Istirahat tiba. Alda melihat Jiyad pergi meninggalkan kelas bersama dua temannya: Azka dan Satya. Dia masih tidak menyangka bahwa yang membuat semua kaligrafi adalah cowok itu. Benar-benar menakjubkan.
“Kantin, yuk?” Anna mengajak sambil berjalan menghampiri bangku Alda-Arumi.
“Ayo! Gue udah laper, nih,” sahut Arumi, lalu beranjak dari kursi. Sesaat kemudian, Alda ikut beranjak, mereka berempat—karena Angga ikut serta—bersama-sama pergi menuju kantin sekolah.
“Eh, gue belum kenalan sama lo. Nama gue Angga.” Angga memperkenalkan diri pada Alda sebab tadi belum sempat karena sibuk merangkum.
“Udah tau, pacarnya Anna, kan?” sahut Alda.
“Hehe, iya. Gue pacarnya Anna. Salam kenal, ya, Alda. Semoga lo betah di sini,” ucap Angga. Alda mengangguk dan berterima kasih.
“Karena sekarang kita nambah personil, jadi bukan A3 lagi. Tapi A4. Kayaknya Alda ini emang udah ditakdirin buat temenan sama kita, deh, soalnya nama dia dari huruf A juga,” jelas Anna.
“Eh, iya juga. Bagus banget gak, sih?” timpal Arumi. Anna mengangguk; menyetujui.
“Eh, iya. Tadi gue denger-denger, lo kenal sama Jiyad, ya?”
Alda menoleh pada Angga yang baru saja bertanya. Alisnya tertekuk, bagaimana dia tahu hal itu?
“Tau dari mana?” tanya Alda kemudian.
“Azka, Satya, sama Jiyad tadi ngobrolin lo. Gue gak sengaja denger pas ngerangkum,” jawab Angga.
“Ya ... gitu, deh. Kenal, sih, kenal. Tapi gak terlalu kenal. Aku sama dia baru ketemu juga, kok,” ungkap Alda.
“Seriusan? Beruntung banget lo bisa kenalan sama Jiyad,” timpal Anna, membuat Alda menoleh sambil mengernyit.
“Beruntung? Emangnya kenapa?” tanya Alda.
“Lo bisa disebut beruntung karena kenalan sama Jiyad. Lo gak tau aja kalo Jiyad itu cowok alim pake banget. Jangankan kenalan sama dia, ngobrol aja gak dibolehin. Untuk para cewek, ya, ini, mah.” Arumi yang menjelaskan.
“Iya, bener, tuh. Setiap ada yang pengen ngobrol sama dia, pasti dia bilang 'Maaf, kalau gak ada kepentingan, sebaiknya kita gak ngobrol. Saya laki-laki dan kamu perempuan, kita bukan mahram' gitu, loh. Tapi, bukannya pada berhenti suka, cewek-cewek terutama adik kelas malah makin suka,” tambah Anna. Alda yang mendengarnya pun tercengang. Se-alim itukah Jiyad?
“Aku kaget banget. Masih ada, ya, cowok kayak gitu?” Alda menyahut.
“Ada. Kan, Jiyad.” Angga yang menjawab.
“Langka, deh, cowok kayak dia, tuh. Yang nanti jadi jodoh dia pasti beruntung banget. Bahagia sampe surga pokoknya kalo punya suami modelan Jiyad,” ujar Arumi. Alda terdiam. Beruntung, ya? Tapi kalo gak cinta, gimana?
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] JIYAD
Fanfiction‹ 𝐉𝐈𝐘𝐀𝐃 › ft Park Jongseong ❝Saya akan berusaha memantaskan diri agar bisa membimbing kamu menuju surganya Allah, Alda.❞ - Muhammad Jiyad Al-Hanan.