“Alda bukan orang asing buat saya. Karena diberi amanah, saya akan menjaga Alda. Termasuk menjaganya agar menjauhi larangan Allah. Berduaan dan berbicara perihal hubungan dengan orang yang bukan mahram contohnya.”
Alda memukul-mukul bantalnya setelah mengingat kembali ucapan Jiyad. Bukan karena kesal, tapi karena terbawa perasaan. Akhir-akhir ini Jiyad sering membuatnya salah tingkah. Entah itu karena perlakuan atau ucapan.
“Bentar, Jiyad ... cemburu gak, sih?” Alda bertanya-tanya. “Cowok modelan Jiyad kalo cemburu gimana, ya? Atau ... tadi itu dia cemburu?” lanjutnya kemudian.
“Ya Allah ... kok, bisa, ya, ada cowok kayak Jiyad di dunia ini? Jujur, sih, aku beruntung karena bisa ketemu sama dia, bahkan dikhitbah sama dia. Tapi ... masalahnya, tuh, aku kayak gak pantes aja gitu buat dia. Perbedaannya jauh banget,” tutur Alda.
“Soal Taha ... kayaknya aku emang bener-bener harus ngelepas dia. Bukan karena udah gak cinta, tapi karena abi. Secinta apa pun aku ke Taha, kalo abi udah ngasih jodoh buat aku, aku gak bisa apa-apa.”
“Abi itu kalo udah buat keputusan gak bisa diganggu gugat. Bakalan susah buat nolak. Dan, aku juga pengen jadi anak yang penurut. Kalo nanti dikutuk karena gak nurut, kan, gawat,” celoteh Alda.
Drrt drrt
Alda yang sedang berceloteh menoleh dan segera meraih ponselnya karena berdering. Melihat nama Taha tertera di layar membuat matanya membulat. Untuk apa cowok itu menelepon malam-malam begini?
“Halo.”
“Hai, Al. Aku ganggu gak?” Taha bertanya.
“Enggak, kok. Kenapa nelepon malem-malem?”
Terdengar, Taha terkekeh kecil di seberang sana.
“Pengen aja. Udah lama gak nelepon kamu. Ada yang mau aku omongin juga. Kamu punya hubungan apa sama Jiyad? Kayaknya dia care banget sama kamu.”
Alda langsung terdiam mendengar pertanyaan Taha. Dia bingung harus menjawabnya bagaimana. Pasti cowok itu sudah sangat curiga. Pasalnya, selama ini, kan, Jiyad terkenal tak pernah dekat-dekat dengan cewek dan selalu menjaga jarak.
“Al, kok, diem? Kamu pacaran sama dia? Terus alasan kamu gak mau lanjutin hubungan kita itu karena dia?” Taha kembali bertanya.
“Taha.”
“Jawab langsung aja, Al. Kamu pacaran sama dia?”
“Aku udah dikhitbah sama dia, Taha ...”
Akhirnya, kalimat itu meluncur juga dari mulut Alda setelah beberapa lama menyembunyikannya dari Taha dan juga orang lain. Tak ada pilihan lain bagi Alda karena cowok itu terus mendesaknya untuk mengaku.
Tak ada sahutan dari Taha begitu mendengar pengakuan Alda. Cowok itu sepertinya terkesiap hingga sulit berkata-kata. Tak ingin menyakiti hati Taha, Alda segera memutus sambungan. Matanya sudah memanas.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] JIYAD
Fanfiction‹ 𝐉𝐈𝐘𝐀𝐃 › ft Park Jongseong ❝Saya akan berusaha memantaskan diri agar bisa membimbing kamu menuju surganya Allah, Alda.❞ - Muhammad Jiyad Al-Hanan.