Rumah

132 12 4
                                    

"Ada apa denganmu?" tanya Taeyong memecahkan suasana

"Aku?!" Johnny memastikan kalau dirinya yang ditanya oleh Taeyong

"Eum. Kemarin, wajahmu sangat pucat ketika Hyora pingsan"

"Aku?"

"Eum. Terakhir aku melihat ekspresi itu ketika kau mendapatkan pesan dari Aeri setelah dia debut. Apa apaan ini?"

"Aku tidak tau"

"Kamu suka dia, bukan?"

"Aeri? tentu saja. Kau tidak perlu menanyakan itu. Aku bahkan memberikannya tiket untuk malam penghargaan waktu itu"

"Kau bodoh? tentu saja Hyora"

Johnny tidak langsung menjawab. Pikirannya bingung dengan perasaannya sendiri. Bukankah kemarin tindakanya sangat wajar.

"Tapi kau menelpon Sunjung. Kita sama-sama mengkhawatirkan Hyora, jangan berlebihan. Dia manajer kita" setidaknya jawaban Johnny tidak ada yang salah.

Taeyong tidak bertanya lebih lanjut. Ia tau kalau Johnny sendiri tau kalau dirinya turut panik karena Johnny. Jujur saja, Taeyong hanya berpikir kalau Hyora kelelahan. Melihat Johnny yang sudah pucat membuat Taeyong menelpon Sunjung waktu itu. Hyora dekat dengan Sunjung bukan? lagipula memori lama Taeyong menarik dirinya mengingat bagaimana Hyora terluka waktu itu.

***

Set syuting.

Hyora merenung. Ia menanyakan dirinya sendiri akhir-akhir ini. Karena sudah terlanjur tau, Choonhee sengaja Hyora beri tau perihal kemarin. Ntah darimana, Dokter Choi memberitau Choonhee situasi Hyora. Padahal Hyora sudah meminta dokter yang memeriksa Hyora ketika medical check-up untuk tidak memberitahu Choonhee soal traumanya. Ntahlah, Hyora juga yakin Dokter Choi melakukannya karena kasihan pada dirinya.

"Noona?"

"Oh, Doyoung-ie?"

Sesuai dugaan Hyora, berita Hyora pingsan cepat sekali tersebar. Walaupun saat ini yang Hyora bisa pastikan adalah hanya orang-orang dari agensinya yang mengetahui hal itu. Termasuk Doyoung yang sejak tiba di set hanya mengkhawatirkan Hyora.

Hyora juga kehabisan ide untuk menenangkan Doyoung kalau dirinya tidak apa-apa. Di saat yang sama, Hyora juga tidak bisa menceritakan traumanya.

Cukup Choonhee unnie, Sunjung, dan dokter Choi. Mereka saja cukup. Hyora memotivasi dirinya sendiri agar tidak tergoda tawaran Doyoung untuk menceritakan semuanya.

"HUUAAAAAAA"

Tidak hanya Hyora dan Doyoung, seluruh crew langsung memperhatikan asal suara yang cukup bising. Semuanya tau kalau ini teriakan dari anak kecil, atau bahkan bayi. Bahkan untuk sekian detik semuanya hening, suara tangisan bayi itu mendominasi set syuting. Kalau saja sutradara tidak berteriak melalui megaphone-nya, mungkin semuanya akan tetap terdiam mendengarkan tangisan bayi.

"YA KENAPA BAYI ITU TERUS MENANGIS"

Doyoung dan Hyora yang baru tiba di set syuting hanya dapat memperhatikan. Ini kali pertama mereka mendengar sutradara semarah itu.

"Lagipula siapa yang kuat mendengar bayi menangis bukan?"
"Benar. Orang tuanya tega sekali"
"Kemana pengasuhnya?"
"Kenapa suaminya tidak menjaga anaknya"
"Dia masih sangat muda"

Hyora tidak bisa membayangkan kalau kemarin crew melihatnya pingsan. Mungkin Hyora akan menjadi bahan gosip seperti artis pemula itu.

"Apakah ada aktor cilik?" tanya Hyora pada Doyoung

"Tidak. Tapi salah satu sunbae memang memiliki seorang putra. Sepertinya baru kali ini ia membawa anaknya ke set syuting" Doyoung ikut mendangak untuk melihat anak yang dimaksud.

Manajer-nimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang