1. My King

44 8 4
                                    

Di sebuah kerajaan, yaitu Light Kingdom. Para menteri, Gover, dan seorang gadis berambut putih berjajar menghadap Lord. Keheningan mengisi ruangan penuh cahaya itu, mereka menunggu perintah penguasa tertinggi atas malapeta yang terjadi.

"Lliya." Suara tegas Lord terdengar begitu menusuk.

Gadis berambut putih bernama Lliya itu mendongak. "Ya, Lord."

Seorang Lord penguasa Light Kingdom, memiliki aura ketegasan yang mampu membuat semua orang mengikuti perintahnya. Pemilik darah murni sekaligus Lord pertama, ia bernama Kent Elenio Istvan. "Apa pesan terakhir Aram padamu?"

"Menemui Darah Campuran, Lord."

Seketika aura Lord Kent makin terasa menusuk. Tak disangka jika kutukan itu hanya mampu dipatahkan oleh Darah Campuran. Seorang laki-laki yang tinggal di Waste Area, rumor mengatakan jika lelaki itu bengis, psikopat, dan menyeramkan. Namun, nyawa penerus Light Kingdom berada di tangan Darah Campuran.

Lord Kent mengetatkan rahangnya. Ia tak bisa meninggalkan pemerintahan, bukan tak peduli pada keselataman nyawa anaknya, tetapi hanya Lliya yang mampu mencari lelaki itu karena jam pasir berada di tangan Lliya. Sebuah waktu yang menentukan nyawa penerus Light Kingdom.

"Ampun, Lord. Apa sebaiknya kita mengirim orang untuk menemui Darah Campuran?" Seorang Gover kerajaan menyela, "terlalu berbahaya jika mengutus Nona Lliya. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi sepanjang perjalanan menuju ke sana."

Lord Kent mengembuskan napas. Hal ini sudah menyangkut masalah penerus kerajaan. Tidak bisa mengambil keputusan secara sepihak, tetapi harus segera diputuskan. "Apa yang akan kalian lakukan saat jam pasir berada di tangan Lliya?"

Semua orang penting itu terkejut. Bukan rahasia lagi jika lambang keluarga Curse itu berada pada orang terdekat yang terkena kutukan. Hanya pemegang jam pasir yang mampu mengetahui cara mematahkan kutukan.

"Ampun, Lord. Jika memang seperti itu keadaannya ... kami serahkan keputusan pada penguasa tertinggi."

Lord Kent mengangguk, ia memang tak bisa menyuruh seorang perempuan mencari penawar, apalagi Lliya termasuk gadis penting di kerajaan. Namun, keadaan terlalu mendesak. "Baiklah, dengan ini kuperintahkan Lliya Agacia Kalandra mencari penawar untuk penerus Light Kingdom!"

"Baik, Lord."

***

Sebuah perintah mutlak, sehingga tak dapat ditolak. Hal ini bukan pertama kali Lliya mendapatkannya. Sebagai anak menteri pertahanan, ia sering mengemban misi menjaga perbatasan. Kemampuan dalam bertarung tak lagi diragukan, tetapi untuk pergi ke wilayah tersebut, membuat Lliya khawatir. Bukan soal keselamatan dirinya, melainkan calon penerus Light Kingdom.

Lliya takut jika kepulangannya tidak membawa penawar, perjalanan pun harus secepatnya dilakukan mengingat batas waktu untuk menyelamatkan calon raja. Semua orang berharap padanya, ia tak bisa mengecewan Lord Kent, Lliya pun tak ingin kehilangan seseorang yang ia cintai.

"Nona Lliya," panggil Oa. Seorang ahli kesehatan di kerajaan. Ia diutus Lord Kent untuk menemani Lliya dalam perjalanan.

"Oh, Tuan Oa," balas Lliya sopan.

Pemilik nama Orga Ashalus Pho atau Oa itu mengangguk. Ia harus menjaga nyawa Lliya sebaik mungkin meski mengorbankan nyawanya. Masa depan Light Kingdom berada di tangan gadis itu dan calon raja, Zeeron. Ia membungkuk, memberi salam. "Nona, saya akan akan mempertaruhkan nyawa untuk keselamatan Calon Ratu Light Kingdom."

Lliya dan Zeeron, keduanya adalah penerus kerajaan Light Kingdom. Beberapa tahun yang akan datang ialah pengangkatan Zeeron menjadi raja selanjutnya. Namun, malapetaka membuat calon raja seperti menghadapi kematian. Sementara, hanya Lliya yang mampu membawa penawar tersebut.

"Tidak usah seperti itu, Oa." Lliya tersenyum santai. "Kau juga temanku, jangan bersikap kaku begitu."

Oa menegakkan badannya. Umur keduanya hanya terpaut beberapa tahun, Oa sudah menganggap Lliya sebagai adik. Sebagai Kakak, ia mengerti kesedihan Lliya. Calon suaminya tengah berjuang menghadapi kematian. Apapun rintangan yang mengadang nanti, ia akan menjaga Lliya dan mendapatkan penawar, demi keberlangsungan Light Kingdom. "Lliya, jangan memikirkan hal negatif. Kita akan mendapatkan penawar itu."

"Semua ini salahku, Oa. Tidak seharusnya Zeeron mengalami hal ini," lirih Lliya.

"Jangan begitu. Semua ini adalah takdir. Kau tidak bisa menyalahkan dirimu atas apa yang telah terjadi, Lliya."

Lliya menatap mata Oa. "Semua ini tidak akan terjadi jika aku memahami perasaan Aram! Mungkin benar, Zeeron lebih pantas bersama gadis lain."

Oa mengerti, para menteri memiliki beberapa putri yang belum menikah. Calon raja boleh memilih pendamping dari kalangan menteri atau darah murni. Hingga Zeeron mengumumkan jika ia menunjuk Lliya. Bukan hal mudah saat beberapa orang tak menyukai terpilihnya Lliya sebagai ratu masa depan. Ia harus menghadapi mulut pedas dari rakyat atau istri menteri yang suka sekali menyindir.

Darah murni hanya dimiliki oleh Fallen Angel dengan tato di punggung atau dada sebagai pembeda antara Fallen Angel biasa. Pemilik darah murni hanya calon raja dan ratu, raja atau ratu, menteri, dan Gover. Selain itu, bukan pemilik darah murni. Mereka diberi berkat untuk bisa memimpin Light Kingdom.

"Jangan begitu, Lliya. Jika Zeeron memilihmu, artinya hanya kau yang pantas." Oa menepuk puncak kepala Lliya. "Sebaiknya kau berpamitan dengan dia sebelum kita berangkat."

Lliya mengangguk, ia meninggalkan Oa menuju kamar Zeeron. Sebentar lagi ia harus pergi, menyambangi wilayah lain untuk menuju Waste Area. Di depan kamar pria itu, Lliya menyiapkan mental untuk melihat wajah pucat Zeeron.

Mata indah Lliya seketika berkaca-kaca. Kondisi Zeeron seperti mayat hidup. Ia duduk di samping lelaki itu, mengusap kening serta rambut hitam lebat calon suaminya. Lliya dididik keras, jarang sekali ia menangis, tetapi kali ini perasaan kalut tak lagi bisa ia bendung sampai setetes air mata mengalir di pipi.

"Zee, bisakah mata indah kembali terbuka?" Bibir Lliya terasa kelu, ia bahkan menahan isakannya. "Ini semua salaku, Zee. Tidak seharusnya kau yang menghadapi kematian."

Lliya menangis di lengan Zeeron, semua kenangan bersama lelaki itu makin terasa menyesakkan. Saat ini ia sendirian, rasa takut dan cemas akan kehilangan Zeeron terasa begitu nyata. Masa depan Light Kingdom juga masa depannya berada di tangan Lliya. Jika ia gagal semua akan hancur. "Kau harus bertahan, Zee. Penawar itu akan kudapatkan bagaimana pun caranya, meski harus bertaruh nyawa."

Angin berembus dari luar jendela, perkataan Lliya seperti diberi balasan melalui angin tersebut.

"Kau mendengarku, Zee? Jangan pergi, tunggu kepulanganku. Kau harus berjanji." Lliya pun mengecup kening Zeeron sebelum pergi. Ia tak peduli bahaya yang mengancam nyawa, keselamatan Zeeron harus diutamakan.

Tanpa gadis itu tahu, seekor Foil Bird berukuran mini mengikuti langkahnya. Serta setetes air mata mengalir di pipi pucat Zeeron setelah Lliya pergi. Cinta sejati tak akan pergi, ia akan kembali. Meski maut menanti.

***

TBC.

My King [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang