalem yagesya.

"Jadi, gimana? Mau gak? Kamu bisa ajak teman kamu" Hanan mengulang pertanyaan nya.

"Maaf pak, bukan nya gak mau. Tapi saya ada acara" Tolak Nayla dikarenakan memang ia sedang ada acara.

"Oh ya sudah, tugas kamu itu sudah selesai?"

"Udah,nih tadz" Nayla memberikan lembar jawaban nya pada guru favorit nya itu.

•••

Hanan POV.
Suasana di pesantren saat ini memang tengah ramai, wajah gembira terpantri di seluruh warga pesantren.
Menyambut kedatangan insan istimewa.

"Han, kamu hari ini ngajar di sekolah ya?" Tanya Umi pada putranya itu.

"Enggak mi, Hanan izin" ucap Hanan

"Oh yaudah"

Tin tin.
Bunyi klakson mobil yang berada di gerbang. Para penjaga gerbang pun segera membukakan pintu tersebut.

Setelah sampai di depan ndalem, keluar lah seorang perempuan dari mobil tersebut. Umi menyambutnya dengan penuh kehangatan. Ia memeluk anak perempuan satu satunya itu.

"Assalamualaikum mi,bi" salam perempuan itu pada umi nya dengan menyalami tangan Kyai Abdullah dan umi Fathimah.

"Waalaikumussalam, Ya Allah umi kangen sama kamu Yan. Yuk masuk" Ucap umi Fathimah dengan merangkul Diyan, anak kedua umi Fathimah

Tanpa disadari, ada seseorang yang sedang memperhatikan itu. Siapa lagi kalau bukan Nayla. Dengan tangisan yang tertahan dan rasa campur aduk.

Di gerbang pondok saat itu sedang tidak ada penjaga nya,dikarenakan para santriwan dan santriwati ikut menyambut Ning Diyan.

"Assalamualaikum kak" Ucap Diyan pada sang kakak seraya mengulurkan tangannya

"Waalaikumussalam, yuk masuk. Biar kakak aja yang bawa barang kamu" ucap Hanan mengambil alih barang yang di bawa Diyan

"Anak umiii, kamu pasti capek ya? mau umi buatin minum" Tawar umi Fathimah.

"Gak usah mi, Diyan mau istirahat aja" Tolak Diyan.

"Oh ya sudah"

TBC.

________

Wah ternyata Nayla salah sangka? berarti bisa gak ya Pepet Gus Hanan?

Terima kasih untuk yang mau mampir cerita saya.
Lope lope buat kalian🥰
Jangan lupa komen dan pencet vote yaa, biar saya semangat ngetiknya.
Barakallahufiik.
See u di next Chapter

Hanya Seorang Biasa (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang