Chapter 9-Ini Sungguh Junkyu Kita?

876 167 27
                                    

~Happy Reading~

BUGH!!

Sebuah hantaman mendarat sempurna di salah satu pipi Haruto dari Junkyu, "kau pikir aku tidak bisa melakukannya, hm?"

Terdiam sejenak mengenai apa yang telah terjadi. Haruto sudah tersungkur ke pojok akibat satu pukulan kecil.

"Sayang!" Pekik Junkyu setelah sadar. Ia tergopoh membantu suaminya sambil meminta maaf berulang kali. Junkyu benar-benar tidak sadar telah melakukan sesuatu yang berani kepada Haruto.

Haruto setengah takut saat bertatapan dengan netra istrinya. Lelaki ini memundurkan tubuhnya dari jangkauan Junkyu.

"Kumohon, jangan pukul aku lagi." Suara Haruto bergetar takut.



Jeongwoo duduk di hadapan Haruto dengan mulut menganga, "maksud mu, Junkyu memukul mu sampai seperti ini?! Lemah sekali kau."

Haruto melayangkan tatapan tajam, "Yang benar saja."

"Kawan, ini pertama kali ku melihat mu mengompres satu pukulan."

Benar kata Jeongwoo. Sohib Haruto ini sering kali memergoki bekas pukulan setelah kawannya bertengkar dan Haruto nampak sangat santai dengan lukanya.

Tapi kali ini, satu pukulan yang Junkyu berikan dapat menimbulkan rengekan dari Haruto yang meminta untuk segera dikompres.

Jeongwoo beralih duduk di samping Junkyu. Tanpa permisi, ia mengangkat kedua tangan Junkyu. Rasanya tetap seperti biasa, ringan.

"Hei, hei! Jauhkan tangan mu!" Haruto merebut kedua lengan istrinya.

Jeongwoo mengerutkan keningnya, "kau tidak menggunakan benda berat untuk menghantam suami mu, bukan?"

"Aku tidak mungkin menghantamnya dengan benda berat!" Sahut Junkyu, "semarah-marahnya, aku tidak pernah memukulnya secara kuat, tapi...," Lirihnya.

Junkyu menunduk melihat sepasang telapak tangannya. Merasa berdosa setelah menyakiti kepala keluarga, "...ada apa dengan diriku? Sungguh aku tidak pernah memukulnya sekuat itu."

Sembari menahan kain yang membalut es di pipinya, Haruto menengok, "cukup. Aku memang harus menerima pukulan mu. Aku keterlaluan."

"Jika dia berulah, potong saja ular pitonnya. Aku akan membantu mu." Jeongwoo berbisik di kuping Junkyu.

"Bagaimana jika Junghwan ingin adik nanti?" Junkyu balik berbisik.

"Cari suami baru."

"Aku mendengar bisikan kalian." Haruto sigap melindungi ular kebanggaannya.

"Kau terlalu keras padanya. Bagaimana janji mu dulu padaku? Yang katanya 'iki tidik ikin minjidi sisik pimirih intik istriki.' Junkyu, potong saja ularnya." Jeongwoo mengingatkan kembali janji-janji Haruto padanya sebelum datangnya Junkyu kemari.

"Tidak bisakah kau sehari saja tidak berdebat dengan ku, Park Jeongwoo?"

"Tiada hari tanpa berdebat dengan mu, kawan."

Haruto melempar bantal sofa ke arah Jeongwoo, "hentikan semua ini. Semua amarah ku keluar begitu saja, itupun untuk hal baik untuk Junkyu agar tidak termakan rayuan mertuanya!"

"Dasar ula--"

"Mari kita berhenti membahas ular. Dia tidak punya salah. Jangan bilang kau iri dengan milik ku."

"Hei, Watanabe Haruto, sialan!"

Haruto tertawa mengejek.

Sementara Junkyu yang duduk di tengah-tengah mereka yang tiada hari tanpa berdebat, hanya bisa menahan kesabaran diri mengenai pembahasan tidak penting ini. Sudah berkali-kali pita suara Junkyu menyuarakan kata berhenti, tapi tidak diindahkan oleh mereka berdua.

A Piece Of Darkness {HaruKyu}✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang