13. Silent Forest (1)

5 3 3
                                    

Oa dan Lliya duduk menunggu Ren bersiap. Pemuda itu harus mengurus toko sebelum perjalanan menuju Waste Area. Ekspedisi ke wilayah seberang memakan waktu dua hari, kata pemuda tersebut. Beberapa bahan mentah berdatangan, Ren memberi amanat pada karyawannya untuk mengambil keperluan toko di kediamannya.

Menteri kerajaan terdiam memikirkan perkataan Lliya. Sejak memasuki rumah ini memang ada banyak kejadian aneh melanda. Ia tak tahu semua itu ilusi semata atau memang benar adanya. Beruntung Oa bisa tidur nyenyak tanpa gangguan makkhluk. Pengakuan Lliya juga membuat perasaannya makin kuat terhadap sesuatu di rumah ini.

Lliya menatap Oa bingung. Sejak di dapur tadi, laki-laki itu tak bersuara seolah memikirkan banyak hal. Padahal ia hanya iseng bertanya, tetapi efeknya terasa nyata. Sebenarnya, ia senang harus pergi dari rumah ini karena tiap kali melakukan sesuatu seolah diperhatikan sesuatu, Lliya tidak nyaman.

“Maaf menunggu lama.” Ren membungkuk.

Lliya berdiri. “Tidak masalah.”

“Kita akan berjalan menuju tempat selanjutnya?” tanya Oa saat Ren menegakkan badan.

Ren menggeleng. “Kita akan menaiki pedati menuju Silent Forest, Tuan.”

“Mari,” lanjut Ren mempersilakan keduanya menaiki kereta.

Lliya senang saat harus pergi, tetapi itu hanya di otak. Dalam hati, ia merasa berat meninggalkan kediaman ini. Mimpi pagi ini begitu terasa, hal itu membuat Lliya sulit melupakan bayangan Aram. Andai saja ia tau kenyataannya lebih dulu, mungkin semua ini tak akan terjadi.

Pedati mulai meninggalkan rumah Ren. Perjalanan terakhir di ranah ini adalah Silent Forest. Oa belum pernah mendatangi tempat itu, mereka cukup beruntung ada Ren yang akan memandu. Namun, sebelum sampai di sana harus melewati kabut tebal serta jembatan penghubung.

Rumah di ujung jalan seperti ini lebih suram dikarenakan selain bertingkat dua atau tiga, tidak ada lampu yang menerangi. Sore menjelang malam, beberapa lampu Kristal mulai dinyalakan di sepanjang jalan. Rintik hujan mengguyur bumi, aroma khas tanah basa begitu semerbak. Kabut pun mulai berkurang, saat itu juga mereka sampai di Silent Forest.

Oa ingat pertama kali melintasi tempat ini menuju Ghost Castle. Mereka harus memasuki portal sebagai pintu masuk. Rumor mengatakan jika hati penuh dendam tidak akan lolos atau sampai di dalam dibuat tersesat oleh penjaga. Semoga mereka bisa melewati semua itu tanpa halangan.

“Memasuki portal ini memiliki risiko,” kata Ren memberitahu.

Lliya mengernyit. “Maksudmu?”

“Seperti ini!” Oa mendorong Lliya ke dalam portal.

Sementara, Ren melotot melihat kelakuan Tuan Oa, ia kira tamunya ini akan menjaga sikap dan tidak bertingkah konyol. “T-tuan.”

“Oh, kau mau juga?” tanya Oa jenaka.

Ren menggeleng keras lantas masuk ke dalam portal. Oa pun berdecak, pasti Lliya akan mengamuk setelah ini. Sudah lama ia tak melakukan hal konyol, hidupnya terlalu monoton akibat pekerjaan sebagai Menteri Kesehatan. Orang-orang penting yang mengelilingi selalu bersikap formal dan tak bisa diajak bercanda. “Yeah, ini menyenangkan.”

Lliya duduk sambil menahan mual. Benar kata Ren, ia dibuat pusing akibat pintu masuk yang berputar itu. Tiba-tiba ada beberapa lembar daun di depan matanya, ternyata Ren menyodorkan tanaman tersebut.

“Ada apa?”

“Ini bisa mengurangi rasa mual. Daun ini kutanam di kediaman, tidak ada di Light Kingdom karena tempat itu tidak memiliki portal seperti. Jadi, kalian tidak bisa merasakan mual seakan dilempar, kan?”

Gadis tangguh itu mengangguk, beberapa lembar daun ia makan secara mentah. Rasanya seperti manis, kemudian pedas. Tidak terlalu buruk, mual pun hilang setelah lima belas menit. Mereka pun melanjutkan perjalanan.

Hutan ini penuh kabut, sulit untuk menemukan jalan jika taka da pemandu. Selain kabut, nyanyian burung hantu serta makhluk tak kasat mata selalu datang saat melintasi wilayah ini. Oa agak jengkel pada penjaga Silent Forest, siapa pun yang datang akan dibuat bingung. Mereka harus bisa menjaga kesadaran 100%.

“Kau tau seluk-beluk tempat ini, Ren?” tanya Lliya sembari melihat beberapa pohon menjulang tinggi. Agak sulit melihat saat kabut benar-benar tebal, jika beruntung hujan datang maka semua penghalang itu akan menipis.

“Tidak terlalu, Nona. Saya hanya dibuat tersesat saat melintas entah karena hati yang kotor atau keisengan penjaga di sini. Lagipula, tidak ada yang pernah mengetahui dengan benar keseluruhan Silent Forest, kecuali Lord,” jelas Ren sopan.

Silent Forest seperti jebakan menyeramkan, hanya Lord yang mengetahui seberapa dalam dan berbahayanya tempat ini. Penguasa tertinggi memiliki pengetahuan lebih atas berkat, maka dari itu ia dijadikan pemimpin karena memahami wilayah ini tanpa terlewat.

Burung hantu mulai menyanyikan nada pengantar tidur, mata mereka seolah berat oleh alunan lembut itu. Lliya dan Oa mencoba bertahan, sedangkan Ren berjalan santai seolah tak ada bahaya. Bagi penduduk asli seperti pemuda itu, mendengar nyanyian ini adalah biasa.

“Kau tak mengantuk, Ren?” tanya Oa menahan kantuk.

Ren berhenti, Tuan dan Nonanya seperti akan terlelap jika ia biarkan begitu saja. “Nona serta Tuan bernyanyilah bersama hewan tersebut.”

“A-apa?” Lliya menguap. Sebentar lagi ia akan tidur di tempat ini.

Dirasa bahaya mulai menyerang, Ren mengguncangkan tubuh keduanya agar tetap sadar. Mereka kebingungan, Ren pun memberi interuksi untuk mengikuti nyanyian tersebut. Sepanjang jalan diisi dengan suara ketiganya.

Hampir satu jam berjalan, kantuk pun akhrinya sirna. Hewan itu tak lagi bernyanyi, mereka pun aman. Namun, kejanggalan kembali terjadi. Lliya merasa hutan ini seperti tak berujung, beberapa dahan telah ia tandai. Pengalaman di Bone Sale membuat dirinya bersiap siaga akan banyak kemungkinan.

“Apakah kita dibuat tersesat?” cetus Lliya menahan degup jantung.

Oa dan Ren berhenti. Mereka menatap bingung gadis itu.

“Kalian tidak merasa? Kita seperti dibuat bingung sehingga tak menemukan jalan keluar?” tanya Lliya berusaha menyadarkan keduanya.

Ren terkejut. “Ah, spertinya kita sudah disesatkan oleh makhluk itu.”

“Apa maksudmu?” Oa melirik Ren tajam.

Embusan angin dingin membuat kulit meremang. Beberapa bisikan lirih kembali terdengar. Lliya dan Oa merasa frustasi bertemu lirihan speerti itu kesekian kali. Mereka sudah tahu apa yang tengah dihadapi. Keduanya saling memunggumggi.

Selamat datang.

“Bisa tidak jangan mengganggu?” Ren berbicara santai membuat Lliya dan Oa terkejut.

Ia sering dibuat tersesat saat melintas, mungkin makhluk itu sudah bosan melihat keberadaannya. Suara mengikik tanpa wujud itu terasa menyeramkan. Namun, bagi Ren itu adalah hal biasa. Beberapa menit, tak ada lagi hal aneh.

“Ini sudah biasa terjadi. Jangan terkejut,” kata Ren memberitahu.

Keduanya mengangguk kaku mendengar penjelasan pemuda itu yang kelewat santai. Tiba-tiba lembaran kertas melayang memutari tubuh mereka. Tulisan kuno dari wilayah Dark Kingdom mengisi seluruh bagian kertas. Hingga suara makhluk itu kembali terdengar.

Pilihlah salah satu takdirmu.

🌷🌷🌷

My King [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang