16. Waste Area (2)

6 4 3
                                    

Setelah kepergian Hiera, sebuah cahaya berkilau muncul seperti petunjuk. “Ayo, kita ikuti cahaya itu!”

Ren berjalan di depan menjadi pemimpin. Mereka terdiam saat cahaya itu berhenti di depan sesuatu seperti gelembung, Lliya tanpa takut masuk ke dalam. Ia merasa dilempar ke suatu tempat, tetapi semua itu terbayar oleh pemadangan menabjubkan. Bahkan, Ren dan Oa saja tercengang.

Cahaya berwarna hijau zambrud dari ribuan hewan kecil seperti lebah memenuhi tempat tersebut. Bahkan para hewan bercahaya di tempat yang kekurangan cahaya ini. Lliya menyentuh tumbuhan tak jauh darinya, ia terkejut saat bunga tersebut makin bercahaya saat disentuh. Serbuknya bahkan menempel pada jari-jari Lliya.

“Tempat apa ini?” Oa kebingungan. Di Light Kingdom, tidak ada tempat seindah ini. Sungguh luar biasa, Dark Kingdom menyimpan banyak sekali misteri tak terpecahkan. Oa belajar dari apa yang telah ia lewati. “Ini indah dan menarik.”

Ren melihat sekitar, agak waspada apabila ada hewan atau sesuatu datang mengambil nyawa. Kejadian sebelum memasuki tempat ini cukup membuat lelaki muda itu merasa tingkat waspadanya makin tinggi. Sesuatu seperti ini bisa saja menjadi jebakan. Apalagi dua orang tamunya, seperti terlena oleh keindahan menakjubkan.

Lelaki itu segera menaik Lliya dan Oa agar sadar terhadap misi, jika bukan jebakan sudah pasti ini adalah tempat yang harus dilewati untuk sampai ke perbatasan. Ren belum pernah datang ke tempat ini, ia belum tak dibuat susah oleh penghuni Silent Forest karena asli penduduk, tetapi membawa Lliya dan Oa membuat ia terseret sejauh ini.

“Kita tidak boleh berleha-leha di sini! Jangan lengah!” peringat Ren tegas.

Oa dan Lliya seketika tersadar oleh ucapan Ren. Mereka hampir saja terjebak oleh Shien dan Hiera, jika saja laki-laki tak menyelamatkan. Mengikuti jamur terang yang memiliki warna berbeda dari tumbuhan lain membuat mereka cukup mudah mengikuti sampai keujung jalan. Saat itulah Ren baru tahu jika jalan yang dilewati ternyata mengarah para perbatasan atau penyeberangan menuju wilayaj lain.

Mereka saling melirik, di depan sana terpampang luas tempat penyeberangan mirip dermaga, tetapi kecil dan memiliki kapal kecil. Tak banyak orang karena jarang ada yang ingin memasuki wilayah seberang. Seorang Kakek tua menghampiri ketiganya, ia mengamati Ren tajam. “Kau penduduk sini, kan?”

“Tentu saja. Kau lupa?” Ren berkacak pinggang. “Kakek Zo! Kau sudah lupa terhadap Rem? Menyedihkan! Padahal diriku sering datang, sekitar sebulan sekali.”

Kakek Zo seperti kebingungan terlihat dari raut wajahnya. Pria itu sudah tua dan menjadi penjaga penyeberangan, ia diutus oleh Lord Dark Kingdom karena hanya dirinya yang tinggal di sana dan mengetahui cukup baik wilayah terpinggir itu. “Ah, kau! Si Perusuh menyebalkan!”

Ren terkekeh lantas merangkul Kakek Zo, pertama kali ia menyambangi penyeberangan ini Kakek Zo sangat galak. Padahal ia hanya penasaran seperti apa tempat ini. Namun, Ren salah. Ternyata pria tua itu sangat baik setelah berpura-pura menatapnya tajam. Tanpa ragu, Kakek Zo memberikan roti hangat dan secangkir teh. Sangat pas dinikmati sambil melihat luas laut yang memisahkan daratan ini dengan Waste Area. Ren bisa merasakan kehangatan seperti disayangi.

“Kakek, kau sudah makan?” tanya Ren khawatir.

Kakek Zo mengangguk. Tiap pagi, ia mencari jamur yang dapat dimakan di Silent Forest lantas menjadikannya soup hangat. Sebenarnya sangat sulit menemukan tanaman di tempat tak subur seperti Dark Forest, tetapi jika diteliti dengan baik, ada beberapa tanaman tumbuh sehingga dapat dikonsumsi. Jamur tersebut rasanya cukup enak saat dijadikan semangkuk kuah mengepul. “Kau meragukan kemampuan memasakku?”

Ren menggeleng, ia diseret menuju rumah Kakek Zo. Sedangkan Lliya dan Oa melempar pandang, bingung harus. Namun, teriakan Ren mengisyaratkan mereka untuk masuk ke dalam rumah kayu sederhana tersebut. Kakek Zo memiliki rumah sederhana setelah ditinggal pergi istri tercinta dan anak-anak yang sudah mempunyai keluarga masing-masing.

Tak mau bersedih atas kematian istrinya, Kakek Zo membuat rumah ini untuk menghabiskan masa tua. Sesekali mengenangan kebersamaan keluarga, meski terasa menyedihkan Kakek Zo tak pernah berniat mengakhiri hidupnya. Sisa waktu yang dimiliki akan digunakan sebagai mungkin untuk menolong orang lain.

Beberapa mangkuk mengepul pun disiapkan di meja bebentuk persegi panjang di tengah ruangan. Akhirnya, mereka mengisi perut setelah melewati Silent Forest. Ren makan lahap, sementara Lliya dan Oa masih mengamati makanan tersebut.

Kakek Oa melihat dua tamunya kebingungan pun memberikan roti yang ia beli di pasar. “Gunakan ini untuk dicelupkan ke dalam soup hangat kalian.”

“Terima kasih, Kakek!”

Keduanya terbelalak saat merasakan hangat, manis, dan gurih pada soup tersebut. Kakek Zo tersenyum kecil melihat reaksi Lliya dan Oa. Tanpa malu, dua orang penting kerajaan Light Kingdom itu menghabiskan beberapa roti. Bahkan Oa mengambil lagi roti terakhir milik Kakek.

“Ah, rotinya kuhabiskan. Maaf!” Oa membungkuk dalam. Tak sadar sudah menghabiskan roti, ia segera merogoh saku dan menyerahkan beberapa jumlah uang. “Maaf, aku sungguh minta maaf atas keteledoranku!”

Kakek Zo menepuk punggung Oa. “Bukan masalah! Ayo, ambil kembali uangmu!”

“T-tapi ….”

Tanpa peduli Oa, Kakek sudah memasukkan kembali uang yang diltekkan di meja. Ia masih memiliki sejumlah uang hasil menjaga tempat ini dari Lord Dark Kingdom. “Tak perlu seperti itu anak muda. Santai saja!”

Lliya tertawa kecil melihat tingkah Oa. Makanan sederhana semacam ini saja sungguh lezat, bagaimana jika dibuat dengan bahan berkualitas dan mahal. Dipastikan sangat lezat. Lliya ingin menjadikan Kakek Zo sebagai juru masak di Light Kingdom. Namun, melihat kondisi rentan seperti itu membuat Lliya berulang kali menjadikan pria itu ahli memasak.

“Kau memikirkan sesuatu, Nak?” tanya Kakek Zo sembari tersenyum menatap Lliya.

“A-ah, tidak. Hanya berpikir sedikit,” gugup Lliya.

Kakek Zo menepuk kepala Lliya. “Kau memiliki beban cukup berat di pundak. Jangan memikirkan sesuatu yang tak perlu kau pikirkan. Masih banyak hal di luar sana memerlukan bantuanmu. Jadikan bijaksana untuk masa depan cerah.”

“Maksudmu, Kakek?”

“Ren dan Oa, kalian bisa pergi keluar sebentar? Ada hal yang ingin kubicarakan pada gadis ini,” kata Kakek Zo.

Oa awalnya tak mau, tetapi melihat Lliya akhirnya ia pasrah pergi. Saat keluar rumah, udara segar kembali menyapa. Ia berjalan menuju pinggir laut untuk merasakan air tersebut. Oa mencelupkan sebagian kakinya, terasa meyegarkan dan menenangkan.

“Sepertinya Lliya memiliki intensi kuat, sehingga Kakek Zo ingin bicara bersama Nona,” kata Ren sembari duduk di sebelah Oa.

Oa mengangguk. “Ya, gadis itu memiliki tujuan besar. Mungkin dengan berbicara pada orang yang memiliki pengalam banyak membuat ia lebih paham dan bijak.”

“Lantas, apa tujuan Nona?”

🌷🌷🌷

My King [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang