Setelah kembalinya Junkyu dari Korea, kamu kembali berangkat dan pulang sekolah sama Junkyu lagi. Senang? Tentunya. Bahkan teman-temanmu bilang kamu seperti hidup kembali setelah satu bulan berjalan seperti mayat hidup. Agak berlebihan tapi ya gak salah juga.
Berjalan melewati lapangan, kamu saat ini hendak menyusul Junkyu yang sudah lebih dulu berada di kantin.
"Hai sayang." Sapa Junkyu saat kamu mendekati meja tempatnya duduk bersama Jihoon yang sekilas memandang sahabatnya dengan tatapan jijik.
"Hai. Hai juga, Kak Ji." Balasmu, tidak lupa menyapa Jihoon juga. Pemuda itu membalas dengan gumaman tidak jelas karena mulutnya yang sedang terisi batagor.
"Mau makan apa? Aku pesenin sekalian, aku juga belum pesen kok." Tanya Junkyu sambil tangannya merapikan rambut mu.
"Apa ya? Samain aja deh. Aku lagi males mikir abis kelar ngerjain soal Pak Jaja." Keluh mu, mengingat guru botak yang membuat kelas mu terlambat istirahat karena ulangan dadakan yang soalnya beranak-pinak.
"Haha, oke. Tapi jangan protes gak suka loh nanti."
"Ya kamu kan harusnya tau aku sukanya apa?"
"Yaaa itu mah jadinya aku yang nyamain selera kamu." Ucap Junkyu, menyentil pelan dahi mu, tapi setelah itu langsung diusap padahal gak sakit juga.
"Ya udah sih tinggal pesen toh kamu juga suka-suka aja."
Junkyu beranjak meninggalkan mu dan Jihoon yang sedari tadi memilih sibuk dengan sepiring batagornya. Entah karena batagornya yang enak atau pura-pura tuli pada percakapan mu sama Junkyu.
Awal-awal pacaran kamu kadang suka merasa agak canggung kalau duduk bertiga begini, tapi karena memang dua sahabat karib ini selalu menempel lama-lama kamu juga terbiasa. Gak ngerti juga Jihoon kok gak ada niatan cari pacar biar gak selalu jadi nyamuk diantara kalian berdua. Padahal kalau diliat dari rupa maupun fisik Jihoon gak kalah gantengnya sama Junkyu. Minus mulutnya aja sih yang julid.
Jujur saja first impression kamu ke Jihoon dulu tuh kayak kakel yang berwibawa dan tegas. Apalagi tatapannya yang selalu tajam membuat orang-orang segan. Sementara untuk Junkyu, dulu kamu kira dia kakel yang ramah, murah senyum dan berkharisma gitu. Ramah, murah senyumnya memang iya, tapi berkharismanya 'TIDAK'. Nyatanya dua-duanya hanyalah manusia receh, selengekan dan bobrok yang kecover visual aja.
Gak lama Junkyu kembali dengan nampan berisi dua bakso beserta es jeruk kesukaan mu. Di letakan nya satu mangkok dihadapan mu dengan hati-hati mengingat baksonya masih panas, kemudian mengambilkan sendok dan garpu juga untukmu.
Kamu tersenyum mengucapkan terimakasih.
"Minum es jeruknya aja dulu, baksonya masih panas nanti lidah kamu melepuh." Ucap Junkyu melihat tatapan tak sabar mu yang sedang meracik bakso dengan segala bumbu yang ada.
Kamu hanya menggumam dan fokus pada racikan bumbu mu.
"Udah kebanyakan itu sambelnya nanti maag kamu kambuh lagi." Protes Junkyu yang mengawasi mu sedari tadi.
"Gak usah lebay, baru juga dua sendok. Kamu jangan membatasi kebebasan aku dalam meracik bakso deh."
Kamu mengerang puas mencicipi sesendok kuah bakso mu setelah memasukan satu sendok sambal lagi. Ya walaupun sebenarnya kamu mau lebih dari ini tapi kamu memilih menurut sama Junkyu daripada nanti maag mu beneran kambuh dan di omeli habis-habisan.
"Kamu tuh, kalo dibilangin mesti jawabnya gitu. Coba kalo gak aku batasin bisa berapa kali maag kamu kambuh dalam sebulan? Kamu kalo jajan udah kayak nantang malaikat maut, tau?"
Tentu saja kamu mengerti yang dimaksud Junkyu adalah segala macam makanan pedas yang nikmat di lidah tapi perih di lambung. Ya gimana prinsip mu 'no pedas no life'. Walaupun bikin perih lambung tapi memang makanan pedas adalah hal paling ampuh buat meredakan stres dan pusing di kepala, iya kan?