Alda yang hendak kembali ke kelas bersama dengan Anna melambatkan langkah saat melihat eksistensi Jiyad yang sedang mengobrol dengan Dania di salah satu titik koridor yang tengah dilewatinya. Entah apa yang sedang diobrolkan mereka, yang jelas Alda merasakan hal aneh. Mengetahui bahwa Dania begitu menyukai Jiyad, membuatnya jadi sedih secara tiba-tiba.
“Dania keliatan seneng banget bisa ngobrol sama Jiyad. Ya Allah ... gak enak, ya, liatnya.”
“Al, kenapa?” tanya Anna saat Alda berhenti melangkah.
“Enggak kenapa-kenapa, kok.”
“Kok, berhenti?”
“Tiba-tiba capek, hehehe ... ya udah, yuk, lanjut.” Alda melanjutkan langkah, diikuti oleh Anna yang kembali memakan es krim di tangannya.
“Eh, Jiyad.”
Jiyad yang semula menundukkan pandangan saat mendengarkan Dania bicara segera menoleh tatkala mendengar suara Anna, kemudian melihat Alda yang memandangnya.
“Gitu aja, ya, Jiyad. Gue pergi dulu.” Dania tersenyum pada Jiyad, lalu menoleh pada Alda dan memberi tatapan sinis. Setelahnya, barulah dia pergi meninggalkan tiga orang itu.
“Mukanya langsung berubah. Dasar pick me,” cibir Anna.
“Gak boleh gitu,” timpal Dania. “Ke kelas aja ayo,” ajaknya kemudian.
Anna mengangguk. “Jiyad, lo mau ke kelas juga? Ayo bareng.”
“Kalian duluan aja, nanti saya nyusul,” balas Jiyad.
“Oke, deh.” Anna kemudian pergi sambil menggandeng tangan Alda. Seraya melangkah, Alda menolehkan kepala pada Jiyad yang ada di belakang sana.
Alda dan Jiyad berkontak mata sekejap, tapi Alda tak menyunggingkan senyum sama sekali.
• • •
Selama jam pelajaran berlangsung, Alda merasa tidak bersemangat. Entahlah, pikirannya terus saja tertuju pada Dania sedari tadi. Sesekali, Alda juga mencuri pandang ke arah Jiyad yang duduk di depan sana. Melihat bagaimana cowok itu bersikap biasa saja, membuat Alda sedikit jengkel.
“Mungkin, perasaan Jiyad juga begini waktu liat aku sama Taha. Alda, jangan egois, dong. Mungkin ini balasan yang harus kamus terima. Meskipun gak enak, harus bisa bersikap gak apa-apa.”
Alda berusaha menyabarkan dirinya sendiri. Dia tak boleh cemburu berlebihan pada Jiyad yang mengobrol dengan Dania itu. Siapa tahu, obrolan mereka menyangkut organisasi. Lagi pula, Jiyad bukan tipe cowok yang mudah diajak mengobrol dengan lawan jenis.
“Stt, kamu kenapa, sih? Mukanya keliatan kusut banget. Ada masalah?” Arumi berbicara pelan pada Alda yang duduk di sebelahnya.
Alda menoleh dan menggelengkan kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] JIYAD
Fanfiction‹ 𝐉𝐈𝐘𝐀𝐃 › ft Park Jongseong ❝Saya akan berusaha memantaskan diri agar bisa membimbing kamu menuju surganya Allah, Alda.❞ - Muhammad Jiyad Al-Hanan.