Cahaya menyelimuti tubuh Oa, luka di seluruh tubuhnya mulai pudar lantas sembuh. Wajah lelah lelaki itu berganti menjadi segar seolah tak pernah melewati perjalanan melelahkan. Jamur tersebut meletakkan Oa di tanah perlahan, kemudian menghilang tak berbekas. Kemudian, jalan penunjuk berupa jamur cahaya menerangi sepetak jalan.
“Apakah itu jalannya?” gumam Lliya.
“Uh! Tubuhku seperti sehat tanpa beban!” teriak Oa bersemangat. Padahal ia merasa sangat kelelahan dan sakit di sana-sini akibat jamur besar menyebalkan. Namun, saat Oa membuka mata seluruh tubuhnya terasa ringan.
Lliya mengecek suhu Oa menggunakan punggung tangan. “Kau sehat?”
“Sangat sehat!” Oa berbinar menatap Lliya. “Jamur kecil bewarna hijau itu mengarah pada suatu jalan.”
Ren melirik Tuan Oa aneh. Sejak lelaki itu sadar, lelaki itu seolah mengetahui seluk-beluk tempat ini yang bahkan, tak pernah dikunjungi. Ren hanya mendengarkan saja saat Oa mulai mengoceh tentang bagian terdalam dan tak terjamah Fog Forest. Meski begitu, ada gunanya juga lelaki itu diganggu oleh jamur besar. ia seperti penunjuk jalan.
Mengikuti jamur bercaya hijau dan muncul kunang-kunang mengitari perjalanan mereka karena makin lama hutan menjadi gelap. Hewan kecil bercahaya itu menerangi seluruh jalan, mereka juga hinggap di rambut Oa, Lliya, atau Ren. Menempuh perjalanan sekitar dua puluh menit, cahaya menyilaukan muncul di ujung jalan. Ternyata itu adalah jalan keluar Fog Forest.
“Wah!”
Mereka disuguhi keindahan alam memanjakan mata. Suara khas burung hutan seperti music penyambutan, seluruh kunang-kunang tadi menghilang. Terdengar suara gemericik air tak jauh dari tempat mereka berdiri, Oa kembali menyusuri jalan. Pepohonan menghalangi cahaya matahari, sehingga terasa teduh.
Oa berbinar menatap air terjun, ia berjalan menghampiri sumber air. Sementara, Lliya dan Ren mengikuti dari belakang. Mereka bangga dengan Oa yang mampu menemukan tempat berteduh. Akhirnya, di bawah pohon besar dengan gemericik air terjun yang menenangkan, mereka istirahat sambil berdiskusi untuk langkah selanjutnya.
Ren pamit mencari sesuatu, sedangkan Oa dan Lliya berdiskusi. Sebenarnya, mereka yakin jika Ren mengetahui rencana sebenarnya, hanya saja lelaki itu memilih diam dan menjaga privasi mereka. Lliya mengeluarkan jam pasir, benda itu hampir berada di ambang batas. Namun, mereka belum bertemu Darah Campuran.
“Kita akan bertemu Darah Campuran, hari ini,”kata Oa yakin.
Lliya terkejut, laki-laki itu bisa mengatakan hal yang belum pasti dengan yakin. Bahkan, ia saja tak yakin sama sekali. Darah campuran memiliki rumor tak menyenangkan. Lliya takut jika Darah campuran tak mau membantu mereka, melainkan membunuh.
Oa menepuk pundak Lliya. “Dia tidak seperti yang dikatakan orang-orang. Tidak baik berpikir jelek terhadap orang asing. Bisa saja Darah Campuran menjamu kita dengan baik.”
“Kau itu kenapa, sih? Sejak jamur besar mengganggu, kau seperti orang asing!” Lliya mengeluarkan tombak bermata pisau. “Siapa kau? Kembalikan Oa!”
Lelaki itu trekejut. Ia sontak mengangkat tangan dan menggeleng kuat. Sejak membuka mata tubuhnya memang terasa aneh, Oa seolah mengetahi tempat ini secara baik. Padahal, ia tak pernah mengunjungi Waste Area. “Kau tak percaya? Oa, sahabatmu, Lliya!”
Melihat Lliya tak percaya serta tombak cahaya yang masih ditodongkan padanya, ia pun mengeluarkan anak panah khusus. Sebuah tanda terukir di atas benda itu, seorang gadis pernah memberikannya saat berlatih memanah.
“Kau tak ingat ini? Anak panah yang kau berikan!”
Lliya menatap tajam, tak lama tombak cahaya menghilang. Ia tertawa melihat Oa menampilkan wajah panik. Seru juga mengerjainya.
Oa menatap kesal Lliya, ia sudah dibodohi. “Kau sungguh menyebalkan, Nona!”
Saat Lliya ingin menghampiri Oa, ia mendengar suara hewan menggelegar memenuhi hutan. Bahkan burung-burung beterbangan keluar hutan. Mereka saling tatap lantas terbang mencari sumber suara. Ren belum kembali, mereka takut pemuda itu dicelakai oleh hewan mengamuk.
Tiba-tiba seekor kadal besar mengadang. Lliya berdesis, “kau cari Ren! Biar hewan ini kuurus!”
“Apa maksudmu?”Lliya mulai menyerang si kadal besar. “Pergi, Oa!”
Secara terpaksa Oa pun pergi meninggalkan Lliya mencari Ren. Sementara, Lliya mencoba tenang. Sudah lama ia tak bermain perang-perangan. Tombak cahaya muncul, benda itu menyerap cahaya matahari. Saat lidah kadal tersebut menyerang, Lliya segera mengayunkan tombak cahaya.
Efek dari tombak cahaya membuat lidah kadal menjadi panas seolah terbakar matahari, Lliya terbang menukik. Di tangannya terdapat cahaya seterang matahari, saat mendekati kadal ia memukul badan hewan yang tengah lengah itu sekencang mungkin. “Destroyed!”
Muncul cahaya mengelilingi kadal, tetapi sinar itu terasa membakar. Hewan itu menjerit kesakitan, Lliya memasang kuda-kuda untuk kembali menyerang. Namun, lidah kadal itu menyerang. Ia segera berlari ke berbagai arah menghindar.
Cahaya yang membakar kadal sudah mulai padam, secara cepat hewan itu menarik Lliya menggunakan lidahnya. Bersiap untuk ditelan. Lliya berusaha mengambil belati di saku kecil, setelah benda itu berada di tangannya, ia segera menggores lidah kadal. Darah pun mengucur, Lliya pun terbebas. Tanpa menyisakan waktu, ia segera memunculkan tombak yang di ujungnya terdapat cahaya membakar.
Lliya melempar tombak itu menuju kadal. Saat tombak mendekati hewan, Lliya bergumam, “Cutting Light!’
Cahaya matahari memancar di ujung tombak, membelah seluruh tubuh kadal hingga mengeluarkan darah segar. Lliya menyaksikan hewan itu mati perlahan, ia segera terbang mencari rekan lainnya. Ada rasa sedih dan menyesal membunuh hewan tersebut. Namun, ia tak memiliki pilihan lain. Dua temannya masih menghilang.
Terbang secara acak mencari keberadaan Oa dan Ren. Lliya pun menembus dahan menuju langit dan mencari di udara. Ada sesuatu tak jauh dari tempat ia terbang, Lliya segera menuju tempat itu dengan kecepatan tinggi. Alangkah terkejutnya saat melihat Oa hampir menjadi santapan hewan lain.
“Membunuh itu menyedihkan, tetapi dalam hal ini adalah sesuatu yang menyenangkan.”
🌷🌷🌷
KAMU SEDANG MEMBACA
My King [TAMAT]
FantasíaCinta membawa malapetaka. Kutukan pun tak dapat dihindari, menjadikan pangeran tertidur seperti Putri Tidur. Sang putri harus berkelana mencari penawar. Harapan selalu tersimpan di hati. Setiap perjalanan membawa banyak pelajaran untuk menjadi pemi...