13. HSB✨

736 64 28
                                    

"Allah pasti akan memberikan pertolongan kepada hambanya yang beriman"
______________________________________

Hujan turun, membuat langkah seorang gadis terhenti, ia berlari ke satu tempat untuk berteduh. Hujan deras membahasi jalanan yang nampak sepi. Dingin nya hawa menyeruak masuk ke dalam pori-pori.

"Ini kalo di terusin jalan nya pasti bakal basah kuyup"

"Yaudah, nunggu disini aja deh sampe hujan reda"

Sendirian di tengah guyuran hujan, tak membuat sang empu meringis ketakutan. Tak berselang lama, tiba-tiba mobil berwarna putih berhenti di depan tempat Nayla berteduh.

Terlihat sosok pemuda keluar dari mobilnya dengan menggunakan payung, kemudian menghampiri Nayla.

"Assalamualaikum" ujar seseorang yang datang menghampiri.

Jantung Nayla berhenti berdetak sejenak, melihat siapa yang kini ada dihadapan nya.

"Kamu kenapa sendirian disini?" tanya pemuda itu.

"E-eh saya tadi habis dari pesantren nya panjenengan Gus" ucap Nayla gelagapan.

Nayla kini memang berteduh di sebuah toko yang sedang tutup, dan jaraknya tak jauh dari pesantren darul hikmah.

"Kamu? Ke pesantren saya? ada apa?" tanya Hanan, dengan menautkan alisnya.

"Tadi, saya di taman. Ga sengaja nemuin dompet, dan ada kartu nama nya. alamat nya disini, di pesantren. Katanya sih punya Ning Diyan."

"Oh iya, adik saya kehilangan dompet nya. Terima kasih ya, saya sempat mencari tadi." ujar Hanan.

"Iya Gus, sama-sama" ujar Nayla dengan menahan sekuat tenaga senyum yang terukir dalam jiwa.

Hanan melihat rok dan kemeja yang Nayla basah terkena percikan air hujan.

"Kemeja sama rok kamu?" ucap Hanan seraya menunjuk gamis Nayla yang basah.

"Ah, iya. Nanti kalo saya pulang saya ganti baju" ujar Nayla.

"Kamu tunggu disini ya, sebentar" ujar Hanan berjalan ke arah mobil yang ia bawa.

"Yan, ada murid abang. Kasihan dia kehujanan, boleh gak kalo dia ikut kita ke Ndalem? lagi pula Umi Abi juga lagi pergi kan?"

Diyan mengangguk setuju, sebab ia pun tak tega melihat perempuan sendirian kedinginan dibawah naungan hujan.

Hanan kembali ke tempat Nayla berada, ia mengajak Nayla untuk ke pesantren bersama nya.

"Nay, Ayo ke pesantren saya, baju kamu basah. Jarak dari sini ke rumah kamu juga jauh. Mendingan ke rumah saya aja." ajak Hanan.

"Eh, ga usah Gus. Gapapa...
Paling hujan nya sebentar lagi juga reda." tolak Nayla,ia merasa tak enak hati jika merepotkan. Ditambah lagi ia hanya mengenakan kemeja dengan kerudung yang tak menutup dada dengan sempurna.

"Hujan nya ini deras banget, kemungkinan reda nya masih lama. Daripada disini sendirian, lebih baik ke rumah saya. Jangan khawatir, di mobil ada adik saya" ujar nya kembali.

Nayla bergeming, apakah ini adalah skenario yang Allah berikan untuk Nayla agar bisa lebih dekat dengan pujaan hati nya?

Duarr.

Suara gemuruh petir terdengar nyaring, Mau tak mau akhirnya Nayla menerima ajakan Hanan. Ia kemudian masuk ke mobil Hanan dan duduk dibelakang bersama Diyan, canggung rasanya.

Di dalam mobil hanya ada tiga orang, Diyan mengajak Nayla bicara. Mulai dari bertanya nama, hingga bercerita sedikit.

Kok sedikit ceritanya? Ya, karena Nayla disana merasa canggung. Diyan lebih tua 2 tahun dari nya, sulit rasanya terlihat seperti teman biasa.

Hanya Seorang Biasa (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang