Chapter 23-Cobalah Belah Lautan

595 130 7
                                    

~Happy Reading~

Sepulang dari wilayah luar, mereka hanya memiliki sedikit waktu untuk beristirahat. Terutama Haruto, pria ini terkadang melewatkan makan dan tidurnya. Junkyu sering dibuat khawatir oleh kesehatan suaminya itu.

Ada banyak hal yang Haruto lakukan semenjak sang ayah meninggal dunia. Mengurus pemakaman, walaupun dibantu pamannya. Menghadiri perundingan besar mengenai dinding pembatas dan pemindahan rakyat. Haruto akan merundingkan hal-hal yang utama dahulu.

Semua sudah ia bereskan sejak kemarin. Saatnya untuk mempublikasikan hasilnya pada rakyat.

Hari ini, Haruto meminta tolong kepada Yedam di beberapa jam yang lalu. Kesatria itu diminta untuk mengatur rakyat yang akan dikumpulkan di aula.

Haruto berpenampilan berwibawa menggunakan setelan resmi kerajaan. Dia naik ke atas podium. Seluruh rakyat telah berkumpul di bawah.

"Hasil rundingan kemarin sudah dikeluarkan!" Lantang Haruto.

"Kami sepakat akan memecahkan dinding pembatas pada lima jam lagi. Kalian memiliki banyak waktu untuk berkemas."

"Pangeran! Pangeran!" Penuh keberanian seorang lelaki remaja mengangkat tangannya dari balik keramaian.

Haruto memicingkan matanya terhadap satu rakyatnya yang mengangkat tangan dan memanggilnya, "silahkan."

"Maaf, menyela anda." Haruto mengangguk sebagai jawaban.

"Kenapa harus memecahkan dinding pembatas daripada menguasai wilayah kita kembali, Pangeran? Bukankah Klan Aenon telah menyerah karena istri anda sudah berhasil mencabut semua pedangnya?"

Haruto senang ada orang yang akhirnya mempertanyakan alasannya.

"Kita akan berdamai dengan dunia atas. Terlebih The Opaque." Jawaban Haruto menimbulkan bisik-bisik rakyat yang pastinya ada pro dan kontra.

"Tidak ada perselisihan lagi!" Tegasnya yang membuat bisik demi bisik terhenti. "Apa kalian tidak lelah dengan segala pertengkaran turun temurun antara Opacity dan dunia atas?"

Para rakyat terdiam. Mereka sebenarnya juga lelah akan perselisihan yang tak kunjung habis.

"Sekian." Haruto berlalu dari podium. Pergi ke belakang aula yang di sana Jeongwoo sudah menunggunya. "Junkyu masih ada di ruanganku?" Tanyanya sambil berjalan.

"Ya. Junghwan juga ada di sana."

"Apa kau sudah berkemas?"

"Sejak dua jam yang lalu."

Haruto menekan knop pintu ke bawah. Dirinya langsung disambut oleh senyuman cerah Junkyu dengan Junghwan dalam gendongannya.

Haruto mendekat dan hendak mengecup bibir Junkyu.

"JAGA MATA JUNGHWAN AGAR TETAP SUCI!" Suara Jeongwoo yang memeringati keduanya. Karena ia tahu jika Junghwan sedang tidak dalam keadaan tidur.

Dengan bibir sedikit moncong ke dalam, pandangan Haruto turun tepat di arah Junghwan yang sekarang sedang menatapnya polos dari bawah. Haruto segera membenahi posisinya dan cengengesan. Hampir saja.

Junkyu menyentil pelan di kening suaminya, "lain kali lebih teliti."

Jeongwoo menyandarkan punggungnya di tembok, "coba kita lihat Haruto yang dulu. Dia sangat teliti saat membunuh." Ia bersedekap dada.

"Jangan bahas hal itu!" Haruto layangkan tatapan tajamnya untuk sohibnya di belakang sofa yang istrinya duduki.

Junkyu mendongak ke atas. Melihat suaminya sedang mengadakan perdebatan dengan Jeongwoo. Lebih baik ia mengubah topik, "sayang. Apa kau sudah siap menemui ayah dan ibuku?"

A Piece Of Darkness {HaruKyu}✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang