“Tentu saja!” Keduanya kompak menjawab.
Ren mengangguk. “Tapi sebelum itu apakah kalian keberatan jika diriku membeli beberapa bahan makanan di pasar? Persediaan di rumah habis.”
“Bukan masalah. Kami harusnya mengucapkan terima kasih karena kau mau memberi tempat untuk beristirahat,” ujar Oa lantas membungkuk.
“Ah, jangan seperti itu.”
Lliya tersenyum senang, akhirnya ada orang baik menolong. Beberapa keping uang ia berikan pada pemuda itu. Sedangkan Ren kebingungan, ia memang ingin menolong dua orang asing tersebut tanpa imbalasan apapun. “Nona, tidak perlu. Saya senang membantu. Simpan saja uangnya untuk perjalanan.”
“Kau serius? Anggap saja uang ini untuk membeli beberapa bahan makanan.” Lliya kembali menyodorkan sekantung uang.
Pemuda itu menggeleng sembari tersenyum. “Bukan tak mau menerima, Nona. Kalian bepergian jauh, pasti membutuhkan uang banyak untuk membeli sesuatu.”
“Ah, begitu. Ya sudah. Sekali lagi terima kasih.” Lliya membungkuk.
Selain pemuda itu, ada karyawan lain yang akan menjaga toko. Mereka pun pergi menuju Dead Market. Seperti beberapa jam lalu, tempat ini tak seramai Light Kingdom. Suasana tanpa suara bagaikan kuburan di City Grave membuat seluruh tubuh merinding. Saat ini sudah banyal orang lalu-lalang, walau begitu tak mengubah keadaan.
Kerez juga berada di sini. Hewan tersebut membantu para pekerja membawa dagangan menuju tokoh. Lliya jadi teringat makhluk yang ia tungganggi menuju City Grave. Ia harap akan bertemu lagi. sementara, Oa menargetkan beberapa toko untuk dikunjungi lagi nanti, dirinya lelah ingin istirahat.
Pemilik rambut cokelat madu itu membeli beberapa bahan pokok, jika di Light Kingdom sudah pasti melimpah karena memiliki tanah subur untuk petani. Bahan tersebut diangkut menuju pedati yang nanti akan ditarik olek Kerez. Lliya tidak tahu kapan pemuda itu menyewa makhluk tersebut bersama pedati.
“Nona dan Tuan, apakah kalian tidak keberatan menaiki pedati dengan bahan-bahan ini?” tanya pemudaitu merasa tidak enak. “Apa saya pesan lagi pedati lain?”
Lliya menaiki pedati tersebut dengan riang. Dirinya tak sempat merasakan naik pedati, sekarang ia tak boleh menyia-nyiakan kesempatan. Bahkan Oa sudah tersenyum lebar melihat tingkahnya. Di Light Kingdom, Lliya lebih sering menggunakan sayap untuk terbang daripada benda ini.
“Ayo!”
Pedati mulai ditarik oleh Kerez. Hewan itu sudah jinak sehingga tidak membahayakan nyawa penumpang. Lampu Kristal menyala, perjalana menuju kediaman pemuda itu persis seperti di City Grave, berkabut dan gelap. Meski begitu, Lliya tetap bersemangat untuk bisa mendapatkan penawar.
Koak gagak menemani keheningan, sebuah papan nama bertulis ‘Night City’ menyambut kedatangan. Beberapa rumah tampak gelap gulit. Lliya tidak tahu apakah rumah tersebut dihuni atau kosong, mengingat wilayah ini terbiasa dengan kegelapan.
Lampu jalanan dapat dihitung sampai keujung jalan, Oa rasa jika semua lampu Kristal dipadamkan maka kota ini makin gelap. Bukan hanya koak gagak di sepanjang jalan, tetapi hewan itu beterbangan di langit. Meski samar oleh warna awan yang hitam, suara kepakan sayap masih terdengar.
“Mungkin kalian tidak terbiasa dengan gelap. Di negeri seberang pasti memiliki cahaya matahari hangat,” ujar Ren. Pemuda itu duduk di depan mengendalikan Kerez.
Lliya dan Oa melempar pandangan, meski di Light Kingdom begitu cerah tentu memiliki kekurangan. Begitu juga negeri ini, masing-masing wilayah memiliki kelebihan atau kekurangan. Sehingga, ekspor-impor pun dilakukan untuk memenuhi kebutuhan.
“Ya … sedikit. Kami selalu melihat matahari bersinar dari terbit sampai terbenam.” Lliya melepas tudung, ia merasa bisa bernapas lega. “Meski begitu, Dark Kingdom juga memiliki kelebihan tersendiri yang tak dimiliki Light Kingdom.”
Ren mengangguk lantas berucap, “Kau benar, Nona. Sepertinya dirimu begitu bijak … kau pantas menjadi pemimpin Light Kingdom. Semoga Raja Kent menyadari kemampuanmu.”
Oa tersenyum, Ren tidak tahu jika Lliya adalah calon ratu masa depan. Identitas gadis itu tidak bisa dibuka secara sembarang apalagi di tempat seperti ini. menjaga rahasia adalah kewajiban atau nyawa sebagai taruhan.
Sementara, Lliya mengangguk pelan. Ia merasa belum pantas menjadi ratu saat banyak hal tak dikuasai. Namun, perjalanan ini membuat dirinya menjadi rakyat biasa. Sehingga, Lliya tahu harus melakukan apa sebagai misi menjalankan Light Kingdom nanti.
“Nah, kita sudah sampai,” kata Ren memberitahu.
Oa dan Lliya menatap kediaman tersebut ngeri. Gelap dan hawa negative seketika menyapa. Tempat ini sama seperti rumah di sepanjang jalan. Bahkan beberapa gagak bertengger di atap rumah, hewan itu menatap kedatangan keduanya.
Ren menyadari kengerian tamunya, ia pun menjentikkan jari. Rumah tersebut semula gelap menjadi terang. Beberapa gagak sudah ia usir demi kenyamanan mereka, Ren pun mempersilakan tamunya masuk.
Lliya dibuat takjub oleh keindahan rumah Ren. Namun, warna pada keseluruhan rumah membuat ngeri. Hitam, ia seperti dibawa ke rumah hantu. Di ruang tamu, beberapa rak buku, bangku, serta perapian ditata cukup rapi. Tempat ini diisi oleh lampu Kristal sebagai penerangan.
Di atas perapian, Lliya melihat sebuah lukisan. Namun, tidak terlihat foto siapa di sana karena tertutup kain putih. Sementara, Oa merasa janggal pada keadaan rumah. Tempat ini terasa hawa tak menyenangkan lebih pekat daripada di luar. Beberapa barang juga ditutupi kain putih, firasatnya mengatakan ada sesuatu di sini. Akan tetapi, semua itu sirna saat Ren kembali.
“Maaf menunggu lama. Saya sudah menyiapkan kamar berbeda untuk Tuan dan Nona.” Ren memberikan dua buah kunci. “Apa perlu saya antar sampai kamar?”
“Oh, tidak perlu. Terima kasih, kau bisa kembali ke toko,” kata Lliya cepat.
Ren mengangguk. “Baiklah. Jika kalian lapar, gunakan saja bahan makanan tadi. Dapur tak jauh dari sini. Saya pamit.”
“Terima kasih, Tuan.” Oa bernapas lega saat Ren pergi.
Beberapa menit hening. Oa masih mengamati sekitar, sementara Lliya hampir terpejam di kursi panjang dekat perapian. Terdapat tangga utama yang mengarah kedua jalur. Sebelum tangga, terdapat lorong. Oa tak tahu akan ke mana lorong ini, tetapi makin masuk ke dalam membuat perasannya tak karuan. Suara gagak kembali muncul saat Oa sampai setengah jalan.
Ia menoleh ke kanan, jendela besar tertutupi tirai hitam. Sesekali Oa mengintip keluar untuk melihat keadaan. Laki-laki itu melotot saat ada bayangan lewat, jantungnya berdetak kencang. Angin kencang pun seketika menerbangkan tirai-tirai tersebut. Saat gorden tersebut tersibak, Oa melihat sesuatu dalam gelap di luar sana. Mata merah menyala serta bayangan hitam.
Kaki Oa terasa berat untuk melangkah pergi. Ia seperti ditahan, ketika menatap ke bawah Oa mendapati suatu bayangan melilit kakinya. Tak lama, terdengar derap langkah mendekat. Ia pun bersiap akan kemungkinan terburuk. Bayangan dari pintu masuk lorong makin terlihat, napas Oa memburu seperti dikejar sesuatu.
“Oa! Kau di sana?”
🌷🌷🌷
KAMU SEDANG MEMBACA
My King [TAMAT]
FantasyCinta membawa malapetaka. Kutukan pun tak dapat dihindari, menjadikan pangeran tertidur seperti Putri Tidur. Sang putri harus berkelana mencari penawar. Harapan selalu tersimpan di hati. Setiap perjalanan membawa banyak pelajaran untuk menjadi pemi...