~Happy Reading~
Haruto mengerjapkan matanya. Dia tidak pingsan, hanya memejamkan mata. Telah berada di dalam tempat luas dengan dinding es yang bahkan sudah menyamai cermin. Tidak ada apapun di sini, kecuali...,
...sesuatu berwarna putih yang menggeliat melilit kedua kakinya. Lunak dan menjijikkan.
Tangan Haruto merogoh naik ke atas pinggang mencari pedang miliknya. Haruto menggerutu tatkala logam tajam itu tidak ada di pinggangnya, padahal Haruto tak pernah melepaskannya sama sekali. Entah kemana perginya.
Terpaksa kedua tangannya meraih si putih itu untuk dilepaskan secara paksa, tapi hasil ikatannya malah sengaja dieratkan.
Haruto geram, alhasil ia menendang-nendang angin berusaha menarik kedua kakinya sendiri. Sayangnya si putih lunak ini malah bergerak dan menyeretnya.
"Sial!" Haruto tidak punya penahan. Semuanya menjadi licin karena es.
Haruto mengangkat kepalanya, jantungnya mendadak berhenti berdetak di saat itu juga.
Ular putih dengan ukuran berbeda dari ular pada umumnya. Sangat berbeda terutama bagian kepala. Biasa kepala ular datar bak sendok, di depan Haruto malah berkepala wanita, manusia. Menariknya, Haruto mengenal betul sosok itu.
"Ibu?"
Bukan manusia lagi. Kaki dan tangan saja wanita ini tidak memilikinya. Lekukan tubuh indahnya yang biasa dielu-elukan banyak pria telah berubah drastis menjadi tubuh dari hewan melata. Kulit lembutnya sudah digantikan kulit kasar digulung oleh warna putih.
Haruto memundurkan tubuhnya. Kepalang takut melihat sosok mengerikan ini. Lytha, nama dari sesosok manusia terkutuk yang ia curigai selama ini, sudah ada di depan matanya.
Lilitan pada kakinya perlahan dilepaskan.
"Aera..." Menyebut ibunya dengan nama langsung, Haruto tidak peduli jika ia disebut anak tidak tahu sopan, "...jadi kau Lytha itu, huh?"
Haruto tertawa sinis, "aku tidak tahu kau taruh mana hati mu. Keterlaluan, cucu mu sendiri kau pakai untuk paras menjijikkan itu." Sarkasnya.
Aera selaku ibu Haruto tertawa kecil menanggapi putranya. Tubuh menggeliatnya memutari Haruto yang terduduk sangat tegang, "aku tak pernah menganggapnya bahwa dia adalah cucu ku."
"Junghwan merupakan cucu dari musuh ku." Lanjutnya.
Kepala Haruto kesusahan mencerna maksud dari 'Junghwan merupakan cucu dari musuh ku.' Apa maksud dari kalimat yang dia dengar hari ini?"
Aera sangat puas terhadap wajah Haruto di bawahnya yang begitu kebingungan mencerna kalimatnya, "Aku tahu ini akan mengejutkan untuk mu."
Wajahnya sejajar dengan wajah tegas lelaki itu, "kutukan ini, hanya kau sebagai putra tiri ku yang mengetahuinya. Kutukan tanpa ku ketahui siapa yang mengutukku!"
Pikiran Haruto telah bercabang kemana-mana. Penuh pertanyaan yang membuat pikiran dan hatinya berkecamuk.
"Kau. Bukan. Anak. Kandung. Ku." Penekanan serta ejaan dalam setiap katanya.
Sepasang tangan Haruto mengepal. Mengepal bukan karena ia tidak terima jika dirinya hanyalah anak tiri dari Aera ini, justru malah ingin sujud syukur. Maksud dari kepalan tangannya ialah...,
...kemana ibu kandungnya?
"DI MANA IBU KANDUNG KU!" Teriaknya.
Aera belum menjawab pertanyaan yang menurutnya sangatlah bodoh itu. Alih-alih menjawabnya, Aera membawa tubuh jangkung Haruto dengan tubuh panjangnya. Melilitkannya dan mengangkat tubuh putra tirinya agar sejajar dengan dirinya yang berdiri tinggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Piece Of Darkness {HaruKyu}✓
Fantasy[Season 2-The Last King Of Darkness] [END] Semua belum usai setelah kembalinya kekuasaan The Opaque dari Opacity. Hilangnya Junkyu seakan ditelan semesta dan Opacity yang tertimpa karma, mendapat balasan dari perilaku rakus mereka sendiri di tahun...