6. Bone Sale (2)

8 4 3
                                    

Oa menceritakan beberapa hal yang ia tahu mengenai Dark Kingdom khususnya wilayah, Bone Sale. Dirinya pernah mendengar, jika para tulang digunakan untuk membantu para pekerja di beberapa tempat. Penduduk yang mampu mengendalikan tulang bekerja di Bone Sale, kriteria tulang tidak akan kehabisa tenaga saat dikendalikan, kecuali sudah mulai rusak, lapuk, terkena sinar matahari, dan tidak dikendalikan.

Menyadari sesuatu yang janggal, Oa berbalik. Jantungnya berdetak cepat, ia tak menemukan Lliya. “Dasar  tulang jelek!”

Jarang sekali Oa mengumpat, tetapi perjalanan ini membuat emosinya naik-turun. Ia berjalan perlahan, meski begitu otak dan pergerakan mencoba selarasa agar tetap waspada. Suara tulang makin terdengar saat ia kembali memutar jalan.

“Lliya,” gumam Oa saat mendengar teriakan gadis itu
.
Beberapa tulang akhirnya bermunculan, mereka berjalan tanpa awak. Jika makhluk tersebut tidak merangkak seperti di hadapannya, mungkin Oa berani menyerang. Hanya saja, ia harus mengalah untuk bisa menemukan Lliya. Entah bagaimana, dirinya kecolongan.

Lampu Kristal membuat semua tulang yang mendekat berhenti. Secara sengaja, Oa mematikan cahaya tersebut. Hawa tak menyenangkan menyapa kulit, tulang-tulang tersebut mulai menarik lengannya entah ke mana. Ia hanya ikut, tanpa memberi perlawanan. Tunggu kedatanganku, Lliya. 

Sementara itu, Lliya mengusap debu yang menempel. Setelah ditarik oleh tulang jahil, ia didorong sampai terjatuh. Di sini begitu gelap, Lliya tidak tahu di mana dirinya dibawa. Saat bersandar, suara patahan benda terdengar. Tangannya meraba-raba sekitar. Setelah mendapatkan sesuatu, Lliya mengangkat benda tersebut.

“Astaga!” jantung Lliya hampir copot setelah mengetahui benda apa yang telah ia pegang. Matanya menatap tajam sekitar walau dalam gelap gulita. “Ini … Bone Sale?”

Terdengar suara sesuatu jatuh tak jauh dari Lilya, tombak sudah ia siapkan jika tulang-tulang tersebut menjadikannya makan malam. Namun, ringisan seseorang membuat dirinya tenang. Setidaknya ia tak sendiri. “Oa, kau , kah, itu?”

Oa meringis saat para tulang jelek itu mendorongnya kasar. Ia menabrak tumpukan tulang yang memiliki kekerasa seperti batu. Dalam gelap, Oa mencoba tenang dan tidak bertindak gegabah. Tak lama, ia mendengar suara Lliya.

“Kau di mana?”

Keduanya meraba tanah, tanpa sadar sudah berhadapan. Oa segera mengeluarkan lampu Kristal, cahaya pada benda itu tak seterang tadi. ini perlu dilakukan untuk meminimalisir para tulang datang. Makhluk menyebalkan itu seperti memiliki sifat jahil tak karuan.

“Apa kita bisa keluar dari sini?” bisik Lliya.

Oa berdiri, ia melirik Lliya. “Tentu saja. Ayo, cari jalan keluar.”

Mereka ditarik menuju labirin, Oa tak habis pikir pada tulang menyusahkan yang memiliki kegunaan seperti itu. Tidak seharusnya keduanya di sini, jika sudah terdampar di labirin tulang ini akan kesulitan keluar. Jalan yang berliku serta taka da celah dari setumpuk tulang.

Lliya meletakkan potongan Kristal di tiap jalan yang sudah dilewati, itu seharusnya cukup berguna untuk mengetahui langkah mereka sudah sejauh apa. Saat meletakkan satu Kristal, mereka dikejutkan oleh beberapa tulang yang datang. Oa pun segera memadamkan lampu Kristal, ia tak mau harus ditarik menjauh dari Lliya.

Oa meletakkan jari telunjuk di bibir, mengisyaratkan agar Lliya diam. Setelah tulang-tulang itu pergi, mereka melanjutkan perjalanan. Setelah hampir satu jam berjalan, Lliya terduduk. Rasanya seperti berjalan di padang pasir, tak berujung. Oa pun akhirnya bersandar di tumpukan tulang.

Keduanya saling bertatapan. Ada hal janggal yang terjadi, semua petunjuk menghilang. Lliya merasa telah melewati jalan tersebut, tetapi taka da potongan Kristal. “Semua petunjuk menghilang.”

“Bagaimana bisa? Kita telah menyebar tiap jalan dengan potongan Kristal,” lirih Oa.

Malam makin larut, cahaya bulan pun seakan menghilang. Jika lampu Kristal taka da, Lliya tak bisa membayangkan seperti apa mereka sekarang. Ia melirik peramu di sampingnya, saat itu juga sebuah ide terlintas di pikirannya. “Oa!”

Ia mendongak, menatap Lliya yang terdengar memiliki sebuah harapan. “Ada apa?”

“Kau memiliki ramuan yang bekasnya tak menghilang,’kan?” desak Lliya.

Laki-laki itu membuka isi tas, mencari benda yang dimaksud gadis itu. “Ini maksudmu? Anti-lost potion.”

Lliya segera mengambil botol bening tersebut. Setetes cairan ia tuangkan, kemudian potongan Kristal di atasnya. Semoga tidak hilang lagi. setelah itu, Lliya menarik lengan Oa untuk kembali berjalan.

“Apa yang kau lakukan? Untuk apa meletakkan anti-lost potion dan potongan Kristal di atas tumpukan tulang?” tanya Oa bingung.

Lilya berdecak, “Kau ini! Jika ramuan itu mengenai potongan Kristal, seharusnya tidak akan menghilang!”

“Ah, benar!”

Sebenarnya Lliya merasa ini adalah suatu jebakan. Semua petunjuk yang telah ia sebar tak mungkin hilang begitu saja, kecuali ada yang sengaja menghilangkannya. Ia pun membuat petunjuk baru dengan bantuan ramuan  milik Oa. Seharusnya, kali ini tak akan menghilang. Kakinya begitu lelahg berjalan ke sana-sini, tetapi tak menemukan titik terang.

Ketika mengambil salah satu jalan, Oa menarik Lliya. Ada beberapa tulang yang tengah berkumpul, Oa menyipitkan mata. ia terkejut melihat petunjuk awal yang telah mereka sebar ternyata dibuang. Tangannya mengepal, semua usaha ternyata sia-sia akibat tulang tak memiliki awak tersebut.

“Jadi ....” Lliya ingin sekali mengamuk. Ternyata mereka dikerjai oleh penghuni Bone Sale ini. Sudah lelah berjalan dan membuat petunjuk, tetapi semua itu musnah tak tersisa. Kini, ia tak akan mengalah pada mereka. Setelah memastikan aman, Lliya dan Oa kembali menebar potongan Kristal kedua dan setetes ramuan.

“Itu … petunjuk kedua!” pekik keduanya tertahan.

Mereka mulai menelusuri petunjuk kedua, benar saja jika ramuan tersebut membuat potongan Kristal tidak menghilang. Anti-lost potion membuat benda tidak dapat menghilang atau dipegang, kecuali memiliki ramuan lain yang bereaksi agar benda dapat disentuh kembali.

Keduanya bergantian posisi. Lliya memegang lampur Kristal, sementara Oa mencoba menelusuri kembali petunjuk kedua. Setelah beberapa jam terjebak dalam labirin tulang tak berujung, akhirnya mereka menemukan jalan keluar.

Lampu Kristal segera dimatikan, mereka berlari meninggalkan Bone Sale secepat mungkin dalam gelap. Serasa telah jauh dari tempat terkutuk itu, Oa dan Lliya terduduk. Udara malam begitu dingin mengisi paru-paru. Beberapa menit berlalu, lampu Kristal kembali dinyalakan. Mereka pun saling melempar senyum.

“Kita berhasil!”

🌷🌷🌷

My King [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang