Chapter 7-Apa Kita Berhak Bahagia?

934 174 44
                                    

~Happy Reading~

"Aku pernah melihatnya. Dari seseorang yang ada di sekitar kita, bahkan tinggal di di sini."

Haruto menoleh ke arah Junkyu. Tatapannya begitu intens. Ah, tatapan itu sangat tidak bisa dijelaskan.

"Kita lihat saja, siapa Lytha yang menyamar menjadi manusia."

Haruto melengos pergi dari kamar, meninggalkan Junkyu dan Jeongwoo yang kebingungan di dalam. Langkah Haruto yang semula santai, tiba-tiba saja menjadi berlari secepat kilat.

Drap drap drap!

Berlari sepanjang lorong, naik turun tangga, beberapa kali dia tidak sengaja menabrak pelayan. Napasnya tersengal begitu sampai di ruang paling bawah dari kastil ini. Ruang yang paling dilarang bagi siapapun, tidak peduli anggota kerajaan atau bukan.

Hari ini adalah kedua kalinya Haruto masuk ruangan terlarang ini. Ruang bertapa milik raja. Knop terus diputar menggunakan tangannya, hasilnya pintu itu dikunci.

Haruto mundur beberapa langkah. Menyampingkan tubuhnya.

BRAK!

Dalam satu dobrakan pintu kayu telah terbuka lebar tanpa kunci. Semerbak lah bau khas dupa. Remang-remang cahaya dihasilkan dari lilin yang tertata rapi di tempatnya. Tempat ini sangat menenangkan.

Karpet membentang menuju altar, Haruto mendaratkan kakinya di atas karpet merah yang memudar karena debu.

Benda-benda mistik berjajar di meja altar. Kali terakhir yang dia ingat adalah satu cawan penuh dengan kelopak bunga kuning mencolok itu. Adonis.

Saat ini ia temukan cawannya. Tetapi, sayangnya cawan itu kosong.

"Apa kau mencari cawan nya? Oh, bunga Adonis?" Celetuk sang ayah di belakangnya.

Bodoh! Kenapa aku lupa menutup pintunya! Rutuknya.

"Ayah tahu apa yang kau cari. Sejak hari itu, kau nampak tertarik dengan bunganya. Jangan pikir ayah tidak sadar."

Haruto mendengus, "dimana kelopak bunganya?" Haruto bertanya tanpa berbalik badannya.

"Di tangan ayah." Mendengar jawaban itu, Haruto segera menengok ke belakang dan menyahut wadah pengganti cawan kelopak Adonis.

Setelah mendapat sahutan, pria baya ini mendapat tatapan tajam dari Haruto, "semalam Lytha datang dengan Junghwan sebagai incarannya." Haruto merogoh kantong celananya, menunjukkan satu kelopak yang ditemukan istrinya semalam.

"Ini yang ditemukan Junkyu. Dan sekarang ..., kenapa kau memilikinya begitu banyak?"

Haruto tertawa kecut sambil meletakkan tangannya di atas pundak ayahnya, "wahai Lytha, apa salah putra ku sampai menjadi incaran mu?" Haruto mengklaim bahwa ayahnya adalah Lytha itu sendiri.

"Haru-"

Haruto mendekatkan wajahnya, "ah, jadi ini alasan ayah berusaha akrab dengan putra ku? Ayah tidak pintar dalam menyimpan rahasia. Sangat jelas jika ayah mengincar Junghwan."

Mulut ayahnya akan menyuarakan jawabannya. Namun, tidak sempat.

"PUTRA KU BARU SAJA LAHIR!" Seorang ayah berhak marah jika sesuatu menyangkut anaknya, bukan? Haruto menjauhkan wajah dan dirinya. Meredam amarahnya, dia harus berubah menjadi orang yang tidak mudah tersulut amarah.

Dengan tangan yang membawa wadah itu, ia menjauh, "jangan dekati putra ku lagi!"

Raja memaklumi Haruto yang sama sekali tidak memahaminya. Di matanya, sebesar atau se-dewasa apapun, Haruto tetaplah anak kecil baginya.

A Piece Of Darkness {HaruKyu}✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang