19. Fog Forest 1

6 4 3
                                    

“Tidak!”

Ren dan Oa terkejut mendengar teriakan Lliya. Mereka sudah bangun beberapa menit lalu, setelah tidur kurang lebih satu jam. Oa segera terbang menuju dahan tempat gadis itu memejamkan mata. “Hei, bangunlah.”

“Oa!”

Laki-laki itu terkejut luar biasa saat Lliya langsung memeluk tanpa aba-aba. Padahal ia yang merasa khawatir, tetapi pelukan ini membuat ia tahu jika ada sesuatu pada gadis ini. “Hei, kau ini kenapa?”

Semua itu hanya mirip buruk, tetapi seolah terasa nyata. Akhirnya wajah Oa dapat ia lihat kembali. Cukup Aram saja pergi meninggalkan Lliya. Jangan lelaki itu, sahabat terbaik miliknya. Kumohon, tidak lagi. Semua ini terasa menyesakkan dan mematikan.

Setelah tangis Lliya reda, Oa menghapus jejak air mata di pipi mulus gadis itu. Sekilas ia melihat suatu perasaan khawatir dari iris tersebut. Sepertinya ada sesuatu yang akan terjadi, terbukti dari mimpi Lliya.

“Sudah, jangan menangis,” kata Oa sembari tersenyum. “Memang kau bermimpi apa sampai seperti itu?”

Seketika ia merasa tertegun. Tak jauh darinya Ren tengah duduk di dahan lain. Pemuda itu sibuk membersihkan buah hasil panen. Jelas sekali saat ia dikejar oleh sosok menyeramkan, tetapi wajah itu milik Ren. Tak mungkin ia mengatakannya di saat ada pemuda itu.

Sementara, Ren memasukkan semua buah ke dalam tas. Ia menghampiri Lliya. “Nona, apa kau mimpi buruk?”

Gadis itu mengangguk sekilas, masih menunduk. Tak tahu saja jika otak dan pikirannya tak sejalan. Ingin menatap Ren, tetapi takut mengingat wajah rusak sosok di dalam mimpi. Namun, tak menatap lawan bicara juga tidak sopan.

“Ini minumlah.” Ren menyodorkan segelas air bening dalam bambu.

Oa mengambil gelas bambu, kemudian berkata, “apa ini?”

“Hanya air dari sari buah. Cukup bagus untuk meningkatkan kesehatan,” jelas Ren yakin.

Sebelum diberikan pada Lliya, Oa memperhatikan kembali sari buah itu. Sebuah kertas kecil ia teteskan air dari gelas bambu. Tiga detik muncul warna, Oa mengangguk. Percaya jika air tersebut tak akan membuat Lliya kembali tak sadarkan diri. “Minumlah.”

Pemeriksaan seperti itu sering Oa lakukan untuknya. Entah untuk apa, padahal ia rasa Ren tak akan melakukan hal buruk. Dua kali teguk membuat kerongkongannya basah dan segar. Rasa manis dan sedikit asam begitu menyegarkan.

“Terima kasih, Ren.”

Pemuda itu mengangguk. “Sebaiknya kita meneruskan perjalanan sebelum malam menanti.”

Oa mengemasi semua barang, setelah itu menghampiri Lliya. Gadis itu melamun, seolah memikirkan mimpi buruk yang belum usai. Oa pun mengembuskan napas, ia merangkul pundak kecil itu sembari terbang melanjutkan perjalanan.

Selanjutnya, Aglaga River. Aliran sungai sebagai pemisah antara Greenland dengan benua utama, yaitu Waste Area. Air jernih berisi ikan kecil sampai besar dan jenis ikan begitu beragam. Siapa saja boleh memancing di sana. Namun, tetap memperhatikan aturan untuk tidak merusak ekosistem. Keunikan dari Aglaga River terdapat pada suhu air cukup hangat seperti kolam pemadian air panas.

Ren mencelupkan kaki, seketika semua beban seolah menghilang. Memang benar ucapan keluarganya jika berendam di sini seakan sel darah bergerak lancar. Emosi menjadi stabil dan tenang. “Nona dan Tuan harus coba. Ini menyegarkan!”

Oa merendam kaki, mengikuti cara Ren. Sementara, Lliya duduk di pinggir sungai. Memperhatikan ikan-ikan berenang lincah. Hidup hewan itu seolah bebas tanpa beban, ia juga mau seperti itu. Andai saja tak ada korban, tak mungkin semua runyam.

“Jangan terus menyalahkan dirimu, Lliya.” Oa melepas sepatu gadis itu lantas mencuci kaki Lliya. Kulit seputih susu calon ratu masa depan begitu terawat. Meski selalu diperintahkan di perbatasan Light Kingdom, Lliya selalu melakukan perawatan setidaknya sebulan sekali.

Ren bersemangat sekali mencari ikan sampai menyelam. Sudah dua ikan besar masuk dalam keranjang. Saat sampai di tempat Darah Campuran ia berniat memasak dan menyajikannya di depan Nona dan Tuan untuk memperkenalkan chef terbaik Dark Kingdom.

“Nona! Tuan! Lihat!” Ren menunjukkan ikan hasil tangkapannya, dua ekor. “Kita akan makan besar sampai di sana!”

Sementara, Oa dan Lliya merasa terhibur oleh tingkat pemuda itu. Layaknya anak kecil, Ren memang pandai menghibur orang dewasa. Beruntung, Ren ikut dalam perjalanan. Selain sebagai peta, pemuda itu juga membantu dalam konsumsi.

Dirasa cukup menangkap ikan dan menenangkan pikiran, mereka melanjutkan perjalanan menuju Fog Forest. Sebuah papan nama tergantung di dua tiang tinggi, ucapan selamat datang menyambut kedatangan mereka. Setelah melewati papan tersebut, tim harus melintasi jembatan yang jika diinjak pasti akan rapuh. Bahkan, dua sampai lima papan kayu sudah hilang dari tempatnya. Salah melangkah maka jurang berkabut siap menampung.

“Kita berpegangan. Ren kau di depan, Lliya berada di tengah, sementara diriku di belakang,” perintah Oa.

“Baik!” jawab Lliya dan Ren berbarengan.

Ren berpegangan pada tali jembatan, baru selangkah saja perantara itu sudah bergoyang ditiup angin. Dua langkah menginjak papan kayu, rasanya seperti akan mati. Jembatan tersebut hampir roboh jika hujan deras atau badai datang. Sementara, Oa memegang pundak Lliya menggunakan salah satu tangan. Mereka tak mampu menggunakan sayap karena penghalang tak terlihat, menetralkan penggunaan elemen.

Ketika berada di tengah mereka berhenti. Angin makin tak terkendali membuat jembatan bergoyang ke kanan-kiri. Tiba-tiba segerombolan kelelawar melintas.

“Merunduk!”

Hewan malam tersebut terbang melintasi mereka. Harum kematian mengundang perasaan takut, tiga kelelawar mengusik Ren, Oa dan Lliya. Jembatan berguncang, sehingga pegangan pun kendur. Saat keseimbangan tak lagi terjaga, salah satu dari mereka terjatuh.

“Oa!”

🌷🌷🌷

My King [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang