Tinggal

118 12 6
                                    

Pagi sebelum syuting.

"Selamat pagi!"

"Oh~ Pagi" balas anak manajer. Sepertinya mereka sama terbiasanya dengan Hyora. Mereka akan lebih heran kalau Kun tidak mampir ke kantornya.

"Unnie, kau mengikuti syuting hari ini, tapi tidak di hari terakhir Doyoung?" tanya salah satu anak manajer sambil berulang kali mengecek IPad nya.

"Eum" singkat Hyora.

Kun menarik pergelangan tangan Hyora. Padahal ia tau kalau Hyora sedang serius dengan laptopnya. Sebaliknya, Hyora sama sekali tidak melawan. Hyora sudah tau kebiasaan Kun, kalau sampai ia menarik Hyora seperti ini, berarti ada sesuatu yang urgensi.

Kun menoleh ke kanan dan kiri memastikan hanya mereka berdua di tangga darurat. Apa yang akan keluar dari mulutnya belum resmi sama sekali, bahkan staff biasa tidak boleh tau. Hyora menunggu Kun yang memindai.

"CEO Lee" baru dua kata Kun ucapkan

"Akan meninggalkan agensi, bukan?" Seperti biasa, Hyora selalu selangkah lebih tau mengenai hal-hal seperti ini. Kun membelalak, Hyora memang terbukti ahli di bidang ini. Padahal hingga 10 detik yang lalu, Kun merasa bangga dengan berita eksklusif yang akan ia pamerkan pada Hyora.

Hyora menggaruk bibirnya yang tidak gatal. Ia sedang merangkai kata yang tepat untuk menjelaskan perkara CEO Lee yang akan meninggalkan agensi. Hyora membiarkan ruangan terdiam dengan Kun. Ia membiarkan Kun bertanya-tanya dalam pikirannya, Hyora perlu menyaring informasi yang mana saja agar bisa dibagikan dengan Kun.

Hyora mendangak agar matanya bisa bertemu dengan milik Kun.

"Jangan terlalu sedih. Karena CEO Lee, aku bisa mengabulkan projekmu" senyum Hyora.

Kun refleks memeluk Hyora erat. Ia tidak bisa membohongi rasa senangnya, ia hanya ingin limpahkan semua rasa senangnya dengan memeluk erat wanita di hadapannya. Perbedaan tinggi badan yang cukup signifikan membuat badan Hyora terangkat. Kalau saja ada orang lain yang memperhatikan mereka, Kun dan Hyora bak salah satu scene di drama India. 

Hyora menunggu hingga euforia Kun terkontrol. Ini memang berita baik, tapi mereka berdua perlu banyak bersabar. Mereka baru memulai.

Dering ponsel Hyora membuat Kun tersadar dan menurunkan badan Hyora. 

"Doyoung menelponku. Detailnya akan aku jelaskan kalau ini selesai, ok?" tangan Hyora sudah memegang kenop pintu. Ia tidak bisa membiarkan Doyoung telat.

"Eum, noona. Pelan-pelan saja" senyum Kun belum luntur dari wajahnya

Hyora melepaskan pegangannya pada kenop pintu dan mendaratkan kedua tangannya di bahu Kun. Tatapan mereka saling bertemu.

"Ini baru awal, Kun. Projek ini masih panjang"

***

Di rumah Hyora

"CEO Lee akan keluar" Johnny menghembuskan nafasnya dengan kasar

"Wah, beritanya mulai tersebar ya" ungkapan Hyora sangat diluar ekspetasi Johnny.

Johnny tidak bisa mengontrol rasa terkejutnya. Ditambah cairan soju yang membuat ekspresi yang ditunjukkan Johnny pada Hyora menjadi-jadi. Hyora diam memperhatikan Johnny yang sudah berbau alkohol ketika datang, dan saat ini Johnny sudah menghabiskan satu botol soju yang berhasil-dicuri-karena-mengubrak-abrik-rumah-Hyora.

"Sejak kapan kau tau" kini ekspresi Johnny berubah menjadi intimidasi

"Kalau kau?" Hyora tanya balik dengan santai sambil meminum cola miliknya

Manajer-nimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang