2 tahun sebelumnya.
Taeyong harus pergi sendiri agar Choonhee tidak perlu mengosongkan jadwalnya hanya untuk mengantar Taeyong konsultasi. Taeyong sebenarnya bimbang kalau pilihannya datang ke psikologi adalah pilihan yang tepat. Choonhee noona tidak berhenti mengomelinya untuk pergi konsultasi sejak 2 minggu lalu. Lebih tepatnya ketika mendapati Taeyong latihan dance dua hari tidak berhenti.
Sasaengnya memang keterlaluan hingga menganggu performa Taeyong. Beberapa hari yang lalu, tangan Taeyong bergetar hebat karena hari sebelumnya ia menerima telepon asing ketika melakukan live. Taeyong semakin membenci nada deringnya karena ponselnya terus menerima panggilan tidak dikenal. Tidak hanya nomor Korea Selatan, bahkan kode negara lainnya. Kalau dicatat jumlahnya bisa setara dengan buku RPUL yang ia miliki ketika SD.
Bau khas rumah sakit tercium kuat. Lengkap dengan topi dan masker, Taeyong berusaha agar penampilannya tidak menonjol. Ia bahkan lebih memilih menggunakan tangga darurat agar tidak terjebak dengan orang-orang di lift. Ia hanya paranoid. Ia hanya jaga-jaga. Mungkin setelah dipikir-pikir, ditemani Choonhee bukan ide yang buruk.
Waktunya pas. Taeyong baru saja duduk di depan ruangan dokternya, tidak lama seorang wanita, seperti suster, memanggil namanya.
"Hai! Bagaimana harimu?" sapa dokter yang berhenti menulis setelah melihat Taeyong memasuki ruangannya
"Ba-baik" jawab Taeyong kikuk
Sang dokter hanya tersenyum mendengar jawaban Taeyong. Kalau orang dihadapannya ini baik-baik saja, tidak mungkin datang ke ruangannya. Apalagi seorang wanita, yang terdengar seperti manajernya, terus menelpon dokter untuk memastikan bahwa Taeyong datang untuk konsultasi.
Seorang wanita terlihat umurnya jauh lebih muda dari sang dokter, membawa beberapa berkas untuk diserahkan pada dokter. Setelah menerima berkas, dokter menahan wanita itu, ia terlihat berbisik seakan memberikan perintah.
"Pasien kita sekarang seorang artis besar. Aku mohon padamu untuk ikut menjaganya, aku takut berita ini tersebar"
"Pasti akan repot"
"Kau benar, jadi kau bisa membantuku bukan?"
"Akan aku usahakan profesor"
Taeyong sedikit canggung, karena ia bisa mendengar semua percakapan dokter dengan wanita itu. Fakta bahwa dokter dengan wanita itu berbisik-bisik, Taeyong sedikit merasa bersalah karena mungkin mereka berniat agar percakapan mereka tidak terdengar olehnya.
"Dia asisten dosen. Mahasiswi yang membantuku baik di kelas atau ketika aku sedang bertugas" sang dokter memperkenalkan asdosnya pada Taeyong. Orang yang sedang dikenalkan itu langsung membungkuk memberikan salam. Taeyong membalas salamnya.
Terlihat dari bagaimana asdos itu berjalan, Taeyong yakin wanita itu memiliki sifat yang tegas.
"Namanya Sunjung" ujar sang dokter setelah Sunjung meninggalkan Taeyong berdua dengannya. Taeyong menatap dokter bingung, karena ia tidak tertarik sama sekali dengan nama asdos itu.
"Kau akan menemuinya terlebih dahulu sebelum aku. Akan begitu seterusnya selama masa konsul kita. Jadi kau perlu tau namanya" Dokter menjawab wajah bingung Taeyong "Bagaimana kalau kita mulai?"
***
Sunjung terpojok. Terpilihnya ia menjadi asdos bukan satu-satunya kesulitan yang ia hadapi. Ada empat seniornya mengelilingi dirinya, mengunci pergerakan Sunjung. Dari sifatnya yang glamor dan egois, Sunjung bisa menebak apa yang seniornya inginkan.
"Berikan aku nomor Taeyong"
Sunjung sudah menduganya. Dunia ini sungguh gila, bagaimana bisa berita ini cepat sekali tersebar, Sunjung bahkan belum melakukan apapun untuk mengurangi perhatian publik.
![](https://img.wattpad.com/cover/260614381-288-k646817.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Manajer-nim
Fiksi PenggemarChoonhee memberikan Hyora pekerjaan. Sama seperti pekerjaan sebelumnya, menjadi manajer. Namun kali ini Hyora dikontrak untuk menjadi manajer dari agensi besar, S Entertainment. Lebih hebohnya lagi, ia akan menjadi manajer dari salah satu artis S En...