chapter 52

1.2K 141 14
                                    

"Kita berusaha untuk bersama atau memaksa untuk bersama?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kita berusaha untuk bersama atau memaksa untuk bersama?"

🍑🍑

"Nyonya?" panggil Ha Min Jun menegapkan badan kala menyadari kedatangan Han GoEun bersama sang dokter yang kembali ke kamar inap.

Tak hanya Ha Min Jun, Eunji yang sedari tadi menunggu pun ikut beranjak. Setelah siuman, Han GoEun segera berpindah ruang lain bersama dokter untuk melakukan pemeriksaan lanjutan. Dan tak memperbolehkan Ha Min Jun atau Eunji untuk mengekori. Karena tidak akan bisa membantah, kedua orang tersebut hanya mematuh dan duduk menunggu.

Kini, mereka membuntuti langkah Han GoEun yang kembali berbaring di ranjang. Melihat sang sahabat yang tak juga bicara dan memilih untuk bergelung di dalam selimut membuat alis Eunji menukik heran. "Bagaimana? Apa yang terjadi? Perlu rawat inap? Atau apa?" cerca Eunji langsung tak menjeda. Raut khawatirnya tampak jelas di wajah gadis itu.

Setelah memastikan selimut telah menutupi sebagian tubuh GoEun. Sang dokter menatap Eunji seksama, "Lebih baik membiarkan GoEunssi beristirahat lebih dulu, ya."

"Hah? Tunggu sebentar," sergah Eunji. Menolak diri dari pengusiran sang Dokter yang tetiba menuntun.

"Nona," panggil Dokter mengintrupsi tingkah Eunji. "GoEunssi harus beristirahat untuk memulihkan kondisi mental dan fisiknya. Tolong menunggu diluar."

"Eh, tapi—" Eunji enggan keluar ruangan. Ia perlu tau mengenai detail kondisi sahabatnya. Mereka berdua perlu bicara. Namun melihat Han GoEun yang tak tampak ingin mencegah atau memintanya tetap disana, membuat tubuh Eunji berangsur mundur mengikuti tuntunan sang Dokter. Bibirnya bungkam melihat GoEun memejamkan mata dengan kening berkerut cemas. Namun untuk saat ini tidak ada yang bisa dilakukan selain menuruti kemauan dokter untuk ketenangan pasiennya.

Dan ruang pun menghening kala pintu tertutup. Penghangat di sisi nakas menyala. Sedang diluar, hujan masih mengguyur. Tubuh yang berada dibalik selimut itu kembali beranjak duduk. Lalu merogoh saku baju pasien yang sedang dikenakan dan mengeluarkan selembar gambar hitam pemberian sang Dokter. Diusapnya lembar tersebut pelan-pelan dengan tatapan penuh takjub namun terasa nelangsa. Mengukir ulas senyum namun terasa sendu.

"Trauma psikologis terjadi sebagai akibat dari peristiwa buruk yang menimpa seseorang. Saat mengalami trauma, Anda akan tersiksa dengan emosi, ingatan dan kecemasan yang mengingatkan Anda pada peristiwa tersebut. Reaksi mental itu akan mempengaruhi fisik seperti sakit kepala, keringat yang berlebih, mual dan detak jantung yang meningkat."

Pikirannya kembali memutar kejadian beberapa saat lalu di ruang terpisah. Begitu terkejut mendapati dokter terapinya akan datang menemuinya ke rumah sakit ini.

"Saat mental dan fisik tak lagi bisa membendung, akan membuat tubuh tak sadarkan diri. Itu yang terjadi pada Anda hari ini."

Dokter tersebut mengatup dua tangannya menjadi satu di atas meja. "Anda sudah jarang sekali melakukan kontrol dan lebih sering mengabaikannya. Ini tidak boleh dibiarkan lebih lama dan resep obat yang biasanya diberikan akan dihentikan."

Married with my idolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang