24. HSB.

743 61 2
                                    

"Eh mbak, umi belum datang ya?" tanya Gus Hanan pada salah seorang santriwati yang tengah memotong kangkung.

"Belum Gus, kayaknya habis isya' baru selesai" ujar salah seorang santriwati tersebut yang bernama Sari.

Ya, piket Ndalem hari ini adalah Sari dan Annisa.

"Kalo Ning Diyan? kalian lihat?" tanya Gus Hanan kembali.

"Engga gus, tapi sepertinya tadi Ning Diyan pergi sama temannya" ujar Annisa.

Hanan mengangguk paham.

Karena di Ndalem sepi, Hanan memilih untuk berkeliling pesantren saja.

Dua manusia yang berada di dapur kini tengah berbisik-bisik.

"Gus Hanan ganteng ya Sar, apalagi waktu senyum" ujar Annisa yang tadi tak sengaja melihat senyum manis seorang Hanan Al Faqqih.

"Hehe iya" singkat Sari, sebenarnya Sari pun merasakan hal yang sama, sama sama dagdigdug.

"Kamu kan Ning nih ya, siapa tau kamu nanti dijodohin sama Gus Hanan, lagian cocok tau" ujar Annisa kembali.

"Heh hust, jangan ngomong gitu, kita lagi di Ndalem, kalau ada yang denger gimana?" Ujar sari memukul pelan lengan Annisa.

"Ih gapapa atuh, biar pak kyai denger terus langsung dijodohin habis sekolah, kan lulus sekolah juga tinggal beberapa Minggu lagi kan?" cerocos Annisa.

"Iya sih, tapi ya gaboleh gitu, ga boleh berharap sama manusia, nanti sakit" ucap Sari.

"Ini ga berharap Sarii, cuma membayangkan" ujar Annisa tak mau kalah.

"Hm, iya deh iya. Ngomong-ngomong setelah ini kamu mau kemana?" tanya Sari mengingat bahwa kelulusan akan segera dilaksanakan.

"Setelah ini? Kemana? Balik lah ke asrama, mau nginep disini?" ujar Annisa.

Sari rasanya ingin mengunyel-unyel tubuh Annisa, ia memasang wajah kesal.
Dan Annisa tetap tidak paham apa maksud sahabatnya.

"Bukan itu yang aku maksud Annisa!!" ujar Sari geram, ingin rasanya mencubit lengannya, tapi ia tak tega.

"Terus apa dong?" ujar Annisa yang memang tak paham dengan perkataan Sari.

"Jadi gini, habis ini kita kan lulus ya? kamu melanjutkan kemana? mau kuliah apa tetep disini? atau gimana?" ujar Sari menjelaskan dengan nada lambat dan intonasi yang jelas agar sahabatnya tidak lag

"Ohh" akhirnya Annisa paham apa yang Sari bicarakan.

"Aku mau boyong, mau bantu orang tua kerja" sambungnya.

"Yah, ga mau disini aja? kirain kamu bakal disini sampe nikah" ujar Sari.

"Hehe, tapi belum tahu juga sih, kalau kamu?" tanya Annisa pada Sari.

"Aku mau disini dulu, ngabdi, sekalian nyelesain Hafalan" ujar Sari.

"Wuih keren, bau-bau calon menantu anak kyai heheh"

"Aamiin"

•••

Disisi lain ada seorang pemuda yang berada di pondok tengah menelpon kakaknya.

"Bang, besok kesini ya, bawain cemilan sama makanan yang banyak. Trims" ujar Ahmad

Ahmad menelpon kakaknya karena ada keperluan, ia meminjam handphone milik pengurus disana.

"Eh, langsung to the point aja kamu" ujar Hanan pada adiknya yang tumben sekali menelpon, biasanya jika ada keperluan ia pasti akan nekat pulang dengan berjalan kaki.

Hanya Seorang Biasa (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang