Chapter 22-Berbahagialah

645 136 0
                                    

~Happy Reading~

Haruto tidak dapat beristirahat sejenak setelah bergelut dengan Klan Aenon. Ia bahkan tidak sempat mandi karena harus memperhatikan kondisi rakyatnya, di dampingi Bang Yedam, kesatria yang berbudi besar dalam menyelamatkan rakyat.

Yedam berjalan di belakang Pangeran. "Bisakah kau berjalan di sampingku?" Pinta Haruto.

"Dimengerti, Pangeran." Yedam memajukan langkahnya ke samping Haruto.

"Ada banyak korban?"

Yedam berdehem, "persentase rakyat Opacity yang sekarang hanya 50 persen. 30 persen meninggal, 15 persen kritis, sisa 5 persen selamat."

Sambil menyusuri lorong benteng. Haruto terus meminta informasi mengenai kondisi rakyatnya.

"Apa ketersediaan pangan mencukupi?"

"Sayangnya tidak, Pangeran. Bahan pangan cukup hanya untuk tiga hari saja, itupun kita harus membaginya secara rata antara keluarga kerajaan dan rakyat."

Haruto mengangguk, "itu cukup."

Yedam sedikit mendelik kaget, "c-cukup?"

Haruto melirik ke arah Yedam, jangan lupakan senyuman miringnya, "kau akan tahu nanti."

Yedam tertawa canggung, "baiklah. Sesuai apa yang anda mau."

Yedam memberikan petunjuk jalan menuju pengungsi dan korban jiwa yang diletakkan di halaman belakang kastil. Yedam membawa Haruto ke menara benteng agar dapat melihat lebih jelas dari atas.

"Astaga." Haruto sampai menutup hidung dan mulutnya, saking terkejutnya akan keadaan iba ini.

Korban jiwa berjejer rapi dan rakyat kritis tak jauh bedanya berbaring rapi mendapatkan pengobatan dari tabib istana.

Yedam mendapati kepalan tangan Haruto dan raut wajah penuh rasa bersalah. Yedam tersenyum tipis, "ini musibah. Jangan salahkan diri sendiri, Pangeran. Anda sudah melakukan yang terbaik bagi rakyat bersama istri dan asisten anda."

"Ah! Juga pelayan Yoon!" Hampir saja Yedam melupakannya.

Haruto terkekeh kecil, "omong-omong dia masih ada di sini, bukan?"

Yedam mengangguk mantap, "kami belum memindahkannya sebelum anda dan istri anda datang kemari."

Pundak Yedam mendapatkan tepukan dari Haruto, "kerja bagus. Aku akan menunggu istriku sadar."



Junkyu melenguh setelah kesadaran kembali padanya. Melihat sekeliling yang ternyata dirinya sudah dibawa di dalam kamar. Telinganya mulai menangkap suara berat dari suaminya yang terdengar mengajak seseorang untuk bermain bersamanya.

Sosok pria jangkung membelakanginya di depan jendela dengan kedua tangannya yang telaten dalam urusan menggendong bayi.

"Junghwan." Kata pertama Junkyu yang keluar.

Haruto menengok pada sosok pemuda manis yang berusaha untuk bersandar pada kepala ranjang.

"Mama sudah bangun, Junghwan!" Pekik Haruto sembari berlari kecil bak bocah usia lima tahun. Junkyu terkekeh geli, tidak peduli dengan keadaan tubuhnya yang masih lemas.

Junkyu merentangkan kedua tangannya guna menerima bayinya, "astaga nak." Junkyu langsung membawa Junghwan ke dalam pelukannya dan menciumnya bertubi-tubi.

Haruto duduk di sisi ranjang, mengusap penuh kelembutan pada punggung tangan Junkyu, "Junghwan baik-baik saja. Dia masih sehat seperti biasanya. Tanpa luka dan lebam. Ayah dan asistennya mengamankannya."

A Piece Of Darkness {HaruKyu}✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang