05 : canggung

1K 203 43
                                    

Matahari kembali terbit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Matahari kembali terbit. Alda dan Mahesa berada di mobil untuk pergi ke toko perlengkapan sekolah. Dikarenakan masih ada beberapa hal yang harus dibeli, Alda pun disuruh untuk melengkapi kebutuhannya hari ini mengingat besok lusa sudah mulai masuk sekolah.

Lingkungan baru, sekolah baru, dan semester baru. Alda harap dia akan betah. Namun, jujur saja, sebenarnya dia masih tak rela karena harus meninggalkan sekolah lamanya. Alda itu malas beradaptasi lagi. Bagaimana jika tak ada yang mau berteman dengannya?

“Lagi mikirin apa? Kok, diem terus?” Mahesa bertanya sambil menoleh sekilas pada adiknya yang duduk di kursi sebelah.

“Aku lagi khawatir, nih. Gimana kalo di sekolah baru aku gak dapet temen? Gimana kalo pas udah pindah, ada kejadian kayak di cerita-cerita novel. Gimana kalo aku dikucilkan?”

Mahesa terkekeh kecil. Lucu sekali karena Alda terlalu overthinking.

“Kamu ini. Jangan overthinking dulu. Lagian kenapa kamu harus dikucilkan? Gak bakal begitu, Alda. Kakak yakin kamu bakal dapet banyak temen di sekolah baru. Intinya, kamu itu harus percaya diri, dan tetap bersikap ramah pada orang lain. Kalo kamunya cuek bebek, ya, orang lain mana suka,” tutur Mahesa.

Alda diam menyimak apa yang diucapkan kakaknya itu. Berselang beberapa menit, Mahesa memarkirkan mobil setelah tiba di salah satu toko perlengkapan sekolah yang cukup besar.

“Beli di sini?” tanya Alda sebelum keluar daei mobil.

“Iya, katanya di sini lengkap. Kakak juga sekalian mau beli beberapa barang sebelum pulang ke asrama,” balas Mahesa, lalu melepas seatbelt.

Setelah sama-sama keluar dari mobil, Alda mengikuti Mahesa yang berjalan lebih dulu. Dia mengedarkan pandangan ke sekitarnya sampai akhirnya masuk ke dalam toko besar itu.

“Tadi dicatet gak apa yang mau dibeli?” tanya Mahesa setelah berada di dalam toko.

“Dicatet, kok.” Alda segera membuka tas selempangnya dan mengambil secarik kertas yang berisi daftar barang yang akan dibeli.

Assalamu'alaikum kak Mahesa.”

Wa'alaikumussalam.” Mahesa menyahut sambil menoleh. Seketika, Alda tertegun karena ternyata yang mengucapkan salam barusan adalah Jiyad.

Assalamu'alaikum, Alda,” ucap Jiyad setelah mengarahkan perhatiannya pada Alda.

Wa—wa'alaikumussalam.”

“Kok, Assalamu'alaikum Alda. Harusnya Assalamu'alaikum calon istri, dong,” celetuk Mahesa, membuat Alda membulatkan mata, sedangkan Jiyad hanya tersenyum canggung.

“Kakak jangan gitu, ih!” bisik Alda sambil mencubit pelan lengan Mahesa.

“Sakit, eh,” kata Mahesa karena mendapat cubitan. “Kamu ke sini sama siapa, Jiyad?” tanyanya kemudian setelah melihat pada Jiyad lagi.

[✓] JIYADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang