بسم الله الرحمن الرحيم
Assalamu'alaikumGimana kabarnya my friend
Fath up lagi nih
Langsung aja ya_____________________________________________
Keesokan paginya Raihana bersiap untuk pergi ke pondok pesantren. Mau tidak mau dia harus pergi. Kali ini keputusan ayahnya tidak bisa diganggu gugat.
"Kak, kakak mau kemana? Kok, masukin baju kedalam koper? Kakak mau ninggalin aku sama Dede." Tanya Aira
"Kakak juga sebenarnya nggak mau ninggalin kalian. Tapi, kakak harus pergi karena ini sudah menjadi keputusan Ayah." Ucap Raihana sambil memeluk kedua adiknya.
"Kak, nanti yang ajarin dedek siapa. Kak Aira mah suka marah-marah. Kakak jangan pergi ya nanti Dede bilang deh ke ayah. Dedek bujuk ayah pake ice cream. Ayah pasti mau." Raihana tersenyum mendengar perkataan adik bungsu nya itu. Arsyad baru berusia 5tahun jadi wajar saja berpikiran seperti itu.
"Nggak dek, ai kakak tetep harus pergi. Kakak juga nggak lama kok perginya. Kalian disin harus jadi anak yang baik. Nurut sama ayah, bunda belajar yang rajin." Raihana melepaskan pelukannya dan berjalan menuju mobil.
"Ayahh.... Jan biarin kak Rai pergi. Ayah bujuk kakak dong biar nggak pergi." Rengek Arsyad. Rafiqi menatap putranya. Jujur saja, melihat putranya seperti itu dia tidak tega. Tapi ini juga demi kebaikan keluarga nya.
"Maaf ya dek, ayah nggak bisa. Kakak Rai harus pergi." Rafiqi memberi isyarat pada putri keduanya, agar membawa Arsyad kedalam rumah.
"Dedek, kedalam ya sama kakak ai. Bunda, ayah, sama kakak Rai pamit dulu ya. Nanti setelah nganterin kakak Rai ke pondok, bunda sama ayah pulang lagi kok. Dah ya jan nangis masa jagoannya bunda nangis."
"Ai, baik baik dirumah kakak pamit ya. Yang akur sama Arsyad." Ucap Raihana sambil memeluk Aira. Aira mengangguk, jujur Aira tidak bisa berkata apa-apa lagi. Rasa sedihnya membuat ia tak kuasa untuk berbicara lagi.
"Dah ai, dek. Assalamu'alaikum..." Ucap Raihana sambil melambaikan tangan
"Assalamu'alaikum, bi jaga mereka" Bi Ijah pun mengangguk
"Wa'alaikumsalam" ucap mereka bersamaan.
Diperjalanan menuju pesantren Raihana memutuskan untuk menelfon Kenzo. "Rai kamu mau nelfon siapa? Laki-laki 'itu' lagi. Hah." Tanya Rafiqi. Dan direspon anggukan oleh Raihana. Rafiqi diam dia nggak mau ribut lagi sama anaknya itu.
Tut
Tut
Tut
Dan akhirnya, Kenzo mengangkatnya.
"Hallo Ken"
"Hallo bebs"
"Aku mau langsung aja. Aku mau putus sama kamu. Aku kecewa sama kamu. Dan aku harap kamu nggak datang lagi ke kehidupan aku. Makasih atas semuanya. Dan aku pamit, jangan cari aku. Biarkan aku hidup tenang. Bye. Selamat tinggal". Raihana memutuskan telpon sepihak.
Rafiqi melihat itu tersenyum. Karena putrinya sekarang mau menuruti kemauannya.
"Ini yang terbaik untukmu nak. Suatu saat kau akan mengerti. Ayah sangat sayang padamu nak. Semoga dengan dipesantren kamu bisa lebih baik lagi." Batin Rafiqi.Aldara melihat suaminya tersenyum. Dia tahu saat ini suaminya sedang bahagia campur sedih. Bahagia putrinya menuruti kemauannya. Dan sedih harus berpisah.
Aldara menyentuh tangan suaminya "Kamu bisa yah." Aldara berusaha menguatkan suaminya.
Setelah 2 jam 32 menit perjalanan mereka pun sampe di pondok pesantren Nurul Qolbi. Rafiqi memarkirkan mobilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KETIKA HATI TERKETUK (OnGoing)
Teen FictionSeorang gadis yang menemukan cahaya dikala hatinya gelap. Ia menemukan cahaya itu dibalik masalah yang menimpanya yang membuat hatinya kecewa. Saat itu hatinya bagaikan malam tanpa bulan bintang dan lentera. Lalu muncullah sebuah cahaya (hidayah) ya...