Chapter 10-Kilasan Memori

815 162 49
                                    

~Happy Reading~

"Setelan formal, atribut lengkap, penampilan rapi...," Jeongwoo menyugar poni rambutnya, "...baik, tidak ada yang ketinggalan." Jeongwoo pergi dari hadapan cermin.

"Ada yang tertinggal!" Jeongwoo kembali berdiri di depan cermin dan tersenyum miring, "ketampanan ku." Dia menjentikkan jarinya.

"Jeongwoo! Berhentilah bersikap tidak jelas!" Seru sang ibunda dari ambang pintu.

Jeongwoo tertawa canggung dan menyomot satu biskuit dari nampan yang ibunya bawa, "ibu, aku berangkat." Jeongwoo memberikan kecupan singkat di pipi kanan wanita baya ini dan melangkahkan kakinya untuk menuruni tangga.

"Semoga harimu menyenangkan, nak!"

Seperti inilah rutinitas pagi Jeongwoo sebelum berangkat bekerja untuk pangeran Haruto. Berangkat pukul empat pagi, tidak boleh terlambat.

Sampai di teras rumah, langkah kaki Jeongwoo terhenti.

Ia tidak percaya dengan keadaan pagi ini. Dinding perbatasan yang timbul keretakkan besar dan satu Cylia yang Junkyu cabut tertancap cuma-cuma di atas bongkahan batu. Beberapa warga yang bangun pagi juga bertanya-tanya mengenai dinding yang ternyata bisa dilemahkan.

Rumah yang Jeongwoo tinggali bersama orangtuanya memang berjarak sangat dekat dengan perbatasan. Lelaki ini harus datang ke kastil secepatnya.



Begitu di kastil, keadaan di bangunan besar ini sudah dibuat ramai. Jeongwoo disini harus mencari sosok Junkyu. Pergi ke ruangan yang sering Junkyu atau Haruto kunjungi. Ruangan pertama yang Jeongwoo datangi adalah kamar pasangan ini.

Sayangnya, sosok keduanya tidak ada, termasuk Junghwan. Menyisakan beberapa pelayan yang bertugas merapikan ruangan ini. Mereka semua menunduk sopan ketika menyadari kedatangan Jeongwoo.

"Ada yang melihat Pangeran Haruto dan Junkyu?"

"Yang Mulia raja memanggil Pangeran Haruto dan istrinya di balkon utama, Tuan Park."

"Terima kasih. Lanjutkan tugas kalian."

Jika begini, Jeongwoo dapat lebih mudah mencari keberadaan dua manusia itu. Kakinya yang semula berlari, kini memelan disaat hampir sampai area balkon utama. Karena ada raja disana.

"Saya minta maaf telah mengacaukannya."

"Sayang! Jangan berlutut padanya! Kau tidak salah."

Samar-samar Jeongwoo mendengar percakapan kedua temannya.

"Kau bukan mengacaukannya, Junkyu. Kau berhasil menemukan kelemahan dindingnya."



Sepanjang hari tiga lelaki ini dibuat lelah memenuhi jadwal harian. Haruto langsung ambruk di karpet berbulu begitu sampai di ruangannya untuk beristirahat sejenak.

"Hari yang melelahkan." Gumamnya dalam posisi tengkurap.

Junkyu ikut berbaring dengan punggung suaminya yang ia kenakan sebagai bantal untuk kepalanya.

Sementara Jeongwoo menggelengkan kepalanya sambil berdecak, "kalian tidak bisa bayangkan jika ada pada diriku sebagai asisten kalian. Aku berlarian kesana-kemari dan berdiri tanpa dipersilahkan duduk."

"Tidak usah adu nasib. Kita bernasib sama menjadi anggota kerajaan. Beginilah resikonya." Junkyu menengahi. Dia sedang lelah dan tidak ingin menciptakan perdebatan di antara dua dominan ini.

Jeongwoo membuka daftar yang berisikan jadwal dua pangeran ini, "kurang satu lagi. Kalian bebas dari jadwal."

Junkyu langsung menegakkan tubuhnya, "benarkah?! Sangat tidak terasa."

A Piece Of Darkness {HaruKyu}✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang