Chapter 4-Secangkir Teh

922 193 32
                                    

~Happy Reading~

Malam ini, Haruto memang belum pulang. Dan jangan katakan padanya bahwa Junkyu sedang bersiap untuk menghadiri suatu undangan yang seharusnya ditujukan untuk Haruto.
Tetapi, undangan itu memiliki tanggal yang bertabrakan dengan jadwal yang lain. Suaminya itu memilih untuk tidak menghadiri undangan itu dan mengutamakan hal penting.

Sebagai seorang istri, Junkyu diharuskan untuk menggantikan Haruto.

Junkyu memaksa diri untuk hadir, padahal Haruto telah mewanti-wanti untuk tetap beristirahat.

Pasang kakinya berjalan menuju aula yang di sana sudah dipenuhi oleh anggota keluarga Watanabe.

Tep

Satu injakkan di lantai aula membuat semua pandangan tertuju kepadanya. Pandangan sinis. Haruto atau Jeongwoo yang tak tampak di sisi Junkyu adalah sebuah kesempatan bagi mereka.

Meja makan membentang panjang, semua kursi telah terisi, sisa satu kursi kosong tepat di samping ratu. Junkyu mendaratkan pantatnya di kursi kosong itu. 

Junkyu bingung, harus apa dia ada di sini? Sementara semua orang saling bercakap ria dengan ditemani secangkir teh dan hidangan pemanis mulut.

Junkyu ..., mendapat sesuatu yang berbeda, hanya dirinya seorang yang tidak mendapat jatah makanan manis atau teh. Tidak ada apapun di depannya.

Satu pelayan membawakan satu cangkir teh untuknya. Hanya secangkir teh, tidak ada kue manis seperti yang lainnya.

Ah baiklah, tidak buruk. Batinnya. Junkyu memilih untuk meminum teh itu nanti. 

"Junkyu." Ibu mertua atau wanita yang menyandang gelar ratu itu memanggilnya.

"I-iya ibu?"

"Apa kau tidak suka tehnya?"

Junkyu menggeleng, "akan saya minum sekarang." Setelah berucap seperti ini, perbincangan hangat para tamu langsung menghilang dan semua mata tersorot kepadanya. Sungguh, Junkyu merasa risih.

Tiba-tiba saja rasa ragu mengenai teh itu muncul dalam diri Junkyu. Tangannya gemetar menyentuh permukaan cangkir yang tak lagi hangat. 

Junkyu melirik-lirik di sekitar, semua orang masih dalam posisi tetap menatapnya, seakan menyuruhnya agar segera meminum teh itu.

"Tunggu apa lagi, Junkyu?"

Jemari Junkyu mengangkat pegangan cangkir. Mengambil satu seruput.

"Hump-"

Junkyu memaksa diri untuk melesakkan satu tegukan itu ke dalam tenggorokannya. Perutnya seketika mual, Junkyu sangat ingin muntah di tengah-tengah acara ini. Melihat keadaan sangat tidak memungkinkan, sekuat tenaga ia menahannya.

"Oh astaga! Dia meminumnya?!" Mereka tertawa kencang.

"Apakah rasanya enak?" Tanya sang ratu yang terpaksa membuat Junkyu melukis senyum disertai anggukan.

"Dia mengatakannya enak. Hahaha!"

Junkyu hanya memberikan tatapan polos kepada mereka yang terus mengeluarkan tawa merendahkan.

Tawa yang sengaja dibuat menghancurkan harga diri Junkyu.

"Junkyu, kenapa wajah mu pucat sekali? Kau sakit?" Tanya wanita dengan rambut digulung rapi, bibi Haruto.

"S-saya baik-baik saja." 

"Mungkin dia hanya lelah."

"Lelah karena apa? Toh, aku lihat dia hanya berbaring seharian di atas ranjang selama Haruto pergi." Celetuk sepupu perempuan Haruto. Dia lagi.

A Piece Of Darkness {HaruKyu}✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang