12. Night City (2)

8 4 3
                                    

Setelah tidur beberapa jam, Oa terbangun. Aroma makanan dari penggorengan terasa mengguncang perut. Ia keluar dari kamar, sejenak menatap pintu kamar Lliya. “Mungkin dia masih tidur.” Oa pun membiarkan gadis itu beristirahat lebih lama, kaki jenjangnya mengikuti aroma sedap yang menguar di udara.

“Oh, Tuan Oa. kau sudah bangun.”

Oa dikejutkan oleh suara pemuda itu. Pakaian memasak seperti serbet, topi, dan celemek membuat ia paham siapa yang menciptakan aroma seenak ini. “Ah, ya. Apa kau sedang memasak sesuatu?”

“Tentu, Tuan. Kita akan makan bersama.” Ren melirik ke belakang Oa. “Apakah Nona belum bangun?”

“Ya, dia belum bangun. Biarkan saja,” jelas Oa.

Ren mengangguk singkat. Keduanya berjalan melewati lorong sebelah kanan di bawah tangga. Oa kembali teringat kejadian semalam saat melintasi tempat ini. Ternyata di ujung lorong terdapat dapur cukup besar dengan fasilitas memadai.

Oa duduk, sementara Ren sibuk menghidangkan berbagai macam makanan. Cukup banyak membuat ia merasa seperti raja. Perutnya terasa meronta-ronta saat dihadapkan oleh hidangan hangat dan harum. Ia mengesampingkan sesuatu yang terasa janggal saat melihat meja penuh mangkuk serta piring berisi kuah lezat.

“Silakan dimakan, Tuan,” kata Ren sembari tersenyum.

“Terima kasih.”

Hidangan pertama adalah roti berisi telur mata sapi, beberapa lembar keju, saus, dan lainnya. Ditemani segelas susu hangat, Oa mengambil makanan kedua. Kali ini seperti macaroni, mie, dan telur setengah matang dengan kuah merah yang pedas serta gurih. Menghilang rasa pedas, Oa mengambil sup berisi sayuran. Seketika lidahnya terasa dimanjakan kuah manis.

Makanan terakhir adalah roti berbentuk beruang kecil. Melihat bentukya, Oa tersenyum. Setelah dirasa kenyang, ia membereskan piring bekas digunakan. Namun, Ren mencegah dan menyuruh Oa duduk saja. “Ren, tadi kau kembali jam berapa?”

“Saya kembali satu jam setelah kembali dari rumah, Tuan,” kata Ren sembari mencuci piring.

Oa berjalan menuju jendela, siang atau pun malam tetap saja terlihat gelap. Wilayah ini pasti indah jika memiliki cahaya matahari. Suara gemercik di luar jendela membuat ia sadar jika turun hujan. Aroma tanah basah serta White Flower menusuk indra penciuman.

Beberapa saat terdiam menatap hujan, ia melirik Ren. Pemuda itu sudah selesai mencuci piring. “Kau mau menemaniku menuju Dead Market, Ren?”

“Tentu, Tuan.”

Keduanya pergi menuju Dead Market dengan pedati. Ketika keluar rumah, aroma City Grave menguar di udara. Ren juga menggunakan dua lampu Kristal, hujan seolah menutupi penglihatan, meski begitu Kerez tak akan menabrak. Sampai di pasar, hujan pun reda.

“Kau ingin ke mana dulu, Tuan?” tanya Ren sopan.

Oa mencoba mengingat toko yang telah ia tandai. “Kau bisa menunggu di sini saja. Beberapa toko sudah kutandai sebelum pergi ke kediamanmu.”

“Baik, Tuan. Hati-hati.”

Tabib kerajaan itu segera mengunjungi salah satu toko. Beberapa lampu Kristal ia ambil sebagai persediaan. Mata uang yang digunakan Dark Kingdom tak berbeda dengan Light Kingdom sehingga mudah bagi Oa untuk melakukan pembayaran.

Penjual hanya diam menatap aktivitas Oa, sedangkan laki-laki itu agak rishi saat diperhatikan. “Maaf, berapakah total lampu Kristal ini?”

Oa berucap sesopan mungkin takut menyinggung. Namun, penjual itu tidak menjawab. Barang pilihannya diambil, kemudian ditotal. Penjual itu menggerakkan jari, seolah berkata dua emas, tiga perak, dan sepuluh perunggu. Cepat-cepat Oa membayar sebelum kepalanya dipenggal.

Setelah itu, ia mengunjungi toko senjata. Mendatangi Dark Kingdom secara langsung untuk membeli alat perang sungguh ide cemerlang. Di sini, beberapa peralatan selain bisa meminta desain seperti keinginan, harga lebih terjangkau.

Sebuah anak panah berukuran sedang menarik perhatian Oa, benda itu memiliki ujung seperti pisau. Cukup tajam dan berkilat. Saat melihat harga, ia cukup terkejut. Mungkin jika di Light Kingdom sudah sampai puluhan emas, tetapi di sini hanya belasan saja. Ia pun mengambil beberapa anak panah terbaik.

Puas berbelanja, Oa kembali menghampiri Ren. Pemuda itu setia duduk di pedati sembari memberi makan Kerez. “Ren, maaf terlalu lama pergi.”

“Oh, Tuan sudah kembali?” Ren tersenyum. “Bukan masalah, silakan naik, Tuan.”

Sementara, Lliya kebingungan saat tak ada siapa pun di rumah ini. Setelah mengecek keberadaan Oa di kamarnya, ternyata laki-laki sudah tidak ada. Lliya juga tidak tahu pemuda bernama Ren itu kapan kembalinya. Lelah berkeliling mencari dua manusia itu, ia menemukan dapur penuh makanan. Tanpa basa-basi ia menyantap hidangan tersebut.

Ketika makan, ia merasa diperhatikan. Tak ada siapa pun, tetapi rasanya seakan diamati tanpa henti. Lliya tidak takut, hanya saja hal ini mengganggu acara makan. Tak lama terdengar suara dari pintu utama.

“Kau sudah bangun, Lliya?”

Suara Oa mengejutkan gadis itu, ia menoleh dan mendapati beberapa barang belanjaan. “Kau belanja?”

“Tentu saja. Perjalanan kita masih panjang, memang kau mau kelaparan di jalan?” Oa menaikkan sebelah alis. Pertanyaan Lliya begitu aneh, ia rasa gadis itu lupa ingatan jika mereka tengah melakukan ekspedisi ke luar wilayah.

“Ah, maaf. Sepertinya kesadaranku masih mengambang.”

Oa menggelengkan kepala, mana mungkin kesadarannya tidak full saat  beberapa piring telah kosong, serta lauk yang menghilang. Perjalanan ini harus selesai pada hari terakhir atau lebih baik sebelum jam pasir berhenti. Mereka tak boleh kehilangan calon penerus Light Kingdom.

Ren datang ke dapur, ia mencuci piring kotor bekas Lliya makan. Awalnya, gadis itu mencegah Ren membersihkan sisa makan, tetapi bagi Ren tamu adalah raja. Harus dilayani sebaik mungkin. Sesekali ia mendengar percakapan Tuan Oa dan Nona Lliya.

“Tuan dan Nona ingin pergi menuju Waste Area?”

Keduanya kompak mengangguk. “Ya, ada apa?”

“Saya kebetulan juga mencari sesuatu di wilayah tersebut untuk kebutuhan toko. Seharusnya, dua haru lagi jadwal menyambangi Waste Area.” Ren membungkuk. “Jika diizinkan, apakah saya boleh ikut dengan Nona dan Tuan menuju wilayah seberang?”

Lliya menatap Oa, meminta persetujuan. Ada keuntungan saat membawa orang lain sebenarnya, apalagi Ren adalah penduduk asli Dark Kingdom. Bisa saja perjalanan mereka lebih mudah saat ada pemandu wilayah ini. Bahkan, pemuda itu sering mengunjungi Waste Area untuk mengambil sesuatu di Waste Area. Setidaknya, ada yang mengetahui seluk-beluk tempat tersebut.

Namun, Ren harus bisa menjaga rahasia. Misi keduanya tak boleh bocor, nyawa calon raja ada pada pundak mereka. Setelah beberapa menit, akhirnya Ren disetujui untuk ikut dalam perjalanan. Pemuda itu memberitahu beberapa hal untuk sampai ke tempat penyeberangan menuju Waste Area.

Ren bahkan bergegas menyiapkan kendaraan untuk perjalanan nanti sore. Laki-laki itu cukup gesit dalam melakukan pekerjaan. Setelah kepergian Ren, Lliya menatap Oa dalam. Ada sesuatu yang ingin ia sampaikan.

“Oa, apa kau merasakan sesuatu yang aneh pada rumah ini?”

🌷🌷🌷

My King [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang