“Oa!”
Otak Lliya seolah membeku, lelaki itu akan memasuki jurang kabut. Sementara, Oa sudah pasrah apabila ia akan mati di sini. Menyisakan nama yang dapat dikenang atau bahkan dilupakan di Light Kingdom. Dalam hati ia berharap Lliya selamat dan mampu membawa penawar. Maaf, Lliya.“Dapat!”
Ren sigap menarik lengan Oa sebelum lelaki itu benar-benar hilang dari pandangan. Napasnya memburu melihat jurang tak berdasar. Ia segera menarik Oa sebelum energinya habis, bersandar pada seutas tali jembatan, Ren bernapas lega. “Kau baik-baik saja, kan?”
Oa terdiam, masih tak percaya bahwa ia selamat dari maut. Jantungnya berdegup tak beraturan. Dibantu Lliya, ia berpegangan agar tak jatuh lagi. “Terima kasih sudah menyelamatkanku.”“Bukan masalah.”
Setelah berpacu dengan waktu, akhirnya mereka sampai di Fog Forest. Namun, saat melangkah kaki mereka seolah tertahan sesuatu. Tulisan aneh muncul mengambang di udara berupa ucapan selamat datang. Setelah itu, tertulis peraturan memasuki Fog Forest. Sekitar sepuluh hal yang tak boleh dilanggar, jika melakukan hal macam-macam akan berakibat fatal.
Semua tulisan menghilang dalam sekejap, seorang Forest Fairy bertubuh kecil mucul. Sayap peri itu terlihat seperti daun, hijau agal cokelat. Meski begitu terlihat indah dan menawan. Peri itu adalah penjaga Fog Forest, ia akan membimbing pendatang atau malah menyesatkan, sesuai bagaimana hati pengunjung. Kejujuran diutamakan untuk mencapai jalan kebeneran. Hati tak dapat berbohong, walau mata selalu menipu.
Peri itu meciptakan sesuatu menggunakan kekuatannya, sebuah tanda berbentuk daun terukir di masing-masing tangan. Ketika peri itu menggenggam tangannya kuat, seketika tim merasakan sakit luar biasa di pergelangan tangan. Setelah memastikan tanda daun itu bekerja, peri pun berputar-putar senang, kemudian pergi.
“Apa?” Oa terkejut. “Peri itu sunggung menyebalkan, ya! Ia ingin kita merasakan sakit dari tanda daun ini!”
Lliya menepuk punggung Oa, lelaki itu protes karena tak bisa meredakan sakit yang tak karuan. Sepertinya tanda itu akan bereaksi saat mereka melakukan kerusakan atau hal tak menyenangkan di wilayah ini. Namun, Lliya suka sekali bentuk tanda ini, seperti hiasan. Mungkin bisa dibuat setelah sampai di Light Kingdom.
“Ayo,” ajak Lliya. “Kau jangan mengeluh saja, Tuan Oa.”
Oa mendengkus saat Lliya mengejek. Tanda itu memang bagus karena membentuk ukiran daun, tiap orang berbeda bentuk. Miliknya indah seperti bunga rose, tetapi sangat menyakitkan bagai duri menusuk seluruh pergelangan tangan.
Mereka memasuki hutan, cahaya matahari masih menyinari. Kicauan burung terdengar di berbagai penjuru. Suara halus layaknya petunjuk, tidak ada jalur bercabang seperti di Silent Forest. tempat ini dipenuhi berbagai tumbuhan unik dari kecil sampai besar. Ada yang merambat dan menghalangi jalan, jamur kecil pun menjadi lampu penerang.
Sekelebat bayangan seperti melintasi mereka, Ren menyuruh untuk tetapo fokus, tetapi dalam keadaan sigap. Bisikan halus kembali muncul, mengacaukan pikiran dan membuat bingung. Makin lama berjalan tidak sampai di wilayah selanjutnya, melainkan tersesat.
Satu jam berjalan tak tentu arah, mereka berhenti di sebuah pohon. Tanaman besar itu ternyata jamur yang memilki umur ratusan tahun, sehingga memiliki daun lebat berwarna cokelat dan sejenisnya. Mereka terkejut saat tanaman itu bergerak, masing-masing sudah menyiapkan senjata.
“Jangan takut. namaku Grrof, penghuni hutan ini.”
Mereka terkejut pohon itu bisa berbicara. Lliya menyentuh akar yang mencoba bersalaman dengannya. Tiba-tiba, akar itu melilit perutnya dan membawa Lliya menuju dahan tertinggi. “Apa yang kau lakukan, Grrof!”
“Kau kelelahan. Makan saja buahku.”
Lliya dibuah bingung, mana ada buah tumbuh di jamur?
“Kau bercanda? Tidak buah yang tumbuh di jamur! Sekarang lepaskan aku!”
Tiba-tiba dari ranting pohon muncul buah besar seperti apel. Warna buah itu hitam pekat, tetapi terlihat segar dan menggoda untuk dicicipi. Lliya terpaku pada buah tersebut. Perutnya sudah berbunyi sejak sepuluh menit lalu, Ia ingin buah itu.
Manis. Sekali gigit begitu menyegarkan. Lliya tanpa sadar memakan buah itu sampai habis. Sementara, Oa dan Ren menatap datar gadis. Mereka sedang melakukan misi, bisa-bisanya Lliya makan di atas sana dengan tenang.“Lliya! Bagaimana jika buah itu beracun!” teriak Oa panik.
“Eh?” Lliya melupakan keberadaan teman-temannya. Manis itu begitu menyenangkan sampai ia lupa. “Oh, kalian lebih baik ikuti saja kemauan Grrof!” Ia pun melanjutkan sesi makan yang tertunda.
Tanaman besar itu menertawakan Oa dan Ren. Ranting-ranting kecil mulai turun menuju keduanya. Buah berbeda dari Lliya pun dihidangkan di depan mata. Makanan di tas Oa meski utuh membuat ia ingin mencoba ‘rasa’ buah aneh itu. Saat menoleh, Ren sudah lebih dulu memakan buahnya.
“Ren, kau!”
Pemuda itu melirik. “Apa? Tuan coba saja, buah ini segar dan memiliki kandungan air cukup banyak.”
Oa menatap ragu buah di tangannya. Sekilas ia merasa ada sesuatu di buah tersebut. Namun, dorongan entah dari mana membuat ia akhirnya menggigit jambu hitam itu. Seketika rasa panas dan membakar membuat ia seperti dipanggang. “Panas!”
Lelaki itu berlari tak tentu arah. Lliya segera turun dari pohon. Sementara, Ren sudah mengejar Oa entah ke mana. Suara tawa memasuki gendang telinga, ia menatap jamur besar itu sengit.
“Kau apakan temanku!”
“Tidak ada. Hanya sedikit bermain dengannya. Lagi pula, bocah itu seperti meremahkan buah manis yang terdapat di ranting milikku.”
Lliya menggeram. Grrof benar-benar mempermainkan mereka. Ia pun segera pergi daripada memarahi sebuah tumbuhan. Jejak kaki di tanah terlihat samar karena cahaya tak bersinar baik. Lliya mengikuti jejak tersebut, pandangannya tertuju pada dua manusia.
Ren duduk di atas punggung Oa. Sudah lelah ia berlari ke sana-sini hanya untuk mengejar Fallen Angel yang tengah terbakar tubuhnya. Meski Oa berteriak merasakan panas di sekujur tubuh, Ren tak peduli. Ia baru saja bernapas. “Tuan, diamlah!”
“Bodoh! Kau tidak tahu rasanya. Panas sekali!”
Lliya menghampiri kedua rekannya. “Astaga Oa!”
Ren bangun, membiarkan Lliya mengecek lelaki itu. Seluruh tubuh Oa seperti tersengat lebah, merah dan berbekas. Fallen Angel itu seolah meminta pertolongan saat tubuhnya terasa dipanggang hidup-hidup. “Kumohon. Ini panas.”
Lliya mengeluarkan sebotol air minum dari dalam tas, ia mengguyur tubuh Oa. Ren tertawa melihat lelaki itu basah. Terkadang ia dibuat tertawa oleh dua orang tersebut. Ren pun membantu Lliya untuk mengguyur Oa dengan sebotol air.
Namun, semua air telah habis. Oa masih kepanasan dan menggaruk tubuhnya sampai berdarah. Lliya menarik lengan Oa agar tak mengakibatkan beberapa bagian tubuh terluka. Tiba-tiba jamur besar tadi datang. Sulur tanaman tersebut mengangkat tubuh Oa. Seketika cahaya menyelimuti lelaki itu dan membuatnya pingsan.
“Kau apakan lagi temaku!”
🌷🌷🌷
KAMU SEDANG MEMBACA
My King [TAMAT]
FantasyCinta membawa malapetaka. Kutukan pun tak dapat dihindari, menjadikan pangeran tertidur seperti Putri Tidur. Sang putri harus berkelana mencari penawar. Harapan selalu tersimpan di hati. Setiap perjalanan membawa banyak pelajaran untuk menjadi pemi...