chapter 80

896 123 6
                                    

"Can I hold your hand. Can I touch your cheeks. Can I be with you." – Habibie (Forever with you)

-

"Kalau menikah—" Jaehyun menghembus panjang. "—sudah pasti berjodoh, kan?"

Ha Min Jun menoleh selepas Jaehyun merebahkan kepala di atas meja. Termenung pada keterpurukan yang melingkupi.

"Nenek saya pernah mengatakan hal ini," jawab Ha Min Jun. "Perihal jodoh itu sudah tertulis di suratan takdir. Yang disatukan oleh Tuhan tidak akan bisa dipisahkan oleh manusia dan oleh apapun juga, karena yang datang dari Tuhan akan kekal selamanya. Hanya maut yang memisahkan di dunia ini."

"Tuan dan Nyonya saling terikat oleh pernikahan karena cinta. Tidak peduli pada rintangan atau tantangan yang menghadang. Kalian tetap bertahan karena saling mencintai. Bukankah itu bertanda bahwa kalian memang berjodoh?" papar Ha Min Jun lagi.

Bayangan senyum Han GoEun terbersit mengisi ingatan. Berlabuh tepat pada inti jantung yang berdebar walau hanya dengan membayangkan. Seperti magis mengubah bibir itu mengulaskan garis senyum meski samar.

"Hidup menua bersama seseorang dengan saling mencintai adalah perjodohan Tuhan paling indah. Benar, kan, Tuan?"

Mata Jaehyun terbuka perlahan. Tubuhnya terbaring letih namun ingatan percakapan dan kejadian semalam tersusun cepat. Kegelisahan, kecewa, sedih, sakit hati, kesesakan dada, tangis dan pelukan, Jaehyun mengingat semua detiknya. Malam tadi, ia memang tidak terlalu mabuk dan sebelum tidur pun sudah meninum penyegar mabuk sesuai instruksi sang istri. Tetapi pagi ini, rasa pusing akibat terlalu banyak menangis terhadap kekalutan masalah tetap melanda.

Lelaki itu mengerjap sendu menatap langit kamar sebelum pemandangannya berubah dengan kemunculan Han GoEun yang mengulas senyum. Kehangatan pada sorot mata itu terpancar manis. "Morning."

"Morning, babe." serak Jaehyun mengelus wajah Han GoEun yang memiring senang. "Sudah bangun dari tadi?"

Han GoEun mengangguk dalam tangkupan tangan sang suami. Jemarinya ikut menelisik rambut Jaehyun dan membelainya pelan. Saling menikmat sentuhan selama beberapa menit sebelum Han GoEun kembali bersuara. "Hari ini tidak perlu pergi bekerja, ya?"

Jaehyun belum bergeming.

"Di rumah saja. Aku pun tidak akan berangkat kerja." imbuh GoEun melanjutkan. "Menghabiskan satu hari penuh untuk istirahat."

Jemari Han GoEun terus berselancar menyentuh wajah Jaehyun yang lekat menatap. Ada banyak luka yang menusuk perasaan hingga GoEun ingin bergerak melindungi. Tidak mau berpisah walau untuk bekerja sekalipun.

"Tidak perlu buka internet." Raut GoEun semakin sendu. "Biar saja mereka yang bekerja mengurus semua masalah itu. Tapi kita tetap di rumah."

"Sayang," panggil Jaehyun lembut.

Titik air mata GoEun menetes pelan. "Hatiku sakit sekali melihatmu menangis sampai seperti itu. Tidak ada yang bisa kulakukan selain memeluk sampai kamu jatuh tertidur."

Imut sekali. Sepertinya Jaehyun sudah kehilangan akal karena masih bisa memuji penampakan pagi Han GoEun yang tengah menangisinya. Lelaki itu sontak membawa sang istri dalam pelukan. Menepuk punggung Han GoEun selagi wanitanya menangis.

"Luka di dalam hati itu lebih terasa perih dibanding luka fisik. Aku cemas sekali sampai rasanya ingin menghajar semua orang." papar GoEun lagi. Mendengar kata terakhir sang istri, kekehan Jaehyun mengudara rendah. "Aku sedang tidak melucu, Jaehyun."

Married with my idolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang